Filipina Marah Kapal Patrolinya Ditantang Kapal Beijing di Laut China Selatan
Kamis, 21 Oktober 2021 - 06:37 WIB
MANILA - Filipina telah mengeluarkan protes diplomatik atas kapal-kapal China yang menantang kapal-kapal Manila yang berpatroli di Laut China Selatan. Kapal-kapal China itu membunyikan sirene, klakson, dan komunikasi radio yang mengancam kapal-kapal Filipina.
Pernyataan itu diungkapkan Kementerian Luar Negeri Filipina pada Rabu (20/10/2021).
Ketegangan antara Manila dan Beijing telah mendidih selama bertahun-tahun di jalur perairan strategis yang kedua negara memiliki klaim teritorial.
"Tindakan provokatif ini mengancam perdamaian, ketertiban, dan keamanan Laut China Selatan dan bertentangan dengan kewajiban China di bawah hukum internasional," papar Kementerian Luar Negeri Filipina di Twitter.
Kementerian mengatakan pada Rabu bahwa ada lebih dari 200 tantangan seperti itu terjadi saat Filipina melakukan patroli rutin di sekitar wilayah dan zona maritimnya. Filipina tidak menentukan selama periode waktu apa tantangan itu terjadi.
Kedutaan Besar China di Manila tidak segera menanggapi permintaan komentar di luar jam kerja.
China mengklaim kedaulatan atas sebagian besar Laut China Selatan, tetapi Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam juga mengajukan klaim yang sama untuk beberapa atau semua pulau.
Pada 2016, pengadilan internasional membatalkan klaim ekspansif China di jalur air strategis di mana perdagangan kapal senilai sekitar USD3 triliun lewat setiap tahunnya.
Meski demikian, Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengesampingkan keputusan yang menguntungkan Manila itu dan mengejar pemulihan hubungan dengan Beijing dengan imbalan janji miliaran dolar pinjaman, bantuan dan investasi. Banyak di antara janji China pada Filipina itu belum terwujud.
Sejak Duterte menjabat pada Juni 2016, Filipina telah mengajukan lebih dari 80 protes diplomatik terhadap China.
Pernyataan itu diungkapkan Kementerian Luar Negeri Filipina pada Rabu (20/10/2021).
Ketegangan antara Manila dan Beijing telah mendidih selama bertahun-tahun di jalur perairan strategis yang kedua negara memiliki klaim teritorial.
"Tindakan provokatif ini mengancam perdamaian, ketertiban, dan keamanan Laut China Selatan dan bertentangan dengan kewajiban China di bawah hukum internasional," papar Kementerian Luar Negeri Filipina di Twitter.
Kementerian mengatakan pada Rabu bahwa ada lebih dari 200 tantangan seperti itu terjadi saat Filipina melakukan patroli rutin di sekitar wilayah dan zona maritimnya. Filipina tidak menentukan selama periode waktu apa tantangan itu terjadi.
Kedutaan Besar China di Manila tidak segera menanggapi permintaan komentar di luar jam kerja.
China mengklaim kedaulatan atas sebagian besar Laut China Selatan, tetapi Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam juga mengajukan klaim yang sama untuk beberapa atau semua pulau.
Pada 2016, pengadilan internasional membatalkan klaim ekspansif China di jalur air strategis di mana perdagangan kapal senilai sekitar USD3 triliun lewat setiap tahunnya.
Meski demikian, Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengesampingkan keputusan yang menguntungkan Manila itu dan mengejar pemulihan hubungan dengan Beijing dengan imbalan janji miliaran dolar pinjaman, bantuan dan investasi. Banyak di antara janji China pada Filipina itu belum terwujud.
Sejak Duterte menjabat pada Juni 2016, Filipina telah mengajukan lebih dari 80 protes diplomatik terhadap China.
(sya)
tulis komentar anda