Pemimpin Kudeta Guinea Dilantik Jadi Presiden

Sabtu, 02 Oktober 2021 - 02:34 WIB
Pemimpin junta militer Guinea, Mamadi Doumbouya, dilantik sebagai presiden sementara. Foto/Yahoo
CONAKRY - Pemimpin junta militer Guinea , Mamadi Doumbouya, dilantik sebagai presiden sementara pada Jumat waktu setempat. Ia akan mengawasi apa yang diharapkan kekuatan regional transisi singkat ke pemerintahan konstitusional setelah penggulingan presiden Alpha Conde pada 5 September lalu.

Upacara pengambilan sumpah diadakan di Istana Mohamed VI di Ibu Kota Conakry dengan absennya sebagian besar kepala negara Afrika Barat, yang bulan lalu setuju untuk menjatuhkan sanksi kepada anggota junta dan kerabat mereka.

Mengenakan seragam militer, baret merah, dan kacamata hitam, Doumbouya mengangkat tangan bersarung tangan putih saat dia mengambil sumpah jabatan.



"Saya sepenuhnya menghargai besar dan luasnya tanggung jawab yang dipercayakan kepada saya," katanya dalam pidato sesudah dilantik seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (2/10/2021).



Dia berjanji untuk mengawasi transisi pemerintahan yang akan mencakup penyusunan konstitusi baru, memerangi korupsi, reformasi pemilu dan penyelenggaraan pemilu yang bebas dan transparan.

Junta Guinea mengatakan anggotanya akan dilarang mencalonkan diri dalam pemilu berikutnya, tetapi belum menjelaskan kapan itu akan dilakukan. Pihak junta hanya mengatakan pemilu akan diputuskan oleh Dewan Nasional Transisi yang beranggotakan 81 orang.

Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat, sebuah blok regional, telah membekukan aset dan memberlakukan larangan perjalanan pada junta, berharap untuk mendorong kembalinya demokrasi dengan cepat.

Para pemimpin kudeta mengatakan mereka menggulingkan Conde karena kekhawatiran tentang kemiskinan dan korupsi, serta karena dia menjalani masa jabatan ketiga hanya setelah mengubah konstitusi untuk mengizinkannya berkuasa.



Kekhawatiran bahwa krisis politik akan menghambat produksi bauksit Guinea, mineral yang digunakan untuk membuat aluminium, telah mereda. Operator asing terbesar di negara itu mengatakan mereka terus bekerja tanpa gangguan.

Wilayah Afrika Barat dan Tengah telah mengalami empat kudeta sejak tahun lalu. Pergolakan politik telah meningkatkan kekhawatiran tentang kemerosotan ke arah kekuasaan militer di wilayah yang kaya sumber daya tetapi dilanda kemiskinan itu.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(ian)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More