Memanas, Ukraina Gelar Latihan Perang Dekat Wilayah Separatis
Rabu, 22 Desember 2021 - 22:58 WIB
KIEV - Stasiun televisi Ukraina melaporkan militer negara itu telah melakukan latihan perang yang melibatkan rudal anti-tank Javelin buatan Amerika Serikat (AS) di daerah konflik dengan separatis di wilayah timur negara itu. Latihan perang ini dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan dengan Rusia .
Ukraina, yang berusaha untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), sejak 2018 telah menerima serangkaian pengiriman amunisi dan rudal Javelin asal AS, yang memicu kritik dari Moskow.
Kiev menuduh Moskow mengumpulkan puluhan ribu tentara dalam persiapan untuk kemungkinan serangan, meningkatkan kekhawatiran bahwa konflik yang membara di wilayah Donbass timur Ukraina dapat meletus menjadi perang terbuka antara kedua negara bertetangga itu.
Namun Rusia membantah merencanakan serangan apa pun tetapi menuduh Ukraina dan AS melakukan tindakan destabilisasi. Rusia juga telah meminta jaminan keamanan terhadap ekspansi NATO ke arah timur.
Pejabat tinggi keamanan Ukraina Oleksiy Danilov pada Rabu (22/12/2021) mengatakan 122 ribu tentara Rusia berada 200 km dari perbatasan dengan Ukraina seperti dilansir dari Reuters.
Danilov pekan lalu juga mengatakan bahwa Rusia akan membutuhkan setidaknya 500.000-600.000 tentara di perbatasan untuk menjaga situasi tetap terkendali jika terjadi serangan.
Dia juga mengatakan Rusia dapat meningkatkan jumlah pasukan dengan sangat cepat dan kapan saja, tetapi akan membutuhkan lebih dari 24 jam untuk membawa pasukan yang cukup ke perbatasan untuk melakukan invasi.
Eskalasi di sekitar Ukraina adalah fokus konsultasi antara Barat dan Rusia, yang telah didesak untuk meluncurkan negosiasi dalam format Normandia, yang akan mempertemukan perwakilan Prancis, Jerman, Rusia, dan Ukraina.
"Dialog dengan Moskow diperlukan, baik dalam format Normandia atau melalui pembicaraan di Dewan Rusia-NATO," kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock.
Ukraina, yang berusaha untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), sejak 2018 telah menerima serangkaian pengiriman amunisi dan rudal Javelin asal AS, yang memicu kritik dari Moskow.
Kiev menuduh Moskow mengumpulkan puluhan ribu tentara dalam persiapan untuk kemungkinan serangan, meningkatkan kekhawatiran bahwa konflik yang membara di wilayah Donbass timur Ukraina dapat meletus menjadi perang terbuka antara kedua negara bertetangga itu.
Namun Rusia membantah merencanakan serangan apa pun tetapi menuduh Ukraina dan AS melakukan tindakan destabilisasi. Rusia juga telah meminta jaminan keamanan terhadap ekspansi NATO ke arah timur.
Pejabat tinggi keamanan Ukraina Oleksiy Danilov pada Rabu (22/12/2021) mengatakan 122 ribu tentara Rusia berada 200 km dari perbatasan dengan Ukraina seperti dilansir dari Reuters.
Danilov pekan lalu juga mengatakan bahwa Rusia akan membutuhkan setidaknya 500.000-600.000 tentara di perbatasan untuk menjaga situasi tetap terkendali jika terjadi serangan.
Dia juga mengatakan Rusia dapat meningkatkan jumlah pasukan dengan sangat cepat dan kapan saja, tetapi akan membutuhkan lebih dari 24 jam untuk membawa pasukan yang cukup ke perbatasan untuk melakukan invasi.
Eskalasi di sekitar Ukraina adalah fokus konsultasi antara Barat dan Rusia, yang telah didesak untuk meluncurkan negosiasi dalam format Normandia, yang akan mempertemukan perwakilan Prancis, Jerman, Rusia, dan Ukraina.
"Dialog dengan Moskow diperlukan, baik dalam format Normandia atau melalui pembicaraan di Dewan Rusia-NATO," kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock.
(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda