Ekstremis Yahudi Ingin Bekurban di Situs Suci Temple Mount, Yerusalem Memanas
Kamis, 14 April 2022 - 15:07 WIB
YERUSALEM - Kelompok ekstremis Yahudi Israel berencana melakukan ritual kurban Passover di situs suci Temple Mount. Rencana itu membuat situasi di Yerusalem memanas karena kelompok Hamas mengancam bertindak jika ritual itu tetap dijalankan.
Pihak berwenang Israel telah berjanji untuk menghentikan segala upaya untuk membawa hewan kurban ke situs suci, seperti yang telah mereka lakukan di tahun-tahun sebelumnya.
Kelompok ekstremis Returning to the Mount, yang mengadvokasi pembangunan Kuil Ketiga Yahudi di situs suci, mengumumkan di Facebook pada hari Senin bahwa mereka akan menawarkan hadiah uang tunai kepada anggotanya yang berhasil bekurban seekor domba di Temple Mount, dan kepada siapa pun yang ditangkap karena mencoba melakukannya.
Temple Mount, yang dikenal umat Islam sebagai Haram al-Sharif, adalah situs tersuci Yudaisme dan tersuci ketiga Islam.
Orang-orang Yahudi diizinkan untuk mengunjungi kompleks tersebut, tetapi tidak untuk berdoa atau melakukan ritual keagamaan. Hal itu sesuai perjanjian dari status quo yang rumit.
Sekelompok kecil ekstremis Yahudi kadang-kadang berusaha untukberkurban Passover atau Paskah ala Yahudi di Temple Mount seperti yang diamanatkan dalam kitab suci yang mereka yakini.
Namun, polisi Israel secara teratur menahan para pelaku, yang tampaknya tidak berhasil melakukan pengorbanan dalam beberapa tahun terakhir di situs suci yang menjadi titik nyala konflik tersebut.
Kampanye kurban oleh ekstremis Yahudi pada tahun ini telah mendapatkan daya tarik yang sangat besar di media Palestina dan Arab menyusul postingan media sosial yang menawarkan hadiah uang tunai bagi mereka yang ditangkap dalam tindakan tersebut.
"Ditangkap? NIS 400. Ditangkap dengan kambing/domba? NIS 800. Berhasil berkurban? NIS 10.000," bunyi posting kelompok Returning to the Mount.
Postingan itu mendapat ancaman dari Hamas dan kecaman dari Yordania dan Otoritas Palestina.
“Kami menekankan bahwa ini merupakan eskalasi berbahaya yang melintasi semua garis merah, karena merupakan serangan langsung terhadap kepercayaan dan perasaan rakyat kami dan bangsa kami selama bulan suci ini,” kata Hamas, mengacu pada bulan Ramadhan.
“Kami menganggap [Israel] bertanggung jawab atas semua dampaknya,” lanjut Hamas, seperti dikutip dari Times of Israel, Kamis (14/4/2022).
Juru bicara Perdana Menteri Naftali Bennett yang khusus berbahasa Arab, Ofir Gendelman, membantah ada rencana untuk berkurban di puncak Temple Mount, dan mengatakan bahwa segala upaya untuk melakukannya akan dihentikan.
“Tuduhan bahwa ada orang Yahudi yang berniat untuk berkurban di Haram al-Sharif sepenuhnya salah dan telah dipromosikan oleh organisasi teror Palestina dan lainnya untuk menghasut,” tulis Gendelman di Twitter.
“Kami akan mempertahankan status quo di tempat-tempat suci dan tidak akan membiarkan gangguan apa pun terhadap keamanan dan ketertiban umum di Yerusalem atau di mana pun,” lanjut dia.
Pemimpin Hamas Gaza Yahya Sinwar dijadwalkan menjadi tuan rumah pertemuan faksi-faksi perlawanan Gaza pada hari Rabu untuk membahas kemungkinan tanggapan terhadap meningkatnya ketegangan antara Israel dan Palestina.
"Faksi dijadwalkan untuk membahas ancaman Zionis untuk menyerang Masjid Al-Aqsa pada hari Jumat dan melakukan pengorbanan, di antara isu-isu lainnya," seorang sumber senior Hamas kepada Safa News.
Pejabat Hamas Zaher Jabareen mengatakan kelompoknya telah memberi tahu para mediator bahwa Israel "bermain dengan api" dengan rencana "agresi" di Yerusalem dan terhadap Masjid Al-Aqsa.
“Ini adalah garis merah dan bermain dengan api, dan Palestina tidak dapat menerima itu,” kata Jabareen.
Pejabat senior Jihad Islam Khadr Habib mengatakan kelompoknya akan bersatu untuk mengatasi masalah ini.
“Posisi faksi akan menjadi kuat. Semua orang akan mendukung keputusan yang dikeluarkan,” kata Habib.
