Tentara Korut Diperintah Memanen Kacang Kastanye, Tanpa Boleh Memakannya Satu Butir Pun

Jum'at, 05 November 2021 - 13:50 WIB
Kacang Kastanye. FOTO/Reuters
PYONGYANG - Memaksa tentara dan warga sipil untuk melakukan pekerjaan konstruksi atau pertanian gratis adalah praktik umum di Korea Utara (Korut). Tetapi biasanya, para tentara dan warga sipil Korut itu bisa mengkonsumsi sebagian dari makanan yang mereka tanam dan menggunakan bangunan yang mereka bangun.

Namun, unit-unit yang ditempatkan di dekat Pyongyang dikerahkan untuk mengumpulkan 30 kg kacang Kastanye setiap hari, atau kira-kira sekitar 2.500 hingga 3.000 butir kacang, dan tidak diizinkan untuk memakannya satu butir pun.



Selanjutnya, kacang itu digunakan untuk skema propaganda di Pyongyang, dijual di bawah nilai pasar kepada warga ibukota. Warga Pyongyang memang memiliki hak istimewa dan gaya hidup yang tidak dapat diperoleh oleh penduduk pedesaan Korut.

“Ketika saya melakukan perjalanan bisnis ke Pyongyang, saya membeli kacang Kastanye panggang dari kios. Sekantong kacang Kastanye panggang dengan kulitnya masih ada, beratnya sekitar 200 gram, dijual seharga 2.000 won Korut (USD0,39) sekitar setengah harga pasar lokal,” jelas seorang warga Korut yang anaknya tengah menjalani wajib militer.



“Saya tidak merasa nyaman mengetahui bahwa kacang Kastanye dipetik oleh tentara muda seperti anak saya. Betapa sulitnya bagi mereka untuk memanjat pohon setiap hari untuk memetik 30kg kacang Kastante,” lanjutnya, seperti dikutip dari Radio Free Asia, Kamis (4/11/2021).



Ironisnya, banyak tentara yang terluka akibat jatuh dari pohon saat memetik kacang Kastanye. Pohon Kastanye memang lebih lemah dari jenis pohon lain. Akibatnya, setiap tahun ada banyak tentara yang jatuh dari pohon dan terluka.

“Minggu lalu saya pergi ke rumah sakit setelah menerima telepon bahwa putra saya, yang bertugas di militer di daerah Songchon, provinsi Pyongan Selatan, dirawat di rumah sakit karena cedera lengan,” kata seorang penduduk provinsi timur laut Hamgyong Utara kepada Radio Free Asia.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More