Ebrahim Raisi: Iran dan Rusia Dapat Bersama-sama Melawan AS

Kamis, 20 Januari 2022 - 17:00 WIB
Tidak hanya itu, Trump juga memberlakukan kembali sanksi keras terhadap Teheran di bawah apa yang disebutnya sebagai kampanye "tekanan maksimum".

Sanksi pertama pembatasan mempengaruhi sektor otomotif Iran, serta pasar emas dan logam lainnya. Yang kedua melarang Iran mengekspor bahan mentah hidrokarbon apa pun dan menghalangi transaksi yang terkait dengan Bank Sentral Iran.



Pada November 2018, Iran terputus dari sistem perbankan SWIFT. Sanksi lebih lanjut membatasi pasokan sejumlah logam, batu bara, dan peralatan industri ke Teheran.

Menteri Luar Negeri AS saat itu, Mike Pompeo, secara terbuka mengancam bahwa Iran harus tunduk pada tekanan atau dapat menyaksikan ekonominya runtuh.

Sementara itu, Iran memiliki cadangan minyak terbesar ketiga setelah Arab Saudi dan Venezuela serta pendapatan dari ekspornya adalah sumber utama pendapatan mata uang asing Iran. Menurut perkiraan IMF, cadangan devisa negara itu pada 2019 turun menjadi USD86 miliar, turun 20 persen dari level 2013.

Pembatasan ini dan lainnya telah menyebabkan tingkat inflasi yang belum pernah terjadi sebelumnya hingga 35 persen, dengan harga beberapa makanan naik lebih dari 100 persen.

Terlebih lagi, sanksi sebagian besar memengaruhi rakyat Iran selama pandemi COVID-19, karena banyak perusahaan yang memasok obat-obatan dan peralatan medis yang diperlukan untuk memerangi virus Corona telah menghentikan pengiriman ke Iran.



Bagaimanapun Pemerintah Iran telah memfokuskan upayanya pada pengembangan lebih lanjut, melanjutkan, antara lain, alokasi sejumlah besar uang untuk penelitian ilmiah.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More