Tak Pakai GPS, Korea Utara Pilih Navigasi Satelit Rusia untuk Tes Rudal
Selasa, 18 Januari 2022 - 11:45 WIB
PYONGYANG - Para ahli mengatakan Korea Utara (Korut) meluncurkan rudal tetapi tidak menggunakan Sistem Pemosisian Global (GPS) Amerika Serikat (AS). Pyongyang lebih memilih menggunakan sistem navigasi GLONASS Rusia untuk tes rudalnya.
Korea Utara melakukan empat uji coba rudal pada Januari, termasuk dua peluncuran rudal hipersonik pada 5 dan 11 Januari, satu rudal balistik yang diluncurkan dengan kereta api pada 14 Januari, dan satu rudal taktis.
Dalam laporan Newsnpr pada Selasa (18/1/2022), para ahli mengatakan uji coba rudal Korea Utara dalam beberapa tahun terakhir, termasuk dua peluncuran rudal balistik antarbenua, tak bisa diremehkan.
“Korut telah mencapai kesuksesan bahkan tanpa menggunakan GPS AS,” ungkap para pakar.
“Tidak ada pihak yang menghadapi AS menggunakan GPS karena mereka takut akan risiko gangguan atau campur tangan militer AS,” papar Andrei Chang, pemimpin redaksi Kanwa Defense Review yang berbasis di Kanada.
Dia menambahkan, “Sebaliknya, mereka dapat menggunakan sistem penentuan posisi global Beidou China atau GLONASS Rusia.”
Sumber yang dekat dengan militer China mengatakan sistem Beidou, yang beroperasi penuh sejak 2020, tidak mendukung uji coba rudal negara lain.
Sumber tersebut mengkonfirmasi bahwa Korea Utara menggunakan GLONASS untuk uji coba rudal, meskipun jangkauan sistem Rusia tidak seluas GPS.
“Para ahli dari Pyongyang mengevaluasi sistem Beidou dan GLONASS, mereka memutuskan bahwa sistem Rusia cocok untuk lokasi geografis Korea Utara dengan garis lintang tinggi saat meluncurkan rudal,” papar sumber itu.
Para pakar menjelaskan, “Ada juga rahasia umum bahwa Korea Utara mendapat manfaat dari warisan Uni Soviet, yang mentransfer teknologi rudal jarak menengah ke Pyongyang setelah Perjanjian Pasukan Nuklir Jarak Menengah (INF) yang ditandatangani dengan Amerika Serikat.”
INF ditandatangani pada 1987, yang mengharuskan AS dan Uni Soviet untuk menghilangkan semua rudal balistik dan jelajah yang diluncurkan dari darat dengan jangkauan 500-5.000 km.
AS menarik diri dari perjanjian INF pada 2019. Badan intelijen Amerika Serikat dan Barat telah lama percaya bahwa Korea Utara mengembangkan rudal berdasarkan desain dan teknologi era 1960-an.
Korea Utara melakukan empat uji coba rudal pada Januari, termasuk dua peluncuran rudal hipersonik pada 5 dan 11 Januari, satu rudal balistik yang diluncurkan dengan kereta api pada 14 Januari, dan satu rudal taktis.
Dalam laporan Newsnpr pada Selasa (18/1/2022), para ahli mengatakan uji coba rudal Korea Utara dalam beberapa tahun terakhir, termasuk dua peluncuran rudal balistik antarbenua, tak bisa diremehkan.
“Korut telah mencapai kesuksesan bahkan tanpa menggunakan GPS AS,” ungkap para pakar.
“Tidak ada pihak yang menghadapi AS menggunakan GPS karena mereka takut akan risiko gangguan atau campur tangan militer AS,” papar Andrei Chang, pemimpin redaksi Kanwa Defense Review yang berbasis di Kanada.
Dia menambahkan, “Sebaliknya, mereka dapat menggunakan sistem penentuan posisi global Beidou China atau GLONASS Rusia.”
Sumber yang dekat dengan militer China mengatakan sistem Beidou, yang beroperasi penuh sejak 2020, tidak mendukung uji coba rudal negara lain.
Sumber tersebut mengkonfirmasi bahwa Korea Utara menggunakan GLONASS untuk uji coba rudal, meskipun jangkauan sistem Rusia tidak seluas GPS.
“Para ahli dari Pyongyang mengevaluasi sistem Beidou dan GLONASS, mereka memutuskan bahwa sistem Rusia cocok untuk lokasi geografis Korea Utara dengan garis lintang tinggi saat meluncurkan rudal,” papar sumber itu.
Para pakar menjelaskan, “Ada juga rahasia umum bahwa Korea Utara mendapat manfaat dari warisan Uni Soviet, yang mentransfer teknologi rudal jarak menengah ke Pyongyang setelah Perjanjian Pasukan Nuklir Jarak Menengah (INF) yang ditandatangani dengan Amerika Serikat.”
INF ditandatangani pada 1987, yang mengharuskan AS dan Uni Soviet untuk menghilangkan semua rudal balistik dan jelajah yang diluncurkan dari darat dengan jangkauan 500-5.000 km.
AS menarik diri dari perjanjian INF pada 2019. Badan intelijen Amerika Serikat dan Barat telah lama percaya bahwa Korea Utara mengembangkan rudal berdasarkan desain dan teknologi era 1960-an.
(sya)
tulis komentar anda