Buka Keran Ekonomi, Sebagian Negara Bagian AS Perlonggar Lockdown
Jum'at, 24 April 2020 - 08:51 WIB
WASHINGTON - Banyak negara bagian di bagian selatan dan barat Amerika Serikat (AS) mulai membuka kembali ekonomi dan memperlonggar lockdown (isolasi wilayah). Namun, Gubernur California Gavin Newsom tetap ngotot untuk memberlakukan perintah tetap di rumah dan penutupan bisnis.
Para pejabat di Ohio mengatakan, mereka berencana membuka ekonomi negara bagian itu bersama dengan beberapa gubernur negara bagian di Midwest. Mereka akan bekerja sama untuk mencabut berbagai aturan pembatasan. Ohio merupakan negara bagian mengambang, di mana Presiden Donald Trump berhasil menang pada pemilu 2016 .
Hal sama juga dilakukan Gubernur Texas Greg Abbott. Dia akan mengumumkan rencana persiapan pembukaan bisnis pada awal Mei mendatang. Georgia, South Carolina, dan beberapa negara bagian di selatan AS telah memulai kembali pembukaan ekonomi. Meskipun langkah tersebut bisa memicu gelombang kasus Covid-19.
Namun, Trump justru mengkritik langkah Georgia membuka bisnis kembali seperti kedai cukur, salon, dan tempat boling pada pekan ini dianggap terlalu dini. “Saya telah berbicara dengan gubernur Georgia,” kata Trump.
Dalam kajian pemodelan yang dilaksanakan Institute for Health Metrics and Evaluation di Universitas Washington, menyatakan South Carolina dan Georgia seharusnya tidak membuka ekonomi mereka hingga 5 dan 19 Juni. “Sedikitnya 12 negara harus menunggu pembukaan ekonomi mereka hingga 8 Juni,” demikian keterangan lembaga penelitian tersebut.
Kalau Gubernur New York Andrew Cuomo tetap memilih pemberlakuan lockdown, meskipun jumlah kematian akibat virus corona telah menurun. Namun, dia memperingatkan adanya potensi “gelombang kedua” jika pembatasan isolasi wilayah diperlonggar. “Saat ini bukan bertindak bodoh. Banyak orang akan mati jika kita tidak bertindak cerdas,” kata Cuomo.
Cuomo mengungkapkan, para pejabat lokal selalu ditekan untuk membuka bisnis, tetapi keputusan perpanjangan isolasi tetap dilakukan karena banyak faktor. “Jika kita membuat langkah buruk, kita justru akan semakin mundur,” katanya. Dia mengungkapkan, pandemi tersebut tidak akan musnah dengan cepat.
Langkah serupa juga diterapkan Gubernur California Gavin Newsom. “Saya berharap bisa menetapkan hari di mana kita akan menyalakan lampu dan kembali normal,” kata Newsom. Dia mengungkapkan, pihaknya telah memutuskan untuk mematikan lampu atau memberlakukan lockdown.
Sementara itu, hasil autopsi di Negara Bagian California mengungkap bahwa kematian pertama terkait virus corona di Amerika Serikat terjadi beberapa pekan lebih awal dari yang semula diperkirakan. Kematian pertama terkait virus korona di AS sebelumnya diketahui terjadi di Kota Seattle pada 26 Februari, sedangkan di California pada 4 Maret.
Namun, informasi terkini dari kantor forensik di Santa Clara County mengubah jejak rekam tersebut. Hasil rangkaian autopsi terhadap dua orang yang meninggal dunia pada 6 Februari dan 17 Februari mengungkap bahwa mereka tutup usia akibat Covid-19.
Berbagai sampel autopsi telah dikirim ke Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC), yang mengonfirmasi keberadaan virus corona pada jasad kedua orang itu, sebut pernyataan kantor forensik Santa Clara County, Selasa (21/4). Kematian individu ketiga di Santa Clara pada 6 Maret juga telah dikonfirmasi terkait Covid-19. "Ketiga orang ini meninggal di rumah pada saat pengujian yang sangat terbatas hanya tersedia melalui CDC," sebut pernyataan kantor forensik.
Kala itu, kriteria pengujian di CDC dibatasi hanya untuk orang-orang yang telah bepergian ke kawasan terpapar virus corona dan yang menunjukkan gejala-gejala tertentu. Kantor forensik menambahkan, "Kami mengantisipasi kematian tambahan akibat Covid-19 yang diidentifikasi selagi proses investigasi berlangsung."
