Kudeta Militer Sudan Mulai Telan Korban, 3 Warga Sipil Tewas Ditembak Tentara
Selasa, 26 Oktober 2021 - 02:00 WIB
KHARTOUM - Kudeta militer di Sudan mulai menelan korban jiwa warga sipil. Usai pemimpin militer Sudan mengumumkan keadaan darurat dan menangkap Perdana Menteri Abdalla Hamdok serta sejumlah pemimpin sipil lainnya, massa mulai turun ke jalan di ibu kota, Khartoum dan kota kembarnya, Omdurman untuk memprotes aksi kudeta tersebut.
Komite Sentral Dokter Sudan mengatakan, tiga orang meninggal karena luka tembak. Selain korban tewas, sedikitnya 80 lainnya terluka setelah ditembak oleh pasukan militer selama aksi protes terhadap kudeta militer pada Senin (25/10/2021).
Berbicara dari Khartoum, koresponden Hiba Morgan dari Al Jazeera mengatakan, sebuah kelompok aktivis telah melaporkan beberapa kematian. "Sebuah kelompok aktivis melaporkan bahwa setidaknya tiga orang telah tewas," ujar Morgan.
“Orang-orang turun ke jalan untuk mengekspresikan kemarahan mereka (atas perkembangan terakhir). Beberapa orang terluka akibat tembakan yang ditembakkan ke arah pengunjuk rasa di depan markas militer,” lanjutnya.
Menurut Kementerian Informasi Sudan, Hamdok dipindahkan ke lokasi yang dirahasiakan setelah dia menolak mengeluarkan pernyataan untuk mendukung kudeta. Ketua Badan Penguasa Sudan, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan kemudian mengumumkan pembubaran pemerintah transisi dan dewan berdaulat dan menyatakan keadaan darurat nasional.
Sudan berada di ujung tanduk sejak rencana kudeta yang gagal bulan lalu menimbulkan tuduhan pahit antara kelompok militer dan sipil. Kudeta juga terjadi hanya beberapa minggu sebelum militer seharusnya menyerahkan kepemimpinan dewan yang menjalankan negara itu kepada warga sipil.
Atas terjadinya kudeta ini, karyawan Bank Sentral Sudan melakukan aksi mogok untuk menolak pengambilalihan militer. “Karyawan bank sentral Sudan mengatakan mereka melakukan serangan segera untuk menolak kudeta militer, setelah militer Sudan merebut kekuasaan dari pemerintah transisi,” tulis Kementerian Informasi Sudan di halamannya di Facebook.
Komite Sentral Dokter Sudan mengatakan, tiga orang meninggal karena luka tembak. Selain korban tewas, sedikitnya 80 lainnya terluka setelah ditembak oleh pasukan militer selama aksi protes terhadap kudeta militer pada Senin (25/10/2021).
Berbicara dari Khartoum, koresponden Hiba Morgan dari Al Jazeera mengatakan, sebuah kelompok aktivis telah melaporkan beberapa kematian. "Sebuah kelompok aktivis melaporkan bahwa setidaknya tiga orang telah tewas," ujar Morgan.
“Orang-orang turun ke jalan untuk mengekspresikan kemarahan mereka (atas perkembangan terakhir). Beberapa orang terluka akibat tembakan yang ditembakkan ke arah pengunjuk rasa di depan markas militer,” lanjutnya.
Menurut Kementerian Informasi Sudan, Hamdok dipindahkan ke lokasi yang dirahasiakan setelah dia menolak mengeluarkan pernyataan untuk mendukung kudeta. Ketua Badan Penguasa Sudan, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan kemudian mengumumkan pembubaran pemerintah transisi dan dewan berdaulat dan menyatakan keadaan darurat nasional.
Sudan berada di ujung tanduk sejak rencana kudeta yang gagal bulan lalu menimbulkan tuduhan pahit antara kelompok militer dan sipil. Kudeta juga terjadi hanya beberapa minggu sebelum militer seharusnya menyerahkan kepemimpinan dewan yang menjalankan negara itu kepada warga sipil.
Atas terjadinya kudeta ini, karyawan Bank Sentral Sudan melakukan aksi mogok untuk menolak pengambilalihan militer. “Karyawan bank sentral Sudan mengatakan mereka melakukan serangan segera untuk menolak kudeta militer, setelah militer Sudan merebut kekuasaan dari pemerintah transisi,” tulis Kementerian Informasi Sudan di halamannya di Facebook.
(esn)
tulis komentar anda