Mereka yang Marah dengan Reformasi Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman

Minggu, 16 Januari 2022 - 05:30 WIB
“Sekarang jika Anda mencoba menghentikannya, dia akan mengadu ke polisi dan mereka menahan Anda.”

Beberapa orang Saudi percaya bahwa Pangeran MBS, alih-alih mengganti fanatisme agama dengan moderasi, malah membuang agama sama sekali. “Seperti Eropa, dia membuang Tuhan dengan gereja,” kata seorang sufi di Madinah yang tak bisa disebutkan namanya.

Kebijakan ekonomi sang pangeran menambah ketidakpuasan. Pengusaha mengeluh bahwa sang pangeran menggunakan dana kekayaan kedaulatan kerajaan yang besar dan entitas kerajaan lainnya untuk menyingkirkan sektor swasta.

Subsidi telah turun, sementara pajak, biaya dan denda telah naik. Seorang sopir taksi mencatat bahwa harga bensin yang dikendalikan negara, yang dulunya lebih murah daripada air, telah meningkat empat kali lipat di bawah pengawasan Pangeran MBS. Namun, para ekonom dan pemerhati lingkungan memuji langkah sang pangeran.

Hanya ada sedikit akuntabilitas. Pangeran dan ayahnya; Raja Salman, telah mengakhiri praktik menjadi tuan rumah majelis, atau dewan mingguan, di mana orang Saudi dapat mengajukan banding kepada penguasa mereka.

Akankah ada sesuatu yang datang dari semua ketidakbahagiaan ini? Hanya sedikit yang percaya bahwa para pengkhotbah akan tetap diam untuk selama-lamanya.

Beberapa orang bertanya-tanya apakah Ayatollah Ruhollah Khomeini versi Saudi, yang memimpin pemberontakan melawan pemerintahan Syah di Iran, mungkin muncul. Seorang mantan pejabat senior mengenang Raja Faisal, yang dibunuh oleh keponakannya pada tahun 1975.

“Pangeran Mohammed tahu apa yang bisa dilakukan keluarga itu,” katanya. "Mereka tidak akan memaafkannya."

Yang lain berharap Presiden Joe Biden akan menghalangi suksesi pangeran. Tanpa Pangeran Mohammed yang bertanggung jawab, beberapa analis berpikir reformasinya akan terbalik.

"Perubahan dipaksakan dari atas dan sayangnya tidak membangun akar rumput,” kata mantan pejabat tersebut.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More