Rusia Kepada PBB: Tidak Ada Rencana untuk Menduduki Ukraina
Selasa, 01 Maret 2022 - 19:07 WIB
NEW YORK - Rusia berusaha untuk menyelamatkan nyawa di Donbass dan menghukum mereka yang bertanggung jawab atas kekejaman dan genosida selama delapan tahun. Hal itu diungkapkan utusan Moskow untuk PBB , Vasily Nebenzia, kepada Majelis Umum selama sesi yang menyerukan untuk mengecam invasi ke Ukraina .
Seperti diketahui, militer Rusia melancarkan serangan terhadap tetangganya pada Kamis pekan lalu.
“Pendudukan Ukraina bukan bagian dari rencana kami. Tujuan dari operasi khusus ini adalah untuk melindungi orang-orang, yang telah menjadi sasaran pelecehan dan genosida oleh rezim Kiev selama delapan tahun terakhir. Inilah mengapa perlu demiliterisasi dan de-nazifikasi Ukraina,” kata Nebenzia seperti dilansir dari Russia Today, Selasa (1/3/2022).
Sebagai salah satu contoh "kejahatan mengerikan" yang dilakukan oleh pemerintah di Kiev, utusan Rusia itu mengutip pembunuhan orang-orang yang memprotes kudeta yang didukung Amerika Serikat (AS) di Kiev, ketika 40 orang dibakar hidup-hidup di sebuah gedung di Odessa.
"Moskow berusaha untuk mengadili siapa saja yang melakukan kekejaman seperti itu, termasuk warga negara Rusia,” tegas Nebenzia.
"Rusia membela diri dari 'rezim' yang bercita-cita untuk mendapatkan akses ke senjata nuklir," tambah utusan PBB, mencatat pernyataan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tentang hal itu pada Konferensi Keamanan Munich pada 18 Februari lalu.
Alih-alih melanggar prinsip-prinsip dasar PBB, seperti yang dituduhkan oleh para kritikus Rusia, Nebenzia berpendapat bahwa operasi militer sebenarnya memastikan prinsip utama ditegakkan untuk mencegah perang dunia lain.
"Penempatan aset militer NATO di Ukraina akan memaksa Rusia untuk mengambil tindakan yang akan menempatkan Moskow dan aliansinya di ambang konflik,” katanya.
Ukraina dan pendukung Baratnya menuduh Rusia melakukan agresi tanpa alasan dan menolak tuduhan genosida serta kekejaman di dua wilayah Donetsk dan Lugansk yang memisahkan diri.
“Semua orang tahu bahwa Rusia dan Rusia sendiri yang memulai invasi ini,” kata duta besar Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya.
Majelis Umum PBB melakukan pertemuan atas permintaan AS, yang pekan lalu mengajukan resolusi bersama dengan Albania untuk mengutuk Rusia di Dewan Keamanan PBB, di mana usulan itu diveto oleh Moskow.
Seperti diketahui, militer Rusia melancarkan serangan terhadap tetangganya pada Kamis pekan lalu.
“Pendudukan Ukraina bukan bagian dari rencana kami. Tujuan dari operasi khusus ini adalah untuk melindungi orang-orang, yang telah menjadi sasaran pelecehan dan genosida oleh rezim Kiev selama delapan tahun terakhir. Inilah mengapa perlu demiliterisasi dan de-nazifikasi Ukraina,” kata Nebenzia seperti dilansir dari Russia Today, Selasa (1/3/2022).
Sebagai salah satu contoh "kejahatan mengerikan" yang dilakukan oleh pemerintah di Kiev, utusan Rusia itu mengutip pembunuhan orang-orang yang memprotes kudeta yang didukung Amerika Serikat (AS) di Kiev, ketika 40 orang dibakar hidup-hidup di sebuah gedung di Odessa.
"Moskow berusaha untuk mengadili siapa saja yang melakukan kekejaman seperti itu, termasuk warga negara Rusia,” tegas Nebenzia.
"Rusia membela diri dari 'rezim' yang bercita-cita untuk mendapatkan akses ke senjata nuklir," tambah utusan PBB, mencatat pernyataan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tentang hal itu pada Konferensi Keamanan Munich pada 18 Februari lalu.
Alih-alih melanggar prinsip-prinsip dasar PBB, seperti yang dituduhkan oleh para kritikus Rusia, Nebenzia berpendapat bahwa operasi militer sebenarnya memastikan prinsip utama ditegakkan untuk mencegah perang dunia lain.
"Penempatan aset militer NATO di Ukraina akan memaksa Rusia untuk mengambil tindakan yang akan menempatkan Moskow dan aliansinya di ambang konflik,” katanya.
Ukraina dan pendukung Baratnya menuduh Rusia melakukan agresi tanpa alasan dan menolak tuduhan genosida serta kekejaman di dua wilayah Donetsk dan Lugansk yang memisahkan diri.
“Semua orang tahu bahwa Rusia dan Rusia sendiri yang memulai invasi ini,” kata duta besar Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya.
Majelis Umum PBB melakukan pertemuan atas permintaan AS, yang pekan lalu mengajukan resolusi bersama dengan Albania untuk mengutuk Rusia di Dewan Keamanan PBB, di mana usulan itu diveto oleh Moskow.
(ian)
tulis komentar anda