Wanita Hamil Korban Serangan Udara Rusia di RS Mariupol Buat Pengakuan Mengejutkan
Minggu, 03 April 2022 - 14:29 WIB
Wanita itu mengatakan bahwa dua hari setelah kejadian itu, wartawan Associated Press kembali dan memintanya untuk wawancara.
“Saya menjawab bahwa saya apolitis dan tidak ingin memberikan wawancara apapun. Mereka mengatakan 'Kami juga apolitis, tetapi kami telah mempublikasikan foto Anda di Internet'," kenangnya.
Saat itulah pembunuhan palsu dan serangan informasi dimulai, katanya.
“Karena situasi yang berkembang, di mana mereka menjebak saya – karena saya tidak pernah setuju untuk mempublikasikan foto saya, saya terpaksa berkomentar, karena situasi saya dianggap palsu, bahwa tidak ada seorang pun di rumah sakit bersalin. Saya bilang ada wanita bersalin dan wanita hamil di rumah sakit… Mereka juga bertanya apakah ada serangan udara. Saya menjawab bahwa tidak ada yang mendengar serangan udara. Ledakan terjadi tetapi tidak ada suara sebelum atau sesudahnya (untuk menunjukkan pesawat). Informasi ini sepertinya tidak sesuai dengan keinginan mereka. Mereka memotongnya," ujarnya.
Dalam wawancara terpisah yang diterbitkan Sabtu, Marianna mengatakan dia dan suaminya pergi ke Rumah Sakit Bersalin #3 Mariupol setelah ditolak oleh Rumah Sakit Bersalin #2, yang tidak menerima pasien, dan Rumah Sakit Bersalin #1, yang katanya telah "diisi oleh militer".
Duta Besar Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya menyebutkan pendudukan pasukan Ukraina di Rumah Sakit Bersalin #1 dalam sebuah pidato pada 7 Maret lalu.
Vyshemirskaya juga mengungkapkan kondisi sulit di rumah sakit, mengatakan bahwa suami dari wanita hamil harus tinggal di ruang bawah tanah rumah sakit, dan makanan harus disiapkan di dapur lapangan di halaman.
Vyshemirskaya mengatakan pasukan Ukraina di rumah sakit tidak melakukan apa pun untuk membantu, dan suatu hari bahkan datang dan mengambil makanan dari staf, mengatakan bahwa mereka belum makan selama berhari-hari.
Empat orang tewas, satu bayi meninggal karena lahir dalam kondisi mati, dan sedikitnya 17 lainnya terluka dalam serangan di rumah sakit Mariupol.
“Saya menjawab bahwa saya apolitis dan tidak ingin memberikan wawancara apapun. Mereka mengatakan 'Kami juga apolitis, tetapi kami telah mempublikasikan foto Anda di Internet'," kenangnya.
Saat itulah pembunuhan palsu dan serangan informasi dimulai, katanya.
“Karena situasi yang berkembang, di mana mereka menjebak saya – karena saya tidak pernah setuju untuk mempublikasikan foto saya, saya terpaksa berkomentar, karena situasi saya dianggap palsu, bahwa tidak ada seorang pun di rumah sakit bersalin. Saya bilang ada wanita bersalin dan wanita hamil di rumah sakit… Mereka juga bertanya apakah ada serangan udara. Saya menjawab bahwa tidak ada yang mendengar serangan udara. Ledakan terjadi tetapi tidak ada suara sebelum atau sesudahnya (untuk menunjukkan pesawat). Informasi ini sepertinya tidak sesuai dengan keinginan mereka. Mereka memotongnya," ujarnya.
Dalam wawancara terpisah yang diterbitkan Sabtu, Marianna mengatakan dia dan suaminya pergi ke Rumah Sakit Bersalin #3 Mariupol setelah ditolak oleh Rumah Sakit Bersalin #2, yang tidak menerima pasien, dan Rumah Sakit Bersalin #1, yang katanya telah "diisi oleh militer".
Baca Juga
Duta Besar Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya menyebutkan pendudukan pasukan Ukraina di Rumah Sakit Bersalin #1 dalam sebuah pidato pada 7 Maret lalu.
Vyshemirskaya juga mengungkapkan kondisi sulit di rumah sakit, mengatakan bahwa suami dari wanita hamil harus tinggal di ruang bawah tanah rumah sakit, dan makanan harus disiapkan di dapur lapangan di halaman.
Vyshemirskaya mengatakan pasukan Ukraina di rumah sakit tidak melakukan apa pun untuk membantu, dan suatu hari bahkan datang dan mengambil makanan dari staf, mengatakan bahwa mereka belum makan selama berhari-hari.
Empat orang tewas, satu bayi meninggal karena lahir dalam kondisi mati, dan sedikitnya 17 lainnya terluka dalam serangan di rumah sakit Mariupol.
Lihat Juga :
tulis komentar anda