Sekutu Dekat, Korut Malah Tidak Ikut Olimpiade Beijing
Jum'at, 07 Januari 2022 - 17:09 WIB
SEOUL - Korea Utara (Korut) mengatakan tidak akan berpartisipasi dalam Olimpiade Musim Dingin yang akan dihelat di Beijing, ibu kota negara yang selama ini menjadi sekutu dekatnya China . Bukan tanpa alasan Korut menolak berpartisipasi dalam Olimpiade Musim Dingin Beijing.
Korut mengatakan mereka tidak berpartisipasi dalam Olimpiade Musim Dingin Beijing karena pandemi COVID-19 yang melanda China. Selain itu, Korut juga beralasan pergerakan kekuatan musuh.
Dalam sebuah surat yang disampaikan langsung ke China pada hari Rabu oleh Duta Besar Korut, Komite Olimpiade negara itu dan kementerian olahraganya berharap Beijing sukses dalam Olimpiade meski Amerika Serikat (AS) dan sekutunya berusaha menggagalkannya.
"Amerika Serikat (AS) dan pasukan bawahannya semakin tidak terselubung dalam gerakan mereka melawan China yang bertujuan untuk mencegah pembukaan Olimpiade yang sukses,” menurut kantor berita resmi Korut, KCNA, seperti dikutip dari New York Times, Jumat (7/1/2022).
Surat itu menambahkan bahwa meskipun Korut tidak ambil bagian dalam Olimpiade karena pergerakan pasukan musuh dan pandemi di seluruh dunia, Pyongyang akan sepenuhnya mendukung China dalam penyelenggaraan Olimpiade.
Olimpiade Musim Dingin 2022 telah dilanda serangkaian boikot diplomatik dari Australia, Inggris, AS dan sejumlah negara lain, merujuk pada tuduhan pelanggaran HAM yang dilakukan China di wilayah Xinjiang.
Korut menyebut boikot itu sebagai penghinaan terhadap semangat Piagam Olimpiade internasional dan sebagai tindakan dasar untuk mencoba mempermalukan citra internasional China.
Korut adalah salah satu sekutu terdekat China. Negara itu bergantung pada China untuk sebagian besar perdagangan eksternalnya sambil berjuang di bawah sanksi berat yang dijatuhkan oleh PBB untuk pengembangan senjata nuklirnya.
Korut telah memberlakukan beberapa pembatasan yang ketata di dunia untuk mencegah penyebaran virus Corona. Negara tertutup itu telah menolak bantuan dari luar dan menutup perbatasannya, dilaporkan menempatkan penjaganya di sana di bawah perintah "tembak untuk membunuh".
Negara ini tidak melaporkan adanya kasus COVID-19, dan telah menolak tawaran jutaan dosis vaksin, membuat populasinya rentan terhadap wabah eksplosif jika perbatasannya dibuka kembali.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
Korut mengatakan mereka tidak berpartisipasi dalam Olimpiade Musim Dingin Beijing karena pandemi COVID-19 yang melanda China. Selain itu, Korut juga beralasan pergerakan kekuatan musuh.
Dalam sebuah surat yang disampaikan langsung ke China pada hari Rabu oleh Duta Besar Korut, Komite Olimpiade negara itu dan kementerian olahraganya berharap Beijing sukses dalam Olimpiade meski Amerika Serikat (AS) dan sekutunya berusaha menggagalkannya.
"Amerika Serikat (AS) dan pasukan bawahannya semakin tidak terselubung dalam gerakan mereka melawan China yang bertujuan untuk mencegah pembukaan Olimpiade yang sukses,” menurut kantor berita resmi Korut, KCNA, seperti dikutip dari New York Times, Jumat (7/1/2022).
Surat itu menambahkan bahwa meskipun Korut tidak ambil bagian dalam Olimpiade karena pergerakan pasukan musuh dan pandemi di seluruh dunia, Pyongyang akan sepenuhnya mendukung China dalam penyelenggaraan Olimpiade.
Olimpiade Musim Dingin 2022 telah dilanda serangkaian boikot diplomatik dari Australia, Inggris, AS dan sejumlah negara lain, merujuk pada tuduhan pelanggaran HAM yang dilakukan China di wilayah Xinjiang.
Korut menyebut boikot itu sebagai penghinaan terhadap semangat Piagam Olimpiade internasional dan sebagai tindakan dasar untuk mencoba mempermalukan citra internasional China.
Korut adalah salah satu sekutu terdekat China. Negara itu bergantung pada China untuk sebagian besar perdagangan eksternalnya sambil berjuang di bawah sanksi berat yang dijatuhkan oleh PBB untuk pengembangan senjata nuklirnya.
Korut telah memberlakukan beberapa pembatasan yang ketata di dunia untuk mencegah penyebaran virus Corona. Negara tertutup itu telah menolak bantuan dari luar dan menutup perbatasannya, dilaporkan menempatkan penjaganya di sana di bawah perintah "tembak untuk membunuh".
Negara ini tidak melaporkan adanya kasus COVID-19, dan telah menolak tawaran jutaan dosis vaksin, membuat populasinya rentan terhadap wabah eksplosif jika perbatasannya dibuka kembali.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
(ian)
tulis komentar anda