Rusia Izinkan Konvoi Pertama Warga Sipil Tinggalkan Mariupol yang Terkepung
Selasa, 15 Maret 2022 - 04:30 WIB
MARIUPOL - Pasukan Rusia membiarkan kolom pertama mobil warga sipil Ukraina melarikan diri dari kota pelabuhan Mariupol yang dikepung, Senin (14/3/2022). Namun, pasukan Rusia memblokir konvoi bantuan yang mencoba mencapai kota itu, sebut laporan pihak Ukraina.
Diperbolehkannya konvoi warga sipil Mariupol meninggalkan wilayah kota terjadi setelah 10 hari upaya gagal untuk menyelamatkan warga sipil di bawah pemboman tanpa henti. Kota pelabuhan di tenggara Ukraina, yang sepenuhnya dikelilingi oleh pasukan Rusia sejak minggu pertama invasi, telah mengalami dampak kemanusiaan terburuk dari perang.
Dilaporkan Reuters, ratusan ribu orang berlindung di ruang bawah tanah tanpa makanan, air, atau tempat berlindung. Otoritas lokal Ukraina mengatakan sebanyak 2.500 warga sipil telah tewas di kota itu, jumlah korban yang tidak dapat dikonfirmasi secara independen. Pihak Rusia sendiri tetap membantah menargetkan warga sipil Ukraina.
"Pada pukul satu Rusia membuka pos pemeriksaan dan mereka yang memiliki mobil dan bahan bakar mulai meninggalkan Mariupol ke arah Zaporizhzhia," kata Andrei Rempel, perwakilan dewan kota Mariupol yang sekarang berada di Zaporizhzhia, kepada Reuters.
"Dalam dua jam pertama, 160 mobil tersisa. Mungkin sudah lebih banyak sekarang. Kota terus dibom, tapi jalan ini tidak dibom. Kami tidak tahu kapan mobil pertama bisa sampai ke Zaporizhzhia karena masih ada banyak pos pemeriksaan Rusia yang harus dilewati," jelasnya.
Namun Kyrylo Tymoshenko, ajudan senior Presiden Volodymyr Zelenskyy kemudian mengatakan bahwa Rusia sekali lagi memblokir konvoi bantuan kemanusiaan yang mencoba mencapai kota dengan persediaan.
Mendapatkan jalan yang aman untuk bantuan mencapai Mariupol dan warga sipil untuk keluar telah menjadi tuntutan utama Kiev di beberapa putaran pembicaraan. Semua upaya sebelumnya pada gencatan senjata lokal di daerah itu telah gagal.
Diperbolehkannya konvoi warga sipil Mariupol meninggalkan wilayah kota terjadi setelah 10 hari upaya gagal untuk menyelamatkan warga sipil di bawah pemboman tanpa henti. Kota pelabuhan di tenggara Ukraina, yang sepenuhnya dikelilingi oleh pasukan Rusia sejak minggu pertama invasi, telah mengalami dampak kemanusiaan terburuk dari perang.
Dilaporkan Reuters, ratusan ribu orang berlindung di ruang bawah tanah tanpa makanan, air, atau tempat berlindung. Otoritas lokal Ukraina mengatakan sebanyak 2.500 warga sipil telah tewas di kota itu, jumlah korban yang tidak dapat dikonfirmasi secara independen. Pihak Rusia sendiri tetap membantah menargetkan warga sipil Ukraina.
"Pada pukul satu Rusia membuka pos pemeriksaan dan mereka yang memiliki mobil dan bahan bakar mulai meninggalkan Mariupol ke arah Zaporizhzhia," kata Andrei Rempel, perwakilan dewan kota Mariupol yang sekarang berada di Zaporizhzhia, kepada Reuters.
"Dalam dua jam pertama, 160 mobil tersisa. Mungkin sudah lebih banyak sekarang. Kota terus dibom, tapi jalan ini tidak dibom. Kami tidak tahu kapan mobil pertama bisa sampai ke Zaporizhzhia karena masih ada banyak pos pemeriksaan Rusia yang harus dilewati," jelasnya.
Namun Kyrylo Tymoshenko, ajudan senior Presiden Volodymyr Zelenskyy kemudian mengatakan bahwa Rusia sekali lagi memblokir konvoi bantuan kemanusiaan yang mencoba mencapai kota dengan persediaan.
Mendapatkan jalan yang aman untuk bantuan mencapai Mariupol dan warga sipil untuk keluar telah menjadi tuntutan utama Kiev di beberapa putaran pembicaraan. Semua upaya sebelumnya pada gencatan senjata lokal di daerah itu telah gagal.
tulis komentar anda