Putra Diktator Marcos Jadi Capres Unggulan Filipina
Senin, 07 Februari 2022 - 15:16 WIB
Saudara perempuannya adalah seorang senator dan mantan gubernur serta mantan anggota Kongres. Sedangkan ibunya; Imelda, yang gagal mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 1992, terpilih menjadi anggota Kongres selama empat periode.
Kembalinya seorang Marcos ke Malacanang [istana kepresidenan Filipin], tidak terpikirkan oleh jutaan orang Filipina, tetapi lebih dari separuh lebih dari 60 juta pemilih di negara itu berusia 40 tahun ke bawah, dan tidak hidup melalui rezim Marcos serta penindasan dan penjarahannya.
Ferdinand Marcos Sr, dengan Imelda di sisinya, adalah presiden selama hampir dua dekade, memerintah sebagai diktator sebelum dia digulingkan dalam revolusi “people power" pada tahun 1986 yang telah menjadi terkenal di seluruh dunia.
Marcos Sr dan Imelda, yang dikenal dengan koleksi besar karya seni, perhiasan dan sepatunya, dituduh mengumpulkan lebih dari USD10 miliar saat dia menjabat.
Menurut Amnesty International, selama pemerintahannya, 70.000 orang dipenjara, 34.000 orang disiksa, dan 3.240 orang dibunuh.
Lebih dari 11.100 korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) selama rezim Marcos dibayar kompensasi menggunakan jutaan dari rekening bank Marcos di Swiss, bagian dari kekayaan haram keluarga yang dipulihkan oleh pemerintah.
Di antara mereka adalah Loretta Ann Rosales, seorang aktivis politik yang disiksa dan dilecehkan secara seksual selama rezim Marcos dan sekarang menjadi salah satu dari beberapa pengadu yang berusaha menghalangi Marcos Jr dari pemilihan presiden.
“Kami pikir kami telah menyingkirkan keluarga Marcos,” kata Rosales, yang juga mantan ketua Komisi HAM. "Saya ingin dia didiskualifikasi."
Marcos Jr telah mempertanyakan data Amnesty dan menolak narasi lama tentang penindasan dan pemerintah yang gagal dalam pemerintahan ayahnya.
Dia dan keluarganya telah menghindari pertanyaan tentang kekejaman di masa lalu dan malah menggembar-gemborkan apa yang diklaim pendukung mereka sebagai "zaman keemasan".
Kembalinya seorang Marcos ke Malacanang [istana kepresidenan Filipin], tidak terpikirkan oleh jutaan orang Filipina, tetapi lebih dari separuh lebih dari 60 juta pemilih di negara itu berusia 40 tahun ke bawah, dan tidak hidup melalui rezim Marcos serta penindasan dan penjarahannya.
Ferdinand Marcos Sr, dengan Imelda di sisinya, adalah presiden selama hampir dua dekade, memerintah sebagai diktator sebelum dia digulingkan dalam revolusi “people power" pada tahun 1986 yang telah menjadi terkenal di seluruh dunia.
Marcos Sr dan Imelda, yang dikenal dengan koleksi besar karya seni, perhiasan dan sepatunya, dituduh mengumpulkan lebih dari USD10 miliar saat dia menjabat.
Menurut Amnesty International, selama pemerintahannya, 70.000 orang dipenjara, 34.000 orang disiksa, dan 3.240 orang dibunuh.
Lebih dari 11.100 korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) selama rezim Marcos dibayar kompensasi menggunakan jutaan dari rekening bank Marcos di Swiss, bagian dari kekayaan haram keluarga yang dipulihkan oleh pemerintah.
Di antara mereka adalah Loretta Ann Rosales, seorang aktivis politik yang disiksa dan dilecehkan secara seksual selama rezim Marcos dan sekarang menjadi salah satu dari beberapa pengadu yang berusaha menghalangi Marcos Jr dari pemilihan presiden.
“Kami pikir kami telah menyingkirkan keluarga Marcos,” kata Rosales, yang juga mantan ketua Komisi HAM. "Saya ingin dia didiskualifikasi."
Marcos Jr telah mempertanyakan data Amnesty dan menolak narasi lama tentang penindasan dan pemerintah yang gagal dalam pemerintahan ayahnya.
Dia dan keluarganya telah menghindari pertanyaan tentang kekejaman di masa lalu dan malah menggembar-gemborkan apa yang diklaim pendukung mereka sebagai "zaman keemasan".
Lihat Juga :
tulis komentar anda