Presiden Aljazair: Prancis Bantai 4.000 Jamaah Masjid Ottoman di Era Kolonial

Senin, 11 Oktober 2021 - 22:01 WIB
Masjid Ketchaoua di pantai Mediterania jadi simbol penting kemerdekaan Aljazair. Foto/researchgate.net
ALJIR - Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune mengungkap laporan resmi tentang pembantaian oleh Prancis terhadap hampir 4.000 jamaah selama era kolonial 1830-1962.

Para jamaah dibunuh ketika mereka melakukan aksi duduk di dalam Masjid Ottoman yang disebut Ketchaoua dalam upaya menghentikan upaya Prancis mengubahnya menjadi gereja.

"Prancis telah menjajah kita selama 132 tahun dimana ada kejahatan keji yang tidak bisa dihapus dengan kata-kata manis. Ada keluarga dan suku yang telah dihapus total seperti Zaatcha (tenggara Aljazair) dan bahkan bayi pun tidak luput," ungkap Presiden Tebboune dalam wawancara televisi pada Minggu (10/10/2021).





Dia menambahkan, "(Di Ketchaoua) mereka membunuh 4.000 jamaah yang mati syahid setelah dikelilingi oleh meriam dan dimusnahkan."



Masjid Ketchaoua dibangun Khair al-Din Barbarossa, penguasa Ottoman di Aljazair pada saat itu, pada tahun 1520 di kawasan Casbah, ibu kota Aljir.



Catatan sejarah Aljazair menunjukkan penguasa Prancis Aljazair pada saat itu, Duke de Rovigo, memutuskan pada akhir 1832 untuk menyerbu masjid dan mengubahnya menjadi gereja.

Setelah muncul penolakan dari penduduk kota yang berkemah di dalamnya, dia tetap menghancurkan masjid, membantai orang-orang di dalamnya, dan membakar salinan Kitab Suci Al-Qur'an.

Masjid Ketchaoua di pantai Mediterania jadi simbol penting kemerdekaan Aljazair. Masjid itu pertama kali digunakan sebagai depot militer selama pendudukan Prancis dan kemudian sebagai kediaman Uskup Agung Aljazair.

Setelah pembongkaran masjid pada 1844, satu gereja besar dibangun dan bangunan itu tetap menjadi katedral sampai Aljazair memperoleh kemerdekaan pada 1962.

Masjid ditutup pada 2008 karena kerusakan yang disebabkan gempa bumi dahsyat di negara itu pada 2003.

Pada April 2018, masjid dibuka kembali setelah direstorasi Badan Kerjasama dan Koordinasi Turki (TIKA) sesuai rencana arsitektur asli Ottoman yang dipelajari sejarawan dan peneliti dari Aljazair dan Turki.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More