Hacker Iran Bobol Situs Kemhan Israel, Para Tentara Zionis dalam Bahaya
Kamis, 28 Oktober 2021 - 14:00 WIB
TEL AVIV - Sebuah kelompok hacker bernama "Moses Staff" yang terdiri dari para warga Iran telah melakukan serangan siber terhadap situs Kementerian Pertahanan (Kemhan) Israel . Serangan siber ini membuat para tentara Zionis berada dalam bahaya karena data-data pribadi, termasuk foto, mereka telah dibocorkan.
Pengungkapan data pribadi itu membuat para tentara Israel bisa dengan mudah menjadi target serangan mematikan oleh para musuh.
Menurut situs web kelompok tersebut, para peretas telah menembus lebih dari 165 server dan 254 situs web, mengumpulkan data lebih dari 11 terabyte, termasuk Israel Post [Kantor Post Israel], Kementerian Pertahanan, informasi yang berkaitan dengan Menteri Pertahanan Benny Gantz, perusahaan Electron Csillag, dan perusahaan Epsilor.
"Kami telah mengawasi Anda selama bertahun-tahun, di setiap saat dan di setiap langkah," tulis para peretas dalam pernyataan mereka.
"Semua keputusan dan pernyataan Anda berada di bawah pengawasan kami. Pada akhirnya, kami akan menyerang Anda saat Anda tidak pernah membayangkannya," lanjut kelompok tersebut, seperti dikutip Sputniknews, Kamis (28/10/2021).
"Moses Staff" dilaporkan memiliki akses ke materi sensitif seperti laporan, peta operasional, informasi tentang tentara dan unit, serta surat dan korespondensi.
"Kami akan mempublikasikan informasi ini untuk menyadarkan seluruh dunia tentang kejahatan otoritas Israel," imbuh kelompok itu.
Para hacker juga merilis setumpuk file Excel yang berisi data pribadi dari para tentara Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Data-data Excel itu berisi nama, nomor ID, email, alamat, nomor telepon, dan bahkan posisi sosial ekonomi pasukan, siswa pra-militer, dan lainnya yang terkait dengan Kementerian Pertahanan.
Seperti yang dapat dilihat di situs web kelompok tersebut, foto Gantz dengan tentara IDF termasuk di antara dokumen yang bocor. Selain itu, surat tahun 2010 dari Gantz kepada wakil kepala kepala staf gabungan dan kepala intelijen Angkatan Bersenjata Yordania juga dibocorkan.
"Para prajurit yang darahnya tertumpah karena kebijakan yang salah dan perang yang sia-sia, para ibu yang berduka atas anak-anak mereka, dan semua kekejaman dan ketidakadilan yang dilakukan terhadap rakyat bangsa ini; kami tidak akan lupa! Kami tidak akan memaafkan! Kami akan terus berjuang! Untuk mengungkap kejahatan tersembunyi Anda," bunyi deskripsi kelompok peretas tersebut dalam situs webnya.
"Anda sudah dekat dengan akhir," lanjut deskripsi grup itu.
Kelompok itu tidak merinci tentara siapa yang dimaksud dalam deskripsi mereka.
Sebelumnya, serangan ransomware menghantam Pusat Medis Hillel Yaffe di Hadera, Israel, awal bulan ini, memengaruhi sistem komputernya. Ini adalah yang terbaru dalam serangkaian panjang serangan siber terhadap Negara Yahudi itu dalam beberapa tahun terakhir.
Pada pertengahan Oktober, Microsoft mengungkapkan bahwa kelompok peretas yang diduga terkait dengan Iran telah berusaha membobol 250 akun Microsoft Office 365 milik perusahaan keamanan Amerika dan Israel menggunakan metode peretasan yang dikenal sebagai "penyemprotan kata sandi".
Bisnis pertahanan yang melayani mitra pemerintah Amerika, Uni Eropa, dan Israel dalam produksi radar tingkat militer, teknologi drone, sistem satelit, dan sistem komunikasi tanggap darurat, menurut Microsoft, menjadi fokus serangan.
Pengungkapan data pribadi itu membuat para tentara Israel bisa dengan mudah menjadi target serangan mematikan oleh para musuh.
Baca Juga
Menurut situs web kelompok tersebut, para peretas telah menembus lebih dari 165 server dan 254 situs web, mengumpulkan data lebih dari 11 terabyte, termasuk Israel Post [Kantor Post Israel], Kementerian Pertahanan, informasi yang berkaitan dengan Menteri Pertahanan Benny Gantz, perusahaan Electron Csillag, dan perusahaan Epsilor.
"Kami telah mengawasi Anda selama bertahun-tahun, di setiap saat dan di setiap langkah," tulis para peretas dalam pernyataan mereka.
"Semua keputusan dan pernyataan Anda berada di bawah pengawasan kami. Pada akhirnya, kami akan menyerang Anda saat Anda tidak pernah membayangkannya," lanjut kelompok tersebut, seperti dikutip Sputniknews, Kamis (28/10/2021).
"Moses Staff" dilaporkan memiliki akses ke materi sensitif seperti laporan, peta operasional, informasi tentang tentara dan unit, serta surat dan korespondensi.
"Kami akan mempublikasikan informasi ini untuk menyadarkan seluruh dunia tentang kejahatan otoritas Israel," imbuh kelompok itu.
Para hacker juga merilis setumpuk file Excel yang berisi data pribadi dari para tentara Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Data-data Excel itu berisi nama, nomor ID, email, alamat, nomor telepon, dan bahkan posisi sosial ekonomi pasukan, siswa pra-militer, dan lainnya yang terkait dengan Kementerian Pertahanan.
Seperti yang dapat dilihat di situs web kelompok tersebut, foto Gantz dengan tentara IDF termasuk di antara dokumen yang bocor. Selain itu, surat tahun 2010 dari Gantz kepada wakil kepala kepala staf gabungan dan kepala intelijen Angkatan Bersenjata Yordania juga dibocorkan.
"Para prajurit yang darahnya tertumpah karena kebijakan yang salah dan perang yang sia-sia, para ibu yang berduka atas anak-anak mereka, dan semua kekejaman dan ketidakadilan yang dilakukan terhadap rakyat bangsa ini; kami tidak akan lupa! Kami tidak akan memaafkan! Kami akan terus berjuang! Untuk mengungkap kejahatan tersembunyi Anda," bunyi deskripsi kelompok peretas tersebut dalam situs webnya.
"Anda sudah dekat dengan akhir," lanjut deskripsi grup itu.
Kelompok itu tidak merinci tentara siapa yang dimaksud dalam deskripsi mereka.
Sebelumnya, serangan ransomware menghantam Pusat Medis Hillel Yaffe di Hadera, Israel, awal bulan ini, memengaruhi sistem komputernya. Ini adalah yang terbaru dalam serangkaian panjang serangan siber terhadap Negara Yahudi itu dalam beberapa tahun terakhir.
Pada pertengahan Oktober, Microsoft mengungkapkan bahwa kelompok peretas yang diduga terkait dengan Iran telah berusaha membobol 250 akun Microsoft Office 365 milik perusahaan keamanan Amerika dan Israel menggunakan metode peretasan yang dikenal sebagai "penyemprotan kata sandi".
Bisnis pertahanan yang melayani mitra pemerintah Amerika, Uni Eropa, dan Israel dalam produksi radar tingkat militer, teknologi drone, sistem satelit, dan sistem komunikasi tanggap darurat, menurut Microsoft, menjadi fokus serangan.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda