Armada Laut Hitam Rusia Kuntit Kapal Perang Prancis Auvergne
Selasa, 14 Desember 2021 - 21:51 WIB
MOSKOW - Pasukan Armada Laut Hitam Rusia sedang mengawasi kapal fregat Prancis Auvergne yang telah memasuki Laut Hitam. Pusat Kontrol Pertahanan Nasional Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia mengatakan hal itu pada Selasa (14/12/2021).
Situasi ini semakin memanaskan ketegangan di Laut Hitam. Pekan lalu, jet tempur Rusia dikerahkan untuk mencegat dan menguntit pesawat tempur Rafale dan Mirage-2000 milik Prancis, serta pesawat tanker C-135 Angkatan Udara Prancis saat mereka terbang di atas Laut Hitam.
“Pasukan dan kekuatan Armada Laut Hitam mulai mengendalikan tindakan kapal fregat Auvergne Angkatan Laut Prancis, yang dipersenjatai dengan peluru kendali,” ungkap perwakilan pusat tersebut kepada wartawan.
Pernyataan itu muncul setelah Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pekan lalu bahwa pesawat tempur Su-27 telah dikerahkan untuk membayangi jet tempur Rafale dan Mirage-2000 Prancis, serta pesawat tanker C-135 Angkatan Udara Prancis saat mereka terbang di atas Laut Hitam.
“Awak pesawat tempur Rusia mengidentifikasi target udara sebagai dua pesawat tempur taktis yakni Mirage-2000 dan Rafale, serta pesawat tanker C-135 dari Angkatan Udara dan Antariksa Prancis, dan mengawal mereka di atas Laut Hitam. Setelah pesawat militer asing berbalik dari perbatasan negara Federasi Rusia, para pejuang Rusia dengan selamat kembali ke pangkalan mereka. Pelanggaran batas negara tidak boleh terjadi,” tegas Kementerian Pertahanan Rusia.
Meskipun Prancis belum mengerahkan kapal perang ke Laut Hitam sejak September 2020, penerbangan pengawasan dan misi menyelidiki keamanan perbatasan maritim Rusia dilakukan pada Februari dan Mei 2021, dengan jet Rusia bergegas mencegat dan menguntit para penyusup potensial setiap kali muncul.
Pengerahan fregat Auvergne terjadi ketika NATO meningkatkan pijakan militernya di wilayah Laut Hitam di tengah laporan media Barat bahwa Rusia mungkin merencanakan "invasi" ke Ukraina. Tuduhan itu ditolak Moskow sebagai tidak berdasar.
Pada Senin, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan kepada Sputnik bahwa, “AS secara misterius terpaku pada gagasan bahwa ada ancaman 'invasi Rusia' ke Ukraina."
“Ini tidak benar dan tidak mungkin. Dan apa yang kami lakukan di wilayah kami sama sekali tidak menyangkut mereka, mereka tidak memiliki hak moral maupun politik untuk mengangkat masalah ini,” tegas Ryabkov.
AS dan sekutunya telah berulang kali menuduh Rusia melakukan penumpukan pasukan di perbatasan negara itu dengan Ukraina sebagai kemungkinan persiapan invasi.
Rusia membantah tuduhan itu, dengan mengatakan aktivitas militer NATO di dekat perbatasan Rusia menimbulkan ancaman bagi keamanan negara dan Moskow berhak memindahkan pasukannya di wilayahnya sendiri.
Situasi ini semakin memanaskan ketegangan di Laut Hitam. Pekan lalu, jet tempur Rusia dikerahkan untuk mencegat dan menguntit pesawat tempur Rafale dan Mirage-2000 milik Prancis, serta pesawat tanker C-135 Angkatan Udara Prancis saat mereka terbang di atas Laut Hitam.
“Pasukan dan kekuatan Armada Laut Hitam mulai mengendalikan tindakan kapal fregat Auvergne Angkatan Laut Prancis, yang dipersenjatai dengan peluru kendali,” ungkap perwakilan pusat tersebut kepada wartawan.
Pernyataan itu muncul setelah Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pekan lalu bahwa pesawat tempur Su-27 telah dikerahkan untuk membayangi jet tempur Rafale dan Mirage-2000 Prancis, serta pesawat tanker C-135 Angkatan Udara Prancis saat mereka terbang di atas Laut Hitam.
“Awak pesawat tempur Rusia mengidentifikasi target udara sebagai dua pesawat tempur taktis yakni Mirage-2000 dan Rafale, serta pesawat tanker C-135 dari Angkatan Udara dan Antariksa Prancis, dan mengawal mereka di atas Laut Hitam. Setelah pesawat militer asing berbalik dari perbatasan negara Federasi Rusia, para pejuang Rusia dengan selamat kembali ke pangkalan mereka. Pelanggaran batas negara tidak boleh terjadi,” tegas Kementerian Pertahanan Rusia.
Meskipun Prancis belum mengerahkan kapal perang ke Laut Hitam sejak September 2020, penerbangan pengawasan dan misi menyelidiki keamanan perbatasan maritim Rusia dilakukan pada Februari dan Mei 2021, dengan jet Rusia bergegas mencegat dan menguntit para penyusup potensial setiap kali muncul.
Pengerahan fregat Auvergne terjadi ketika NATO meningkatkan pijakan militernya di wilayah Laut Hitam di tengah laporan media Barat bahwa Rusia mungkin merencanakan "invasi" ke Ukraina. Tuduhan itu ditolak Moskow sebagai tidak berdasar.
Pada Senin, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan kepada Sputnik bahwa, “AS secara misterius terpaku pada gagasan bahwa ada ancaman 'invasi Rusia' ke Ukraina."
“Ini tidak benar dan tidak mungkin. Dan apa yang kami lakukan di wilayah kami sama sekali tidak menyangkut mereka, mereka tidak memiliki hak moral maupun politik untuk mengangkat masalah ini,” tegas Ryabkov.
AS dan sekutunya telah berulang kali menuduh Rusia melakukan penumpukan pasukan di perbatasan negara itu dengan Ukraina sebagai kemungkinan persiapan invasi.
Rusia membantah tuduhan itu, dengan mengatakan aktivitas militer NATO di dekat perbatasan Rusia menimbulkan ancaman bagi keamanan negara dan Moskow berhak memindahkan pasukannya di wilayahnya sendiri.
(sya)
tulis komentar anda