Jepang Sangkal Dipepet AS Cs, Diajak Gabung AUKUS
Rabu, 13 April 2022 - 17:28 WIB
TOKYO - Jepang dilaporkan secara tidak resmi telah mendapatkan tawaran untuk menjadi bagian dari blok militer AUKUS , yang dibentuk tahun lalu oleh Australia , Inggris dan Amerika Serikat (AS). Kabar itu dilaporkan surat kabar Jepang, Sankei Shimbun.
Beberapa pejabat pemerintah Jepang yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada surat kabar itu bahwa Tokyo telah didekati secara informal mengenai kemungkinan seperti itu oleh masing-masing dari tiga anggota aliansi.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno membantah laporan tersebut, dengan mengatakan bahwa “tidak ada fakta” dalam artikel Sankei Shimbun.
"Tokyo tidak diminta untuk berpartisipasi dalam AUKUS," katanya seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (13/4/2022).
Pakta AUKUS, yang sebagian besar dilihat sebagai strategi untuk melawan pengaruh China yang berkembang di Pasifik, diumumkan oleh para pemimpin Australia, Inggris, dan AS pada September 2021 lalu.
Tujuan awalnya adalah untuk memberikan Canberra armada kapal selam bertenaga nuklir, namun dipersenjatai secara konvensional. Tetapi minggu lalu ketiganya mengumumkan bahwa mereka juga akan bekerja sama dalam mengembangkan teknologi hipersonik, dengan Jepang menyatakan dukungan untuk keputusan tersebut.
Menurut Sankei Shimbun, melibatkan Tokyo dalam pengembangan rudal hipersonik adalah salah satu motivasi utama di balik tawaran AUKUS.
Dua tahun lalu, Jepang mengumumkan rencana untuk membuat dua jenis senjata hipersonik - rudal jelajah hipersonik (HCM) dan proyektil meluncur dengan kecepatan tinggi (HVGP) - mengatakan bahwa mereka dapat diterjunkan antara tahun 2024 dan 2028.
Negara ini juga sedang mengerjakan railgun khusus yang diyakini dapat menembak jatuh rudal hipersonik yang masuk dengan menembakkan peluru pada kecepatan yang sangat tinggi menggunakan gaya elektromagnetik.
"Canberra, London, dan Washington juga tertarik dengan kemampuan negara itu dalam perang siber, AI, dan teknologi kuantum," kata surat kabar itu.
Sankei Shimbun bersikeras bahwa pemerintah Jepang umumnya memiliki “opini positif” tentang bergabung dengan AUKUS, menunjukkan bahwa hal itu akan meningkatkan potensi untuk menghalangi China.
Namun, Tokyo berencana untuk hati-hati memeriksa tawaran tersebut. Beberapa pejabat tetap skeptis tentang AUKUS, dengan mengatakan bahwa negara itu seharusnya fokus pada perjanjian kerja sama militer bilateral yang sudah dimiliki dengan Australia, Inggris dan AS.
"Mereka juga menunjukkan bahwa Jepang tidak akan dapat berpartisipasi di semua area yang dicakup oleh AUKUS," Sankei Shimbun melaporkan.
Misalnya, kapal selam bertenaga nuklir akan terlarang bagi Tokyo karena undang-undang negara tersebut menetapkan bahwa energi nuklir hanya dapat digunakan untuk tujuan damai.
AUKUS sendiri singkatan yang terdiri dari huruf pertama nama tiga negara yang membentuknya. Jika Jepang memutuskan untuk bergabung, itu bisa diganti namanya menjadi 'JAUKUS,' menurut surat kabar itu.
China telah marah dengan pembentukan AUKUS, melabelinya sebagai "NATO versi Asia-Pasifik," yang ditakdirkan untuk gagal. Pakta itu hanya akan menyebabkan perlombaan senjata di kawasan itu, Beijing bersikeras, menambahkan bahwa memberikan teknologi kapal selam nuklir ke Australia bertentangan dengan konvensi internasional tentang proliferasi nuklir.
Beberapa pejabat pemerintah Jepang yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada surat kabar itu bahwa Tokyo telah didekati secara informal mengenai kemungkinan seperti itu oleh masing-masing dari tiga anggota aliansi.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno membantah laporan tersebut, dengan mengatakan bahwa “tidak ada fakta” dalam artikel Sankei Shimbun.
"Tokyo tidak diminta untuk berpartisipasi dalam AUKUS," katanya seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (13/4/2022).
Pakta AUKUS, yang sebagian besar dilihat sebagai strategi untuk melawan pengaruh China yang berkembang di Pasifik, diumumkan oleh para pemimpin Australia, Inggris, dan AS pada September 2021 lalu.
Tujuan awalnya adalah untuk memberikan Canberra armada kapal selam bertenaga nuklir, namun dipersenjatai secara konvensional. Tetapi minggu lalu ketiganya mengumumkan bahwa mereka juga akan bekerja sama dalam mengembangkan teknologi hipersonik, dengan Jepang menyatakan dukungan untuk keputusan tersebut.
Menurut Sankei Shimbun, melibatkan Tokyo dalam pengembangan rudal hipersonik adalah salah satu motivasi utama di balik tawaran AUKUS.
Dua tahun lalu, Jepang mengumumkan rencana untuk membuat dua jenis senjata hipersonik - rudal jelajah hipersonik (HCM) dan proyektil meluncur dengan kecepatan tinggi (HVGP) - mengatakan bahwa mereka dapat diterjunkan antara tahun 2024 dan 2028.
Negara ini juga sedang mengerjakan railgun khusus yang diyakini dapat menembak jatuh rudal hipersonik yang masuk dengan menembakkan peluru pada kecepatan yang sangat tinggi menggunakan gaya elektromagnetik.
"Canberra, London, dan Washington juga tertarik dengan kemampuan negara itu dalam perang siber, AI, dan teknologi kuantum," kata surat kabar itu.
Sankei Shimbun bersikeras bahwa pemerintah Jepang umumnya memiliki “opini positif” tentang bergabung dengan AUKUS, menunjukkan bahwa hal itu akan meningkatkan potensi untuk menghalangi China.
Baca Juga
Namun, Tokyo berencana untuk hati-hati memeriksa tawaran tersebut. Beberapa pejabat tetap skeptis tentang AUKUS, dengan mengatakan bahwa negara itu seharusnya fokus pada perjanjian kerja sama militer bilateral yang sudah dimiliki dengan Australia, Inggris dan AS.
"Mereka juga menunjukkan bahwa Jepang tidak akan dapat berpartisipasi di semua area yang dicakup oleh AUKUS," Sankei Shimbun melaporkan.
Misalnya, kapal selam bertenaga nuklir akan terlarang bagi Tokyo karena undang-undang negara tersebut menetapkan bahwa energi nuklir hanya dapat digunakan untuk tujuan damai.
AUKUS sendiri singkatan yang terdiri dari huruf pertama nama tiga negara yang membentuknya. Jika Jepang memutuskan untuk bergabung, itu bisa diganti namanya menjadi 'JAUKUS,' menurut surat kabar itu.
China telah marah dengan pembentukan AUKUS, melabelinya sebagai "NATO versi Asia-Pasifik," yang ditakdirkan untuk gagal. Pakta itu hanya akan menyebabkan perlombaan senjata di kawasan itu, Beijing bersikeras, menambahkan bahwa memberikan teknologi kapal selam nuklir ke Australia bertentangan dengan konvensi internasional tentang proliferasi nuklir.
(ian)
tulis komentar anda