Jumlah kasus positif virus corona di AS telah mencapai 839.675, dengan sedikitnya 46.000 kematian—sebagaimana ditunjukkan data Johns Hopkins University. Di California, pejabat kesehatan di Los Angeles mengonfirmasi tambahan 1.400 kasus positif corona. (Andika H Mustaqim)
Para pejabat di Ohio mengatakan, mereka berencana membuka ekonomi negara bagian itu bersama dengan beberapa gubernur negara bagian di Midwest. Mereka akan bekerja sama untuk mencabut berbagai aturan pembatasan. Ohio merupakan negara bagian mengambang, di mana Presiden Donald Trump berhasil menang pada pemilu 2016 .
Hal sama juga dilakukan Gubernur Texas Greg Abbott. Dia akan mengumumkan rencana persiapan pembukaan bisnis pada awal Mei mendatang. Georgia, South Carolina, dan beberapa negara bagian di selatan AS telah memulai kembali pembukaan ekonomi. Meskipun langkah tersebut bisa memicu gelombang kasus Covid-19.
Namun, Trump justru mengkritik langkah Georgia membuka bisnis kembali seperti kedai cukur, salon, dan tempat boling pada pekan ini dianggap terlalu dini. “Saya telah berbicara dengan gubernur Georgia,” kata Trump.
Dalam kajian pemodelan yang dilaksanakan Institute for Health Metrics and Evaluation di Universitas Washington, menyatakan South Carolina dan Georgia seharusnya tidak membuka ekonomi mereka hingga 5 dan 19 Juni. “Sedikitnya 12 negara harus menunggu pembukaan ekonomi mereka hingga 8 Juni,” demikian keterangan lembaga penelitian tersebut.
Kalau Gubernur New York Andrew Cuomo tetap memilih pemberlakuan lockdown, meskipun jumlah kematian akibat virus corona telah menurun. Namun, dia memperingatkan adanya potensi “gelombang kedua” jika pembatasan isolasi wilayah diperlonggar. “Saat ini bukan bertindak bodoh. Banyak orang akan mati jika kita tidak bertindak cerdas,” kata Cuomo.
Cuomo mengungkapkan, para pejabat lokal selalu ditekan untuk membuka bisnis, tetapi keputusan perpanjangan isolasi tetap dilakukan karena banyak faktor. “Jika kita membuat langkah buruk, kita justru akan semakin mundur,” katanya. Dia mengungkapkan, pandemi tersebut tidak akan musnah dengan cepat.
Langkah serupa juga diterapkan Gubernur California Gavin Newsom. “Saya berharap bisa menetapkan hari di mana kita akan menyalakan lampu dan kembali normal,” kata Newsom. Dia mengungkapkan, pihaknya telah memutuskan untuk mematikan lampu atau memberlakukan lockdown.
Sementara itu, hasil autopsi di Negara Bagian California mengungkap bahwa kematian pertama terkait virus corona di Amerika Serikat terjadi beberapa pekan lebih awal dari yang semula diperkirakan. Kematian pertama terkait virus korona di AS sebelumnya diketahui terjadi di Kota Seattle pada 26 Februari, sedangkan di California pada 4 Maret.
Namun, informasi terkini dari kantor forensik di Santa Clara County mengubah jejak rekam tersebut. Hasil rangkaian autopsi terhadap dua orang yang meninggal dunia pada 6 Februari dan 17 Februari mengungkap bahwa mereka tutup usia akibat Covid-19.
Berbagai sampel autopsi telah dikirim ke Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC), yang mengonfirmasi keberadaan virus corona pada jasad kedua orang itu, sebut pernyataan kantor forensik Santa Clara County, Selasa (21/4). Kematian individu ketiga di Santa Clara pada 6 Maret juga telah dikonfirmasi terkait Covid-19. "Ketiga orang ini meninggal di rumah pada saat pengujian yang sangat terbatas hanya tersedia melalui CDC," sebut pernyataan kantor forensik.
Kala itu, kriteria pengujian di CDC dibatasi hanya untuk orang-orang yang telah bepergian ke kawasan terpapar virus corona dan yang menunjukkan gejala-gejala tertentu. Kantor forensik menambahkan, "Kami mengantisipasi kematian tambahan akibat Covid-19 yang diidentifikasi selagi proses investigasi berlangsung."
Jumlah kasus positif virus corona di AS telah mencapai 839.675, dengan sedikitnya 46.000 kematian—sebagaimana ditunjukkan data Johns Hopkins University. Di California, pejabat kesehatan di Los Angeles mengonfirmasi tambahan 1.400 kasus positif corona. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
tulis komentar anda