Wanita Ini Bercinta 10 Kali dengan Pendonor Sperma, Berhasil Miliki Bayi Malah Menyesal

Kamis, 13 Januari 2022 - 15:31 WIB
Wanita Jepang melahirkan bayi dari pria pendonor sperma. Namun, dia menyesal setelah si pendonor berbohong soal latar belakang pendidikan dan etnisnya. Foto/REUTERS/Ilustrasi
TOKYO - Seorang wanita Jepang berhasil memiliki anak kedua dari pendonor sperma setelah mereka berhubungan intim sepuluh kali. Namun setelah melahirkan bayi, wanita itu justru menyesal karena ayah biologis bayi itu ternyata berbohong soal latar belakang pendidikan dan etnisnya.

Wanita tersebut mencampakkan bayinya ke fasilitas penitipan anak di Tokyo untuk diadopsi orang lain.

Dia lantas menggugat ayah biologis bayi tersebut ke pengadilan dengan alasan menderita tekanan emosional setelah mengetahui bahwa si pendonor sperma itu berbohong tentang identitasnya.





Mengutip Tokyo Shimbun, Kamis (13/1/2022), wanita berusia 30-an tahun yang identitasnya dilindungi itu menggugat ganti rugi sebesar 330 juta yen (Rp41 miliar).

Kasus ini bermula ketika wanita yang tercatat sebagai penduduk Tokyo tersebut mengira dia telah menemukan seorang pria Jepang yang sukses dengan pendidikan Universitas Kyoto sebagai pendonor sperma.

Dia kemudian berhubungan seks dengannya 10 kali dalam upaya untuk hamil. Usahanya itu berhasil.

Wanita itu sebelumnya memiliki satu anak dengan suaminya saat ini, tetapi memutuskan untuk hamil anak kedua dengan pendonor sperma ketika dia mengetahui suaminya membawa kelainan keturunan yang dapat diturunkan kepada keturunannya.

Dia mencari bantuan media sosial untuk menemukan kandidat pendonor sperma yang sempurna.

Upayanya membuahkan hasil pada Juli 2019. Namun, segera setelah hamil oleh pendonor sperma, wanita itu mengetahui bahwa ayah biologis dari bayinya yang dikandung sebenarnya adalah seorang pria China yang sudah menikah dan bukan mahasiswa dari universitas riset bergengsi.

Dia memutuskan untuk membiarkan bayinya diadopsi orang lain karena sudah terlambat untuk menggugurkan kandungannya.

Industri donasi sperma Jepang sebagian besar tidak diatur, menurut investigasi Vice News.

Inseminasi buatan komersial jarang terjadi, dan hanya terbatas pada pasangan menikah heteroseksual. Situasi ini telah menyebabkan banyak orang tua melakukan upaya mereka secara online dan di tangan mereka sendiri.

"Di Jepang, tidak ada sistem publik atau sistem hukum untuk donasi sperma," kata pihak pengacara wanita itu dalam konferensi pers, Selasa lalu.

Klien, kata pihak pengacara, telah menyampaikan bahwa cobaan itu telah menyebabkan tekanan fisik dan emosionalnya, sebagian karena reaksi balik yang didorong oleh keputusannya untuk menyerahkan anak itu.

Tetapi Mizuho Sasaki, seorang pekerja kesejahteraan anak di Jepang, menyebut wanita itu "dangkal". "Karena memperlakukan anak itu seperti sebuah objek," katanya dalam sebuah pernyataan kepada Vice News.

"Tapi saya pikir lebih baik meninggalkan anak itu dengan seseorang yang bisa menjadi orang tua asuh yang baik," katanya lagi.

Hiroshi Okada, direktur Mirai Life Research Institute, mengatakan kepada Japan Insider bahwa inseminasi "secara mandiri" semacam itu bisa sangat berbahaya dan menyebabkan risiko kesehatan yang parah.

"Ini bukan hanya masalah keamanan, tetapi juga bisa menjadi kriminal dan sangat berbahaya," kata Okada. “Air mani yang diserahkan mungkin membawa agen infeksi. Kami tidak tahu apakah sperma itu milik pendonor atau bukan. Ketika anak lahir, mungkin sperma itu bukan orang Jepang. Hal gila seperti itu terjadi."

Okada dan timnya telah mengonfirmasi bahwa sekitar 96,4 persen dari lebih dari 140 situs web yang menyediakan donasi sperma tidak aman.

Dia mengatakan banyak dari situs web tersebut hanya skema hook-up yang mengambil keuntungan dari orang-orang yang mencari donor sperma yang sah.
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More