Pertama, Pengungsi Rohingya Meninggal karena Covid-19 di Bangladesh

Selasa, 02 Juni 2020 - 22:37 WIB
Seorang pengungsi Rohingya meninggal akibat Covid-19. Foto/The Guardian
DHAKA - Seorang pria Rohingya berusia 71 tahun menjadi orang pertama yang meninggal akibat virus Corona di kamp pengungsi di Bangladesh. Hal itu diungkapkan oleh pejabat setempat.

Para ahli kesehatan telah lama memperingatkan bahwa virus mematikan itu dapat melanda kamp pengungsi yang menampung hampir satu juta pengungsi di tenggara negara itu.

"Dia meninggal pada 31 Mei. Tapi tadi malam kami mendapat konfirmasi bahwa dia meninggal karena Covid-19 ," kata Toha Bhuiyan, seorang pejabat kesehatan senior di distrik Bazar Cox seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (2/6/2020).



Pria itu termasuk di antara setidaknya 29 orang Rohingya yang dinyatakan positif mengidap virus di kamp itu. (Baca: Virus Corona Mewabah di Kamp Pengungsi Rohingya Bangladesh )

Bhuiyan mengatakan korban meninggal di pusat isolasi yang dikelola oleh lembaga amal medis Doctors Without Borders dan dimakamkan di kamp itu pada hari yang sama.

"Kami akan berbicara dengan para administrator di kamp dan memperingatkan orang-orang tentang kematian itu," kata Bhuiyan, seraya menambahkan mereka berusaha menemukan orang-orang yang telah melakukan kontak dengan korban.

Mahbubur Rahman, kepala departemen kesehatan di distrik Bazar Cox, mengatakan kepada AFP para pejabat sedang menunggu laporan lengkap tentang kematian tersebut.

Seorang juru bicara PBB mengatakan mereka akan berkomentar nanti.

Pada awal April, pihak berwenang memberlakukan penguncian total di distrik itu - rumah bagi 3,4 juta orang termasuk para pengungsi - setelah sejumlah infeksi Covid-19 dilaporkan. Kasus pertama di kamp itu sendiri terdeteksi pada pertengahan Mei. (Baca: Pandemi Virus Corona Intai Kamp Pengungsi Rohingya )

Para pejabat sejak itu memblokir jalan-jalan yang mengarah ke beberapa area kamp di mana sebagian besar infeksi telah dicatat.

Pekan lalu sekitar 15.000 pengungsi ditempatkan di karantina karena jumlah kasus meningkat.

Pemerintah Bangladesh dan PBB telah menyiapkan tujuh pusat isolasi dengan kapasitas untuk merawat lebih dari 700 pasien di dalam kamp.

Para pekerja bantuan mengatakan banyak dari pengungsi tidak tahu banyak tentang virus Corona.

Mereka menyalahkan hal ini sebagian karena pihak berwenang setempat memutus akses internet pada bulan September untuk memerangi apa yang mereka katakan sebagai pengedar narkoba dan penjahat lainnya.

Bangladesh juga mengalami peningkatan tajam pada infeksi virus Corona dalam beberapa pekan terakhir, dengan lebih dari 60.000 kasus dan sekitar 700 kematian.

Meskipun demikian, negara itu menghentikan penguncian wilayah untuk mengekang penyebaran virus Corona pada hari Minggu, dengan jutaan orang kembali bekerja di kota-kota berpenduduk padat.
(ber)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More