Kutuk Uji Coba Senjata Anti Satelit, Rusia Sebut AS Munafik
Rabu, 17 November 2021 - 01:29 WIB
MOSKOW - Rusia menyebut Amerika Serikat (AS) munafik setelah mengutuk uji coba senjata anti satelit (ASAT) yang dilakukan Moskow, yang disebut Washington sebagai tindakan berbahaya dan sembrono.
Amerika mengatakan pihaknya tidak akan mentoleransi perilaku yang menempatkan kepentingan nasional beberapa negara dalam bahaya. AS menilai uji coba itu meningkatkan risiko bagi astronaut dan kosmonot di Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Selain itu tes tersebut menghasilkan ratusan ribu keping puing orbital yang mengancam kepentingan semua negara.
"Amerika Serikat mengetahui dengan pasti bahwa fragmen yang dihasilkan dari uji coba ASAT tidak dan tidak akan menimbulkan ancaman bagi stasiun orbit, pesawat ruang angkasa, dan aktivitas luar angkasa,” kata militer Rusia seperti dikutip dari NBC, Rabu (17/11/2021).
Baik AS dan Rusia, serta India dan China, sebelumnya telah menghancurkan satelit mereka sendiri dalam tes ASAT. AS baru-baru ini melakukan tes ASAT pada tahun 2008, sementara Rusia pada hari Selasa menyebut pengujian pesawat ruang angkasa X-37 oleh Angkatan Udaranya menunjukkan bahwa Pentagon secara aktif mengembangkan senjata ruang angkasa.
Sedangkan Rusia mengkonfirmasi telah berhasil melakukan tes pada 15 November untuk menembak satelit yang tidak beroperasi, Tselina-D.
“Kami benar-benar berhasil menguji sistem yang menjanjikan. Tepatnya mengenai satelit lama,” kata Menteri Pertahanan (Menhan) Rusia Sergei Shoigu.
“Pecahan satelit lama yang terbentuk selama pengujian sistem anti-satelit, tidak menimbulkan ancaman bagi aktivitas luar angkasa,” papar Sergei Shoigu.
Pakar industri percaya bahwa bidang puing-puing yang dibuat oleh uji ASAT terbaru Rusia akan tetap berada di orbit selama bertahun-tahun, menciptakan ancaman bagi pesawat ruang angkasa lainnya. Perusahaan citra Bumi, Planet, yang memiliki lebih dari 140 satelit kecil di orbit rendah Bumi, menekankan bahwa uji ASAT Rusia menjadikannya negara keempat yang meledakkan satelitnya sendiri dari rudal dalam 15 tahun terakhir.
NASA mengkonfirmasi bahwa Stasiun Luar Angkasa Internasional masuk ke prosedur darurat pada hari Senin, menutup palka ISS sementara kru berlindung. NASA mengatakan ISS melewati atau mendekati bidang puing setiap 90 menit.
"Tidak terpikirkan bahwa Rusia akan membahayakan tidak hanya astronot Amerika dan mitra internasional di ISS, tetapi juga kosmonot mereka sendiri," kata administrator NASA Bill Nelson dalam sebuah pernyataan.
Insiden itu terjadi pada saat ketegangan meningkat antara AS dan Rusia. Para pejabat AS secara terbuka membunyikan alarm tentang penumpukan pasukan Rusia di dekat perbatasannya dengan Ukraina dan bergabung dengan Eropa dalam mengungkapkan keprihatinan tentang krisis migran di perbatasan dengan Belarusia, yang oleh para pejabat Eropa digambarkan sebagai krisis buatan yang diciptakan Belarusia dengan Rusia sebagai tindakan "perang hibrida" melawan Eropa.
Amerika mengatakan pihaknya tidak akan mentoleransi perilaku yang menempatkan kepentingan nasional beberapa negara dalam bahaya. AS menilai uji coba itu meningkatkan risiko bagi astronaut dan kosmonot di Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Selain itu tes tersebut menghasilkan ratusan ribu keping puing orbital yang mengancam kepentingan semua negara.
"Amerika Serikat mengetahui dengan pasti bahwa fragmen yang dihasilkan dari uji coba ASAT tidak dan tidak akan menimbulkan ancaman bagi stasiun orbit, pesawat ruang angkasa, dan aktivitas luar angkasa,” kata militer Rusia seperti dikutip dari NBC, Rabu (17/11/2021).
Baik AS dan Rusia, serta India dan China, sebelumnya telah menghancurkan satelit mereka sendiri dalam tes ASAT. AS baru-baru ini melakukan tes ASAT pada tahun 2008, sementara Rusia pada hari Selasa menyebut pengujian pesawat ruang angkasa X-37 oleh Angkatan Udaranya menunjukkan bahwa Pentagon secara aktif mengembangkan senjata ruang angkasa.
Sedangkan Rusia mengkonfirmasi telah berhasil melakukan tes pada 15 November untuk menembak satelit yang tidak beroperasi, Tselina-D.
“Kami benar-benar berhasil menguji sistem yang menjanjikan. Tepatnya mengenai satelit lama,” kata Menteri Pertahanan (Menhan) Rusia Sergei Shoigu.
“Pecahan satelit lama yang terbentuk selama pengujian sistem anti-satelit, tidak menimbulkan ancaman bagi aktivitas luar angkasa,” papar Sergei Shoigu.
Pakar industri percaya bahwa bidang puing-puing yang dibuat oleh uji ASAT terbaru Rusia akan tetap berada di orbit selama bertahun-tahun, menciptakan ancaman bagi pesawat ruang angkasa lainnya. Perusahaan citra Bumi, Planet, yang memiliki lebih dari 140 satelit kecil di orbit rendah Bumi, menekankan bahwa uji ASAT Rusia menjadikannya negara keempat yang meledakkan satelitnya sendiri dari rudal dalam 15 tahun terakhir.
NASA mengkonfirmasi bahwa Stasiun Luar Angkasa Internasional masuk ke prosedur darurat pada hari Senin, menutup palka ISS sementara kru berlindung. NASA mengatakan ISS melewati atau mendekati bidang puing setiap 90 menit.
"Tidak terpikirkan bahwa Rusia akan membahayakan tidak hanya astronot Amerika dan mitra internasional di ISS, tetapi juga kosmonot mereka sendiri," kata administrator NASA Bill Nelson dalam sebuah pernyataan.
Insiden itu terjadi pada saat ketegangan meningkat antara AS dan Rusia. Para pejabat AS secara terbuka membunyikan alarm tentang penumpukan pasukan Rusia di dekat perbatasannya dengan Ukraina dan bergabung dengan Eropa dalam mengungkapkan keprihatinan tentang krisis migran di perbatasan dengan Belarusia, yang oleh para pejabat Eropa digambarkan sebagai krisis buatan yang diciptakan Belarusia dengan Rusia sebagai tindakan "perang hibrida" melawan Eropa.
(ian)
tulis komentar anda