Analisis Mengapa Rezim Erdogan Terus Buru Pengikut Fethullah Gulen

Senin, 15 Juni 2020 - 11:30 WIB
Aliansi Gulen dan Erdogan berakhir pada 2011 ketika Gulen menolak untuk mendukung upaya Erdogan menghapuskan check and balance pada kekuatannya.

“Erdogan ingin Gulen mendukung semua tindakannya. Gulen menolak ini dan Gerakan Gulen sekarang membayar harga kebebasannya,” kata Aslandogan.

Erdogan menuduh pendukung Gulen membangun "negara paralel" melalui jaringan berbagai sektor termasuk bidang pendidikan, media, dan militer.

Aslandogan mengatakan gerakan itu tidak pernah menghadirkan ancaman bagi Erdogan, yang sebaliknya menggunakannya sebagai kambing hitam untuk membenarkan perebutan kekuasaan.

Bagaimana Erdogan Memperlakukan Pendukung Gulen?

Erdogan menyebut Gerakan Gulen sebagai organisasi teroris pada Mei 2016 dan menuduh Gulen dan para pendukungnya memimpin upaya kudeta yang gagal pada 15 Juli tahun yang sama.

Erdogan juga bersumpah untuk "memenggal kepala para pengkhianat" yang menjadi dalang kudeta.

"Tetapi kepemimpinan Gulen percaya bahwa sebenarnya Erdogan yang merencanakan kudeta yang 'dipentaskan' sebagai alasan untuk memperluas penganiayaan," kata Aslandogan.

Sejak itu Ankara telah menahan puluhan ribu orang atas dugaan memiliki hubungan dengan Gulen dan lebih dari 100.000 orang telah dipecat atau ditangguhkan dari pekerjaan di sektor publik. Aslandogan memaparkan para para pendukung Gulen di Turki dikenai hukuman penjara, penolakan kesempatan kerja, pemotongan tunjangan perawatan kesehatan, pembekuan aset, dan penyitaan paspor.

Bahkan atlet Turki terkemuka, seperti pemain sepak bola Hakan Sukur dan pemain NBA Enes Kanter, telah ditargetkan oleh negara karena mendukung Gulen dan menentang Erdogan. Pada tahun 2016 pemerintah Turki mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Sukur dan Kanter, menuduh keduanya menghina Erdogan di Twitter.

"Komunitas Gulen menolak untuk tetap diam selama masa pemerintahan Erdogan dan akibatnya ditargetkan untuk tidak tunduk pada keinginan presiden yang semakin otoriter," kata Kanter, yang sekarang tinggal di AS.

“Harga yang harus dibayar sangat buruk. Ketika datang untuk menekan komunitas Gulen, tidak ada hukum domestik atau internasional yang dipatuhi pemerintah,” kata Kanter dalam sebuah wawancara dengan Al Arabiya English.

"Saya tidak menyebutnya sistem hukum Turki karena tidak melayani rakyat Turki dengan keadilan, tetapi hanya untuk Erdogan dan kepentingannya saja," kata Kanter.

Siapa Lagi yang Ditindak Erdogan?

Menurut Amnesty International undang-undang anti-terorisme di Turki tidak jelas dan banyak disalahgunakan dalam kasus-kasus palsu terhadap jurnalis.

Lebih dari 319 wartawan telah ditangkap di Turki sejak 2016, dan 189 outlet media ditutup. Data itu diungkap Turkey Purge, sebuah situs web yang dijalankan oleh wartawan Turki yang mendokumentasikan berbagai penangkapan di negara itu.

Salah satu korban adalah jurnalis Turki; Abdülhamit Bilici. Dia adalah pemimpin redaksi surat kabar Zaman.

Pemerintah Erdogan banyak membungkam outlet berita, memenjarakan banyak wartawan organisasi, dan menunjuk kepemimpinan baru.

"Setelah serangan polisi di markas kami di Istanbul, hal pertama yang dilakukan pengawas yang ditunjuk Erdogan adalah memecat saya," kata Bilici dalam sebuah wawancara dengan Al Arabiya English.

Setelah menerima ancaman dari Erdogan dan pendukungnya, Bilici meninggalkan negaranya ke AS.

"Saya mendapat pesan peringatan seperti ‘siapkan tas Anda untuk dipenjara'. Saya merasa bahwa percakapan telepon saya disadap. Kemanapun saya pergi, orang-orang mengejar saya—sebagai akibat dari semua ini, saya tidak merasa aman untuk tinggal di Turki," imbuh dia.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More