Presiden Prancis: Pembicaraan Nuklir Iran Perlu Dipercepat
Minggu, 30 Januari 2022 - 19:00 WIB
PARIS - Presiden Prancis , Emmanuel Macron telah menginstruksikan timpalannya dari Iran , Presiden Ebrahim Raisi bahwa kesepakatan yang mencabut sanksi terhadap Iran sebagai imbalan atas pembatasan tindakan nuklirnya tetap jadi peluang besar.
Namun, pembicaraan nuklir itu perlu dipercepat, jelas kantor Kepresidenan Prancis, Minggu (30/1/2022).
“Presiden Republik menegaskan kembali keyakinannya (bahwa jawaban diplomatic) layak dan penting, dan hati-hati bahwa penyelesaian apa pun akan memerlukan komitmen yang jelas dan cukup dari semua peristiwa,” sebut pernyataan Istana Elysee, kantor Macron.
Pernyataan itu dikeluarkan setelah Macron melakukan percakapan telepon dengan Raisi, Sabtu (29/1/2022).
"Beberapa bulan setelah dimulainya kembali negosiasi di Wina, dia bersikeras tentang perlunya mempercepat agar segera mendapatkan kemajuan nyata dalam kerangka ini," tambah pernyataan tersebut, seperti dikutip dari Reuters.
“Dia menggarisbawahi perlunya Iran untuk menunjukkan strategi konstruktif dan kembali ke implementasi penuh kewajibannya,” lanjutnya.
Prancis, Jerman dan Inggris, umumnya dikenal sebagai E3, dan Amerika Serikat mencoba menyelamatkan penyelesaian Wina 2015 dengan Iran. Namun, diplomat Barat telah menyatakan negosiasi telah berjalan terlalu lambat.
Negosiasi telah memasuki putaran ke 8, sejak Desember lalu. Iran sendiri telah menolak tenggat waktu yang diberlakukan oleh kekuatan Barat.
Macron juga meminta peluncuran cepat pendidikan Prancis-Iran Fariba Adelkhah, yang dipenjara kembali pada Januari, dan turis Prancis Benjamin Briere, yang pada Selasa dijatuhi hukuman delapan tahun penjara karena tuduhan mata-mata.
Namun, pembicaraan nuklir itu perlu dipercepat, jelas kantor Kepresidenan Prancis, Minggu (30/1/2022).
“Presiden Republik menegaskan kembali keyakinannya (bahwa jawaban diplomatic) layak dan penting, dan hati-hati bahwa penyelesaian apa pun akan memerlukan komitmen yang jelas dan cukup dari semua peristiwa,” sebut pernyataan Istana Elysee, kantor Macron.
Pernyataan itu dikeluarkan setelah Macron melakukan percakapan telepon dengan Raisi, Sabtu (29/1/2022).
"Beberapa bulan setelah dimulainya kembali negosiasi di Wina, dia bersikeras tentang perlunya mempercepat agar segera mendapatkan kemajuan nyata dalam kerangka ini," tambah pernyataan tersebut, seperti dikutip dari Reuters.
“Dia menggarisbawahi perlunya Iran untuk menunjukkan strategi konstruktif dan kembali ke implementasi penuh kewajibannya,” lanjutnya.
Prancis, Jerman dan Inggris, umumnya dikenal sebagai E3, dan Amerika Serikat mencoba menyelamatkan penyelesaian Wina 2015 dengan Iran. Namun, diplomat Barat telah menyatakan negosiasi telah berjalan terlalu lambat.
Negosiasi telah memasuki putaran ke 8, sejak Desember lalu. Iran sendiri telah menolak tenggat waktu yang diberlakukan oleh kekuatan Barat.
Macron juga meminta peluncuran cepat pendidikan Prancis-Iran Fariba Adelkhah, yang dipenjara kembali pada Januari, dan turis Prancis Benjamin Briere, yang pada Selasa dijatuhi hukuman delapan tahun penjara karena tuduhan mata-mata.
(esn)
tulis komentar anda