WHO: Omicron Berbahaya, Terutama untuk yang Tidak Divaksinasi
Kamis, 13 Januari 2022 - 08:35 WIB
JENEWA - Varian Omicron dari Covid-19 berbahaya dan terutama bagi mereka yang belum divaksinasi terhadap penyakit tersebut. Peringatan itu diungkapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (12/1/2022).
WHO mengatakan lonjakan global besar dalam kasus Covid didorong oleh Omicron. Meski demikian, WHO bersikeras publik tidak boleh khawatir pada varian itu.
“Walau Omicron menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada Delta, itu tetap menjadi virus berbahaya, terutama bagi mereka yang tidak divaksinasi,” ungkap Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers.
“Kita tidak boleh membiarkan virus ini naik bebas atau mengibarkan bendera putih, terutama ketika begitu banyak orang di seluruh dunia tetap tidak divaksinasi,” papar dia.
“Di Afrika, lebih dari 85% orang belum menerima satu dosis vaksin. Kita tidak dapat mengakhiri fase akut pandemi kecuali kita menutup celah ini,” ujar dia.
Tedros ingin setiap negara memiliki 10% populasinya divaksinasi pada akhir September 2021, 40% pada akhir Desember, dan 70% pada pertengahan 2022.
“Tapi 90 negara masih belum mencapai 40%, 36 negara di antaranya masih kurang dari 10%,” papar dia.
“Sebagian besar orang yang dirawat di rumah sakit di seluruh dunia tidak divaksinasi,” ungkap dia.
Dia menjelaskan, meski vaksin tetap sangat efektif untuk mencegah kematian dan penyakit Covid-19 yang parah, vaksin tidak sepenuhnya mencegah penularan.
“Lebih banyak penularan berarti lebih banyak rawat inap, lebih banyak kematian, lebih banyak orang yang tidak bekerja, termasuk guru dan petugas kesehatan, dan lebih banyak risiko munculnya varian lain yang bahkan lebih menular dan lebih mematikan daripada Omicron,” ujar dia.
Tedros mengatakan jumlah kematian di seluruh dunia telah stabil di sekitar 50.000 per pekan.
“Belajar untuk hidup dengan virus ini tidak berarti kita dapat, atau harus, menerima jumlah kematian ini,” ungkap dia.
Direktur kedaruratan WHO Michael Ryan menambahkan, "Ini bukan waktunya untuk menyatakan ini adalah virus yang disambut baik."
WHO mengatakan lonjakan global besar dalam kasus Covid didorong oleh Omicron. Meski demikian, WHO bersikeras publik tidak boleh khawatir pada varian itu.
“Walau Omicron menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada Delta, itu tetap menjadi virus berbahaya, terutama bagi mereka yang tidak divaksinasi,” ungkap Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers.
“Kita tidak boleh membiarkan virus ini naik bebas atau mengibarkan bendera putih, terutama ketika begitu banyak orang di seluruh dunia tetap tidak divaksinasi,” papar dia.
“Di Afrika, lebih dari 85% orang belum menerima satu dosis vaksin. Kita tidak dapat mengakhiri fase akut pandemi kecuali kita menutup celah ini,” ujar dia.
Tedros ingin setiap negara memiliki 10% populasinya divaksinasi pada akhir September 2021, 40% pada akhir Desember, dan 70% pada pertengahan 2022.
“Tapi 90 negara masih belum mencapai 40%, 36 negara di antaranya masih kurang dari 10%,” papar dia.
“Sebagian besar orang yang dirawat di rumah sakit di seluruh dunia tidak divaksinasi,” ungkap dia.
Dia menjelaskan, meski vaksin tetap sangat efektif untuk mencegah kematian dan penyakit Covid-19 yang parah, vaksin tidak sepenuhnya mencegah penularan.
“Lebih banyak penularan berarti lebih banyak rawat inap, lebih banyak kematian, lebih banyak orang yang tidak bekerja, termasuk guru dan petugas kesehatan, dan lebih banyak risiko munculnya varian lain yang bahkan lebih menular dan lebih mematikan daripada Omicron,” ujar dia.
Tedros mengatakan jumlah kematian di seluruh dunia telah stabil di sekitar 50.000 per pekan.
“Belajar untuk hidup dengan virus ini tidak berarti kita dapat, atau harus, menerima jumlah kematian ini,” ungkap dia.
Direktur kedaruratan WHO Michael Ryan menambahkan, "Ini bukan waktunya untuk menyatakan ini adalah virus yang disambut baik."
(sya)
tulis komentar anda