Riset: China Jebak Negara-negara Miskin dengan Utang Tersembunyi Rp5.504 Triliun
Rabu, 29 September 2021 - 15:43 WIB
"Kontraknya keruh, dan pemerintah sendiri tidak tahu persis nilai moneter yang mereka harus bayar ke China," katanya.
Utang yang tidak dilaporkan ini, menurut riset AidData, bernilai sekitar USD385 miliar.
AidData, yang berbasis di College of William and Mary di Virginia, mencatat 45 negara berpenghasilan rendah dan menengah yang sekarang memiliki tingkat eksposur utang ke China lebih tinggi dari 10 persen dari produk domestik bruto nasional mereka.
Kebencian telah dipicu tentang tingginya tingkat uang China yang mengalir ke tempat-tempat seperti Balochistan di Pakistan barat daya, di mana penduduk setempat mengatakan mereka mendapatkan sedikit keuntungan dan kelompok militan telah meluncurkan serangkaian serangan yang bertujuan untuk merusak investasi China.
"Apa yang kami lihat sekarang dengan Belt and Road Initiative (BRI) adalah penyesalan pembeli," kata Parks.
"Banyak pemimpin asing yang awalnya ingin ikut-ikutan BRI sekarang menangguhkan atau membatalkan proyek infrastruktur China karena masalah keberlanjutan utang."
Menurut riset tersebut, peminjaman Beijing telah melambat selama dua tahun terakhir karena penolakan dari peminjam.
Negara-negara kaya Kelompok Tujuh (G-7) juga mengumumkan skema saingan untuk melawan dominasi Beijing dalam pinjaman global tahun ini.
Temuan AidData menunjukkan pinjaman Beijing menuntut suku bunga yang lebih tinggi dengan periode pembayaran yang lebih pendek.
Utang yang tidak dilaporkan ini, menurut riset AidData, bernilai sekitar USD385 miliar.
AidData, yang berbasis di College of William and Mary di Virginia, mencatat 45 negara berpenghasilan rendah dan menengah yang sekarang memiliki tingkat eksposur utang ke China lebih tinggi dari 10 persen dari produk domestik bruto nasional mereka.
Kebencian telah dipicu tentang tingginya tingkat uang China yang mengalir ke tempat-tempat seperti Balochistan di Pakistan barat daya, di mana penduduk setempat mengatakan mereka mendapatkan sedikit keuntungan dan kelompok militan telah meluncurkan serangkaian serangan yang bertujuan untuk merusak investasi China.
"Apa yang kami lihat sekarang dengan Belt and Road Initiative (BRI) adalah penyesalan pembeli," kata Parks.
"Banyak pemimpin asing yang awalnya ingin ikut-ikutan BRI sekarang menangguhkan atau membatalkan proyek infrastruktur China karena masalah keberlanjutan utang."
Menurut riset tersebut, peminjaman Beijing telah melambat selama dua tahun terakhir karena penolakan dari peminjam.
Negara-negara kaya Kelompok Tujuh (G-7) juga mengumumkan skema saingan untuk melawan dominasi Beijing dalam pinjaman global tahun ini.
Temuan AidData menunjukkan pinjaman Beijing menuntut suku bunga yang lebih tinggi dengan periode pembayaran yang lebih pendek.
Lihat Juga :
tulis komentar anda