Sultan bin Abdulaziz Al Saud, Pangeran Arab yang Meninggal Karena Sakit
Selasa, 21 Desember 2021 - 13:01 WIB
RIYADH - Salah satu kabar duka yang pernah menghampiri keluarga Kerajaan Arab Saudi adalah meninggalnya Pangeran Sultan bin Abdulaziz Al Saud, pewaris takhta Saudi, pada 2011 silam.
Sang pangeran merupakan saudara tiri Raja Abdullah dan pewaris pertama takhta Saudi. Ia adalah anggota dari kelompok keluarga paling kuat di Arab Saudi, Sudairi Seven, dan salah satu putra pendiri negara itu, Raja Abdulaziz, yang dikenal sebagai Ibn Saud.
Selain sebagai pewaris takhta, dia juga menjabat sebagai menteri pertahanan dan penerbangan.
Melansir BBC, pengadilan kerajaan memberikan kabar mengenai kematian sang pangeran dalam pernyataan yang diumumkan oleh kantor berita negara, SPA.
Baca juga: Jika NATO Kerahkan Senjata Serang, Rusia Ancam Reaksi Seimbang
Ia dikabarkan meninggal di usia 86 tahun di New York, Amerika Serikat, ketika menjalani perawatan atas sakit yang dideritanya.
Kesehatan Pangeran Sultan bin Aldulaziz Al-Saud diketahui memburuk sejak beberapa tahun sebelum kabar kematiannya terdengar.
Ia diberitakan telah didiagnosis menderita kanker usus besar sejak tahun 2004. Ia melakukan kunjungan ke AS untuk tes medis pada Juni 2011, dan menjalani operasi di New York pada Juli 2011.
Penyakit yang dideritanya menyebabkan sang pangeran beberapa kali absen dari acara kerajaan.
Berita yang disiarkan tidak menunjukkan secara eksplisit di mana keberadaan sang pangeran saat meninggal. Namun, melansir Today, kalangan resmi Saudi di Riyadh mengatakan sang pangeran meninggal di sebuah rumah sakit di New York.
Sumber yang sama juga menyebutkan bahwa menurut bocoran kabel diplomatik AS dari Januari 2010, Sultan telah menerima pengobatan untuk kanker usus besar yang dideritanya di Amerika Serikat sejak tahun 2009.
Tidak hanya itu, ia juga sempat menjalani operasi di New York pada Februari 2009 untuk penyakit yang dirahasiakan dan menghabiskan hampir satu tahun di luar negeri untuk memulihkan diri di Amerika Serikat dan di satu istana di Agadir, Maroko.
Menteri Luar Negeri AS pada saat itu, Hillary Clinton, turut memberikan penghormatan dan ucapan bela sungkawa kepada pangeran saat berkunjung ke Tajikistan.
Ia mengatakan bahwa sang pangeran merupakan pemimpin yang kuat dan baik bagi Amerika Serikat selama bertahun-tahun.
Sang pangeran merupakan saudara tiri Raja Abdullah dan pewaris pertama takhta Saudi. Ia adalah anggota dari kelompok keluarga paling kuat di Arab Saudi, Sudairi Seven, dan salah satu putra pendiri negara itu, Raja Abdulaziz, yang dikenal sebagai Ibn Saud.
Selain sebagai pewaris takhta, dia juga menjabat sebagai menteri pertahanan dan penerbangan.
Melansir BBC, pengadilan kerajaan memberikan kabar mengenai kematian sang pangeran dalam pernyataan yang diumumkan oleh kantor berita negara, SPA.
Baca juga: Jika NATO Kerahkan Senjata Serang, Rusia Ancam Reaksi Seimbang
Ia dikabarkan meninggal di usia 86 tahun di New York, Amerika Serikat, ketika menjalani perawatan atas sakit yang dideritanya.
Kesehatan Pangeran Sultan bin Aldulaziz Al-Saud diketahui memburuk sejak beberapa tahun sebelum kabar kematiannya terdengar.
Ia diberitakan telah didiagnosis menderita kanker usus besar sejak tahun 2004. Ia melakukan kunjungan ke AS untuk tes medis pada Juni 2011, dan menjalani operasi di New York pada Juli 2011.
Penyakit yang dideritanya menyebabkan sang pangeran beberapa kali absen dari acara kerajaan.
Berita yang disiarkan tidak menunjukkan secara eksplisit di mana keberadaan sang pangeran saat meninggal. Namun, melansir Today, kalangan resmi Saudi di Riyadh mengatakan sang pangeran meninggal di sebuah rumah sakit di New York.
Sumber yang sama juga menyebutkan bahwa menurut bocoran kabel diplomatik AS dari Januari 2010, Sultan telah menerima pengobatan untuk kanker usus besar yang dideritanya di Amerika Serikat sejak tahun 2009.
Tidak hanya itu, ia juga sempat menjalani operasi di New York pada Februari 2009 untuk penyakit yang dirahasiakan dan menghabiskan hampir satu tahun di luar negeri untuk memulihkan diri di Amerika Serikat dan di satu istana di Agadir, Maroko.
Menteri Luar Negeri AS pada saat itu, Hillary Clinton, turut memberikan penghormatan dan ucapan bela sungkawa kepada pangeran saat berkunjung ke Tajikistan.
Ia mengatakan bahwa sang pangeran merupakan pemimpin yang kuat dan baik bagi Amerika Serikat selama bertahun-tahun.
(sya)
tulis komentar anda