Misteri Rusia Tak Pilih Perang Kilat di Ukraina, Mirip Taktik AS dalam Perang Irak
Senin, 07 Maret 2022 - 12:18 WIB
Perang informasi Ukraina terpampang jelas ketika dunia dituntun untuk percaya ada "Ghost of Kiev [Hantu Kiev]", seorang pilot pesawat tempur yang telah menembak jatuh enam hingga sembilan jet tempur Rusia.
Informasi dari Ukraina itu berlebihan dan terindikasi sebagai berita palsu. Terlebih, Rusia merasa cukup percaya diri untuk mengantre konvoi darat 64 mil ketimbang menunjukkan superioritas udaranya.
Selain itu, nyaris semua informasi yang disajikan kepada dunia melalui media-media Barat berasal dari pihak Ukraina. Itu termasuk klaim Ukraina pada hari Minggu (6/3/2022) yang telah menewaskan 11.000 tentara Rusia sejak invasi Moskow dimulai 24 Februari.
Taktik Rusia yang diketahui sejauh ini adalah menargetkan target situs-situs militer Ukraina dengan harapan tidak memusuhi opini publik Ukraina. Meski Kiev melaporkan banyak infrastruktur sipil menjadi korban serangan Moskow.
Dengan mengincar target-target militer Kiev, Moskow akan menunjukkan kepada dunia sejauh mana kemampuan perang Ukraina terdegradasi.
Meski taktik Rusia ini mirip strategi AS dalam Perang Teluk melawan Irak, yakni tidak memilih perang kilat, namun ada perbedaannya.
Dalam Perang Teluk I dan II melawan Irak, AS menggunakan waktu berminggu-minggu untuk melunakkan militer dan penduduk Irak dengan serangan udara sebelum invasi darat menyusul. Ini beda dengan Rusia yang mengandalkan invasi darat ke Ukraina daripada serangan udara.
Begitu efektifnya serangan udara AS di Irak sehingga memungkinkan pasukan darat Amerika memasuki Baghdad dalam 36 jam. Hal itu mengarah pada poin ketiga yaitu kemauan penduduk setempat untuk berjuang invasi AS.
Dalam Perang Teluk II, tentara Irak melarikan diri dari pertempuran meninggalkan jalan yang mudah ke depan bagi pasukan AS.
Demikian pula, di Afghanistan, meskipun miliaran dolar dihabiskan untuk melatih pasukan militer Afghanistan, mereka tidak memiliki keinginan untuk berperang dan menyerahkan medan perang kepada Taliban.
Informasi dari Ukraina itu berlebihan dan terindikasi sebagai berita palsu. Terlebih, Rusia merasa cukup percaya diri untuk mengantre konvoi darat 64 mil ketimbang menunjukkan superioritas udaranya.
Selain itu, nyaris semua informasi yang disajikan kepada dunia melalui media-media Barat berasal dari pihak Ukraina. Itu termasuk klaim Ukraina pada hari Minggu (6/3/2022) yang telah menewaskan 11.000 tentara Rusia sejak invasi Moskow dimulai 24 Februari.
Taktik Rusia yang diketahui sejauh ini adalah menargetkan target situs-situs militer Ukraina dengan harapan tidak memusuhi opini publik Ukraina. Meski Kiev melaporkan banyak infrastruktur sipil menjadi korban serangan Moskow.
Dengan mengincar target-target militer Kiev, Moskow akan menunjukkan kepada dunia sejauh mana kemampuan perang Ukraina terdegradasi.
Meski taktik Rusia ini mirip strategi AS dalam Perang Teluk melawan Irak, yakni tidak memilih perang kilat, namun ada perbedaannya.
Dalam Perang Teluk I dan II melawan Irak, AS menggunakan waktu berminggu-minggu untuk melunakkan militer dan penduduk Irak dengan serangan udara sebelum invasi darat menyusul. Ini beda dengan Rusia yang mengandalkan invasi darat ke Ukraina daripada serangan udara.
Begitu efektifnya serangan udara AS di Irak sehingga memungkinkan pasukan darat Amerika memasuki Baghdad dalam 36 jam. Hal itu mengarah pada poin ketiga yaitu kemauan penduduk setempat untuk berjuang invasi AS.
Dalam Perang Teluk II, tentara Irak melarikan diri dari pertempuran meninggalkan jalan yang mudah ke depan bagi pasukan AS.
Demikian pula, di Afghanistan, meskipun miliaran dolar dihabiskan untuk melatih pasukan militer Afghanistan, mereka tidak memiliki keinginan untuk berperang dan menyerahkan medan perang kepada Taliban.
Lihat Juga :
tulis komentar anda