Gedung Putih Umumkan Program Rudal Hipersonik dengan Australia dan Inggris
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Pemerintahan Joe Biden mengumumkan perluasan kemitraan Australia-Inggris-Amerika Serikat atau AUKUS dengan memasukkan pengembangan sistem senjata hipersonik dan kontra-hipersonik.
Pengumuman itu muncul kira-kira tujuh bulan setelah kemitraan AUKUS diluncurkan, dengan tujuan yang jelas untuk membantu Australia mengembangkan armada kapal selam nuklir guna melawan kehadiran China di kawasan Indo-Pasifik .
"Kami berkomitmen penuh untuk membangun pendekatan yang kuat untuk berbagi teknologi propulsi angkatan laut dengan Australia yang memperkuat rezim non-proliferasi global," kata ketiga negara dalam pernyataan bersama Selasa sore waktu setempat.
“Kami juga berkomitmen hari ini untuk memulai kerja sama trilateral baru pada hipersonik dan kontra-hipersonik, dan kemampuan peperangan elektronik, serta untuk memperluas berbagi informasi dan memperdalam kerja sama dalam inovasi pertahanan,” sambung pernyataan itu seperti dilansir dari Washington Examiner, Rabu (6/4/2022).
Pejabat Gedung Putih mengatakan sistem hipersonik akan menambah upaya yang ada untuk memperdalam kerja sama dalam kemampuan dunia maya, kecerdasan buatan, teknologi kuantum, dan kemampuan bawah laut tambahan.
Badan Proyek Penelitian Lanjutan Pertahanan Pentagon dan Angkatan Udara AS (DARPA) berhasil melakukan uji coba rudal hipersonik yang dikembangkan oleh Lockheed Martin pada pertengahan Maret.
Teknologi rudal hipersonik telah ada selama beberapa dekade, tetapi DARPA mengatakan rudal baru ini akan terbang dengan kemampuan manuver yang meningkat, memungkinkan militer untuk menyerang target dengan tingkat presisi yang jauh lebih tinggi.
“Tes penerbangan HAWC Lockheed Martin ini berhasil menunjukkan desain kedua yang akan memungkinkan pejuang kami untuk secara kompetitif memilih kemampuan yang tepat untuk mendominasi medan perang,” tulis administrasi Biden dalam sebuah pernyataan.
“Kami masih menganalisis data uji terbang, tetapi yakin bahwa kami akan memberi Angkatan Udara dan Angkatan Laut AS pilihan yang sangat baik untuk mendiversifikasi teknologi yang tersedia untuk misi masa depan mereka," sambung pernyataan itu.
Para pejabat pertahanan mengatakan tes itu tidak segera diungkapkan karena kekhawatiran meningkatnya ketegangan dengan Rusia di tengah perangnya di Ukraina, di mana Moskow dilaporkan menggunakan rudal hipersonik untuk menyerang sasaran sipil dan pemerintah.
Pengumuman itu muncul kira-kira tujuh bulan setelah kemitraan AUKUS diluncurkan, dengan tujuan yang jelas untuk membantu Australia mengembangkan armada kapal selam nuklir guna melawan kehadiran China di kawasan Indo-Pasifik .
"Kami berkomitmen penuh untuk membangun pendekatan yang kuat untuk berbagi teknologi propulsi angkatan laut dengan Australia yang memperkuat rezim non-proliferasi global," kata ketiga negara dalam pernyataan bersama Selasa sore waktu setempat.
“Kami juga berkomitmen hari ini untuk memulai kerja sama trilateral baru pada hipersonik dan kontra-hipersonik, dan kemampuan peperangan elektronik, serta untuk memperluas berbagi informasi dan memperdalam kerja sama dalam inovasi pertahanan,” sambung pernyataan itu seperti dilansir dari Washington Examiner, Rabu (6/4/2022).
Pejabat Gedung Putih mengatakan sistem hipersonik akan menambah upaya yang ada untuk memperdalam kerja sama dalam kemampuan dunia maya, kecerdasan buatan, teknologi kuantum, dan kemampuan bawah laut tambahan.
Badan Proyek Penelitian Lanjutan Pertahanan Pentagon dan Angkatan Udara AS (DARPA) berhasil melakukan uji coba rudal hipersonik yang dikembangkan oleh Lockheed Martin pada pertengahan Maret.
Teknologi rudal hipersonik telah ada selama beberapa dekade, tetapi DARPA mengatakan rudal baru ini akan terbang dengan kemampuan manuver yang meningkat, memungkinkan militer untuk menyerang target dengan tingkat presisi yang jauh lebih tinggi.
“Tes penerbangan HAWC Lockheed Martin ini berhasil menunjukkan desain kedua yang akan memungkinkan pejuang kami untuk secara kompetitif memilih kemampuan yang tepat untuk mendominasi medan perang,” tulis administrasi Biden dalam sebuah pernyataan.
“Kami masih menganalisis data uji terbang, tetapi yakin bahwa kami akan memberi Angkatan Udara dan Angkatan Laut AS pilihan yang sangat baik untuk mendiversifikasi teknologi yang tersedia untuk misi masa depan mereka," sambung pernyataan itu.
Para pejabat pertahanan mengatakan tes itu tidak segera diungkapkan karena kekhawatiran meningkatnya ketegangan dengan Rusia di tengah perangnya di Ukraina, di mana Moskow dilaporkan menggunakan rudal hipersonik untuk menyerang sasaran sipil dan pemerintah.
(ian)