Orang Terkaya Didesak Membayar untuk Bantu Orang Termiskin di Dunia
Rabu, 10 November 2021 - 10:38 WIB
Negara tersebut memilih topik pertemuan pada Selasa yakni “Pemeliharaan Perdamaian dan Keamanan Internasional: Pengecualian, Ketimpangan dan Konflik.”
Sebagai contoh eksklusi dan ketidaksetaraan, dia menunjuk pada distribusi vaksin COVID-19, di mana perusahaan farmasi menjual 94% produknya dan hanya 6% yang masuk ke program COVAX Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk didistribusikan ke negara-negara miskin.
“Semangat kerja sama kehilangan pijakan pada keinginan mendapatkan keuntungan, dan ini membawa kita meluncur dari peradaban ke kebiadaban,” tegas Lopez Obrador memperingatkan.
“Kita bergerak maju, terasing, melupakan prinsip-prinsip moral, dan mengabaikan rasa sakit kemanusiaan,” tutur dia.
“Jika kita tidak dapat membalikkan tren ini melalui tindakan tertentu, kita tidak akan dapat menyelesaikan masalah lain yang mempengaruhi masyarakat dunia,” ujar dia.
Lopez Obrador mengatakan dalam beberapa hari mendatang Meksiko akan mengusulkan kepada Majelis Umum PBB “rencana dunia untuk persaudaraan dan kesejahteraan” untuk menjamin hak atas kehidupan yang layak bagi 750 juta orang yang berusaha hidup dengan kurang dari USD2 per hari.
Dia mengatakan proposal tersebut dapat dibiayai dengan uang dari tiga sumber: kontribusi sukarela tahunan sebesar 4% dari pendapatan 1.000 orang terkaya di dunia, kontribusi serupa sebesar 4% dari 1.000 perusahaan swasta terbesar menurut nilai pasar mereka, dan 0,2% dari PDB negara-negara di Kelompok 20 ekonomi global terbesar.
Lopez Obrador menuduh PBB gagal membantu mereka yang berada di bawah tangga ekonomi, dengan mengatakan, “Tidak ada yang benar-benar substansial telah dilakukan untuk memberi manfaat bagi orang miskin dalam sejarah organisasi ini.”
“Tetapi tidak ada kata terlambat untuk memastikan keadilan ditegakkan. Sudah waktunya untuk bertindak hari ini melawan marginalisasi, berurusan dengan penyebab dan bukan hanya konsekuensinya.”
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres yang berbicara kepada dewan sebelum presiden Meksiko berbicara, mengatakan, “Pandemi COVID-19 telah memperkuat kesengsaraan dan ketidaksetaraan, mendorong sekitar 120 juta lebih banyak orang ke dalam kemiskinan, dengan jutaan orang di seluruh dunia menghadapi kelaparan dan dunia menghadapi resesi global terdalam sejak Perang Dunia II.”
Sebagai contoh eksklusi dan ketidaksetaraan, dia menunjuk pada distribusi vaksin COVID-19, di mana perusahaan farmasi menjual 94% produknya dan hanya 6% yang masuk ke program COVAX Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk didistribusikan ke negara-negara miskin.
“Semangat kerja sama kehilangan pijakan pada keinginan mendapatkan keuntungan, dan ini membawa kita meluncur dari peradaban ke kebiadaban,” tegas Lopez Obrador memperingatkan.
“Kita bergerak maju, terasing, melupakan prinsip-prinsip moral, dan mengabaikan rasa sakit kemanusiaan,” tutur dia.
“Jika kita tidak dapat membalikkan tren ini melalui tindakan tertentu, kita tidak akan dapat menyelesaikan masalah lain yang mempengaruhi masyarakat dunia,” ujar dia.
Lopez Obrador mengatakan dalam beberapa hari mendatang Meksiko akan mengusulkan kepada Majelis Umum PBB “rencana dunia untuk persaudaraan dan kesejahteraan” untuk menjamin hak atas kehidupan yang layak bagi 750 juta orang yang berusaha hidup dengan kurang dari USD2 per hari.
Dia mengatakan proposal tersebut dapat dibiayai dengan uang dari tiga sumber: kontribusi sukarela tahunan sebesar 4% dari pendapatan 1.000 orang terkaya di dunia, kontribusi serupa sebesar 4% dari 1.000 perusahaan swasta terbesar menurut nilai pasar mereka, dan 0,2% dari PDB negara-negara di Kelompok 20 ekonomi global terbesar.
Lopez Obrador menuduh PBB gagal membantu mereka yang berada di bawah tangga ekonomi, dengan mengatakan, “Tidak ada yang benar-benar substansial telah dilakukan untuk memberi manfaat bagi orang miskin dalam sejarah organisasi ini.”
“Tetapi tidak ada kata terlambat untuk memastikan keadilan ditegakkan. Sudah waktunya untuk bertindak hari ini melawan marginalisasi, berurusan dengan penyebab dan bukan hanya konsekuensinya.”
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres yang berbicara kepada dewan sebelum presiden Meksiko berbicara, mengatakan, “Pandemi COVID-19 telah memperkuat kesengsaraan dan ketidaksetaraan, mendorong sekitar 120 juta lebih banyak orang ke dalam kemiskinan, dengan jutaan orang di seluruh dunia menghadapi kelaparan dan dunia menghadapi resesi global terdalam sejak Perang Dunia II.”
Lihat Juga :
tulis komentar anda