Bahaya! China Peringatkan Virus NeoCoV dengan Tingkat Kematian Tinggi
Kamis, 27 Januari 2022 - 19:05 WIB
Berdasarkan temuan mereka, potensi bahaya yang terkait dengan virus corona baru adalah mengikat reseptor ACE2 dengan cara yang berbeda dari patogen COVID-19.
Oleh karena itu, baik antibodi maupun molekul protein yang terbentuk pada mereka yang menderita penyakit pernapasan atau telah divaksinasi terhadap SARS-CoV-2 tidak akan berhasil melindunginya.
“Itu artinya, NeoCoV membawa serta potensi gabungan tingkat kematian MERS-CoV yang tinggi (di mana rata-rata satu dari tiga orang yang terinfeksi meninggal) dan tingkat penularan yang tinggi dari virus corona SARS-CoV-2 saat ini,” tulis para peneliti China.
Para ahli dari Vector Russian State Research Center of Virology and Biotechnology mengeluarkan pernyataan pada Kamis (27/1/2022) setelah diberi pengarahan tentang NeoCov, sebagai tanggapan atas publikasi tersebut.
"Para ahli dari pusat penelitian Vector mengetahui data yang diperoleh peneliti China mengenai virus corona NeoCov. Saat ini, ini bukan tentang kemunculan virus corona baru yang mampu menyebar secara aktif di antara manusia," ungkap mereka.
Mereka menambahkan tim China telah menguraikan potensi risiko yang memerlukan studi lebih lanjut.
Pandemi COVID-19 yang melanda dunia bermula dari Wuhan, China, pada Desember 2019. Belum ada bukti pasti bagaimana pandemi itu muncul.
Saat ini, ada dua versi tentang masalah ini. Yang pertama menunjukkan bahwa COVID-19 ditularkan ke manusia dari kelelawar melalui hewan perantara. Yang kedua menjelaskan wabah dengan kebocoran dari laboratorium.
Pada musim semi 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan laporan lengkapnya tentang asal virus corona, yang menyatakan teori kebocoran laboratorium tidak mungkin terjadi.
Pada 29 Oktober 2021, intelijen AS merilis laporan yang tidak diklasifikasikan tentang penyelidikannya terkait asal-usul virus corona yang menemukan virus tersebut belum dikembangkan sebagai senjata biologis.
Oleh karena itu, baik antibodi maupun molekul protein yang terbentuk pada mereka yang menderita penyakit pernapasan atau telah divaksinasi terhadap SARS-CoV-2 tidak akan berhasil melindunginya.
“Itu artinya, NeoCoV membawa serta potensi gabungan tingkat kematian MERS-CoV yang tinggi (di mana rata-rata satu dari tiga orang yang terinfeksi meninggal) dan tingkat penularan yang tinggi dari virus corona SARS-CoV-2 saat ini,” tulis para peneliti China.
Para ahli dari Vector Russian State Research Center of Virology and Biotechnology mengeluarkan pernyataan pada Kamis (27/1/2022) setelah diberi pengarahan tentang NeoCov, sebagai tanggapan atas publikasi tersebut.
"Para ahli dari pusat penelitian Vector mengetahui data yang diperoleh peneliti China mengenai virus corona NeoCov. Saat ini, ini bukan tentang kemunculan virus corona baru yang mampu menyebar secara aktif di antara manusia," ungkap mereka.
Mereka menambahkan tim China telah menguraikan potensi risiko yang memerlukan studi lebih lanjut.
Pandemi COVID-19 yang melanda dunia bermula dari Wuhan, China, pada Desember 2019. Belum ada bukti pasti bagaimana pandemi itu muncul.
Saat ini, ada dua versi tentang masalah ini. Yang pertama menunjukkan bahwa COVID-19 ditularkan ke manusia dari kelelawar melalui hewan perantara. Yang kedua menjelaskan wabah dengan kebocoran dari laboratorium.
Pada musim semi 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan laporan lengkapnya tentang asal virus corona, yang menyatakan teori kebocoran laboratorium tidak mungkin terjadi.
Pada 29 Oktober 2021, intelijen AS merilis laporan yang tidak diklasifikasikan tentang penyelidikannya terkait asal-usul virus corona yang menemukan virus tersebut belum dikembangkan sebagai senjata biologis.
Lihat Juga :
tulis komentar anda