Musim Dingin Mendekat, Ancaman Kelaparan di Korut Mengerikan

Sabtu, 06 November 2021 - 06:37 WIB
Seorang petani berjalan melalui desa yang rusak akibat banjir musim panas dan angin topan di provinsi Hwanghae Selatan, Korut, pada September 2011. Foto/REUTERS
PYONGYANG - Peringatan keras mengenai ancaman kelaparan datang dari dalam dan luar Korea Utara (Korut). Para pembelot yang berbasis di Korea Selatan (Korsel) telah memberi tahu bahwa keluarga mereka di Korut akan kelaparan.

Ada kekhawatiran saat musim dingin mendekat bahwa warga yang paling rentan akan kelaparan.

"Masalah seperti lebih banyak anak yatim piatu di jalanan dan kematian karena kelaparan terus dilaporkan," papar Lee Sang Yong, pemimpin redaksi Daily NK, yang memiliki sumber di Korea Utara.





"Kelas bawah di Korea Utara semakin menderita karena kekurangan pangan lebih buruk dari yang diperkirakan,” ujar Lee.



Mendapatkan informasi dari Korea Utara semakin sulit. Perbatasan telah ditutup sejak Januari tahun lalu untuk mencegah penyebaran Covid-19 dari China.



Bahkan mengirim pesan ke luar negeri kepada keluarga dan teman-teman yang telah membelot ke Korea Selatan memiliki risiko yang sangat besar.

Siapa pun yang tertangkap dengan ponsel yang tidak sah dapat dijebloskan ke kamp kerja paksa. Namun beberapa orang masih mencoba mengirim surat atau pesan suara melalui teks ke orang yang mereka cintai dan media massa di Seoul.

Melalui sumber-sumber ini, beberapa di antaranya harus tetap anonim. Inilah gambaran tentang apa yang sedang terjadi.

Korea Utara selalu berjuang dengan kekurangan pangan, tetapi pandemi telah memperburuk situasi yang buruk.

Pemimpin Korut Kim Jong-un membandingkan situasi saat ini dengan bencana terburuk negara itu pada 1990-an, yang dikenal sebagai "Pawai Sulit", di mana ratusan ribu orang tewas akibat kelaparan.

Situasinya tidak dianggap seburuk itu, belum. Ada beberapa tanda harapan. Korea Utara tampaknya bersiap membuka kembali perbatasan dengan China, tetapi tidak jelas berapa banyak perdagangan dan bantuan yang diperlukan untuk memperbaiki kerusakan ekonomi yang telah terjadi di negara miskin itu.

Panen tahun ini sangat penting. Tanaman tahun lalu sebagian hancur oleh serangkaian bagai.

PBB memperkirakan negara itu kekurangan setidaknya dua sampai tiga bulan pasokan makanan.

Untuk memastikan tahun ini sesukses mungkin, puluhan ribu orang telah dikirim ke ladang untuk membantu mengumpulkan beras dan jagung, termasuk tentara.

Kim Jong-un juga dilaporkan memerintahkan agar setiap butir beras di negara itu diamankan dan setiap orang yang makan harus pergi dan membantu panen.

"Sebuah rencana telah dibuat untuk meminimalkan kerugian dalam proses panen," papar Lee, dari Daily NK.

"Ditegaskan, sanksi tegas akan dijatuhkan jika pencurian atau kecurangan dilaporkan. Ini menciptakan suasana ketakutan," ungkap dia.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More