Partai Republik Ingin AS Beri Bantuan Militer Rp28,7 Triliun Tiap Tahun untuk Taiwan
Jum'at, 05 November 2021 - 08:00 WIB
TAIWAN - Partai Republik Amerika Serikat (AS) mensponsori undang-undang yang akan menjadi dasar bagi bantuan militer senilai USD2 miliar (Rp28,7 triliun) per tahun untuk memperkuat pertahanan Taiwan . Partai Republik menilai, sokongan ini perlu diberikan pada Taiwan untuk menghadapi tekanan yang meningkat dari China.
Seperti dilaporkan Reuters, Kamis (4/11/2021), undang-undang tersebut akan menyediakan USD2 miliar setiap tahun bagi Taiwan melalui pembiayaan militer asing (hibah dan pinjaman AS yang memungkinkan pembelian senjata dan peralatan pertahanan yang diproduksi AS) hingga 2032.
Rancangan undang-undang (RUU) itu hanya disponsori oleh Partai Republik minoritas Senat. Tapi, di bawah tekanan parlemen pada Presiden AS, Joe Biden untuk mengambil tindakan lebih berani guna memperkuat hubungan dengan Taiwan yang terisolasi secara diplomatik, ada peluang undang-undang ini akan disetujui.
Sponsor utama RUU tersebut adalah Senator Jim Risch, anggota Partai Republik dari Komite Hubungan Luar Negeri Senat. RUU ini juga disponsori bersama oleh Senator Republik Mike Clapo, John Cornyn, Bill Hagerty, Mitt Romney, dan Marco Rubio.
Tidak segera jelas bagaimana Demokrat melihat RUU itu. Bantuan ke Taiwan adalah masalah langka dengan dukungan bipartisan di Senat yang terpecah. Meski demikian, AS adalah pemasok militer utama bagi Taiwan hingga kini.
RUU itu juga akan meningkatkan pertukaran militer dengan Taiwan dan memperluas kesempatan untuk pendidikan militer profesional dan pelatihan teknis di Amerika Serikat untuk personel militer Taiwan.
“Pertahanan Taiwan penting untuk menjaga kepercayaan AS sebagai penganjur nilai-nilai demokrasi dan prinsip-prinsip pasar bebas yang diwujudkan oleh rakyat dan pemerintah Taiwan,” bunyi teks RUU tersebut.
China baru-baru ini meningkatkan tekanan militer di dekat Taiwan yang demokratis, termasuk misi berulang oleh para pejuang China. Pada hari Rabu, Pentagon menegaskan kembali kekhawatiran tentang meningkatnya tekanan terhadap Taiwan dalam laporan tahunannya kepada parlemen militer China.
Laporan itu memperbaharui kekhawatiran bahwa China sedang mengembangkan opsi untuk merebut Taiwan, tetapi para pejabat pertahanan mengatakan apakah skenario itu mungkin terjadi, atau konflik jangka pendek atau konflik bersenjata.
Seperti dilaporkan Reuters, Kamis (4/11/2021), undang-undang tersebut akan menyediakan USD2 miliar setiap tahun bagi Taiwan melalui pembiayaan militer asing (hibah dan pinjaman AS yang memungkinkan pembelian senjata dan peralatan pertahanan yang diproduksi AS) hingga 2032.
Rancangan undang-undang (RUU) itu hanya disponsori oleh Partai Republik minoritas Senat. Tapi, di bawah tekanan parlemen pada Presiden AS, Joe Biden untuk mengambil tindakan lebih berani guna memperkuat hubungan dengan Taiwan yang terisolasi secara diplomatik, ada peluang undang-undang ini akan disetujui.
Sponsor utama RUU tersebut adalah Senator Jim Risch, anggota Partai Republik dari Komite Hubungan Luar Negeri Senat. RUU ini juga disponsori bersama oleh Senator Republik Mike Clapo, John Cornyn, Bill Hagerty, Mitt Romney, dan Marco Rubio.
Tidak segera jelas bagaimana Demokrat melihat RUU itu. Bantuan ke Taiwan adalah masalah langka dengan dukungan bipartisan di Senat yang terpecah. Meski demikian, AS adalah pemasok militer utama bagi Taiwan hingga kini.
RUU itu juga akan meningkatkan pertukaran militer dengan Taiwan dan memperluas kesempatan untuk pendidikan militer profesional dan pelatihan teknis di Amerika Serikat untuk personel militer Taiwan.
“Pertahanan Taiwan penting untuk menjaga kepercayaan AS sebagai penganjur nilai-nilai demokrasi dan prinsip-prinsip pasar bebas yang diwujudkan oleh rakyat dan pemerintah Taiwan,” bunyi teks RUU tersebut.
China baru-baru ini meningkatkan tekanan militer di dekat Taiwan yang demokratis, termasuk misi berulang oleh para pejuang China. Pada hari Rabu, Pentagon menegaskan kembali kekhawatiran tentang meningkatnya tekanan terhadap Taiwan dalam laporan tahunannya kepada parlemen militer China.
Laporan itu memperbaharui kekhawatiran bahwa China sedang mengembangkan opsi untuk merebut Taiwan, tetapi para pejabat pertahanan mengatakan apakah skenario itu mungkin terjadi, atau konflik jangka pendek atau konflik bersenjata.
(esn)
tulis komentar anda