Hamas telah memasukkan masalah pengorbanan yang direncanakan kelompok eksremis Yahudi dalam beberapa pernyataan selama seminggu terakhir, termasuk dalam sebuah pernyataan yang memuji serangan teror mematikan di Tel Aviv.
Pihak berwenang Israel telah berjanji untuk menghentikan segala upaya untuk membawa hewan kurban ke situs suci, seperti yang telah mereka lakukan di tahun-tahun sebelumnya.
Kelompok ekstremis Returning to the Mount, yang mengadvokasi pembangunan Kuil Ketiga Yahudi di situs suci, mengumumkan di Facebook pada hari Senin bahwa mereka akan menawarkan hadiah uang tunai kepada anggotanya yang berhasil bekurban seekor domba di Temple Mount, dan kepada siapa pun yang ditangkap karena mencoba melakukannya.
Temple Mount, yang dikenal umat Islam sebagai Haram al-Sharif, adalah situs tersuci Yudaisme dan tersuci ketiga Islam.
Orang-orang Yahudi diizinkan untuk mengunjungi kompleks tersebut, tetapi tidak untuk berdoa atau melakukan ritual keagamaan. Hal itu sesuai perjanjian dari status quo yang rumit.
Sekelompok kecil ekstremis Yahudi kadang-kadang berusaha untukberkurban Passover atau Paskah ala Yahudi di Temple Mount seperti yang diamanatkan dalam kitab suci yang mereka yakini.
Namun, polisi Israel secara teratur menahan para pelaku, yang tampaknya tidak berhasil melakukan pengorbanan dalam beberapa tahun terakhir di situs suci yang menjadi titik nyala konflik tersebut.
Kampanye kurban oleh ekstremis Yahudi pada tahun ini telah mendapatkan daya tarik yang sangat besar di media Palestina dan Arab menyusul postingan media sosial yang menawarkan hadiah uang tunai bagi mereka yang ditangkap dalam tindakan tersebut.
"Ditangkap? NIS 400. Ditangkap dengan kambing/domba? NIS 800. Berhasil berkurban? NIS 10.000," bunyi posting kelompok Returning to the Mount.
Postingan itu mendapat ancaman dari Hamas dan kecaman dari Yordania dan Otoritas Palestina.
“Kami menekankan bahwa ini merupakan eskalasi berbahaya yang melintasi semua garis merah, karena merupakan serangan langsung terhadap kepercayaan dan perasaan rakyat kami dan bangsa kami selama bulan suci ini,” kata Hamas, mengacu pada bulan Ramadhan.
“Kami menganggap [Israel] bertanggung jawab atas semua dampaknya,” lanjut Hamas, seperti dikutip dari Times of Israel, Kamis (14/4/2022).
Juru bicara Perdana Menteri Naftali Bennett yang khusus berbahasa Arab, Ofir Gendelman, membantah ada rencana untuk berkurban di puncak Temple Mount, dan mengatakan bahwa segala upaya untuk melakukannya akan dihentikan.
“Tuduhan bahwa ada orang Yahudi yang berniat untuk berkurban di Haram al-Sharif sepenuhnya salah dan telah dipromosikan oleh organisasi teror Palestina dan lainnya untuk menghasut,” tulis Gendelman di Twitter.
“Kami akan mempertahankan status quo di tempat-tempat suci dan tidak akan membiarkan gangguan apa pun terhadap keamanan dan ketertiban umum di Yerusalem atau di mana pun,” lanjut dia.
Pemimpin Hamas Gaza Yahya Sinwar dijadwalkan menjadi tuan rumah pertemuan faksi-faksi perlawanan Gaza pada hari Rabu untuk membahas kemungkinan tanggapan terhadap meningkatnya ketegangan antara Israel dan Palestina.
"Faksi dijadwalkan untuk membahas ancaman Zionis untuk menyerang Masjid Al-Aqsa pada hari Jumat dan melakukan pengorbanan, di antara isu-isu lainnya," seorang sumber senior Hamas kepada Safa News.
Pejabat Hamas Zaher Jabareen mengatakan kelompoknya telah memberi tahu para mediator bahwa Israel "bermain dengan api" dengan rencana "agresi" di Yerusalem dan terhadap Masjid Al-Aqsa.
“Ini adalah garis merah dan bermain dengan api, dan Palestina tidak dapat menerima itu,” kata Jabareen.
Pejabat senior Jihad Islam Khadr Habib mengatakan kelompoknya akan bersatu untuk mengatasi masalah ini.
“Posisi faksi akan menjadi kuat. Semua orang akan mendukung keputusan yang dikeluarkan,” kata Habib.
Hamas telah memasukkan masalah pengorbanan yang direncanakan kelompok eksremis Yahudi dalam beberapa pernyataan selama seminggu terakhir, termasuk dalam sebuah pernyataan yang memuji serangan teror mematikan di Tel Aviv.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda