Taliban vs ISIS, Sejarah Konflik Berdarah Keduanya
Selasa, 21 September 2021 - 15:26 WIB
Apakah Taliban dan ISIS Bermusuhan?
Kedua kekuatan tersebut adalah musuh lama yang telah bertempur sengit sejak 2015 ketika ISIS membentuk lengan kelompok ekstremis di Provinsi Khorasan Afghanistan (ISKP) pada saat pertama kali berusaha memperluas jangkauan geografisnya di luar Irak dan Suriah.
Beberapa hari sebelum penarikan terakhir pasukan AS di Afghanistan, ISIS-K—lengan kelompok ekstremis ISIS di Afghanistan—melakukan bom bunuh diri di bandara Kabul. Pengeboman itu menewaskan 13 tentara AS dan lebih dari 100 warga Afghanistan, menjadi hari paling mematikan bagi militer AS di Afghanistan sejak 2011.
Yang paling menonjol, dalam pernyataan pertama kelompok itu setelah perebutan kekuasaan Afghanistan oleh Taliban. "ISIS pada dasarnya menyebut Taliban sebagai antek AS yang menyerahkan Afghanistan di atas piring perak," kata Mina Al-Lami, pakar dari BBC tentang pesan ekstremis, kepada NPR.
Bagaimana Sejarah Kejatuhan ISIS dan Taliban?
ISIS, yang sebenarnya dibentuk pada 1999 namun terkenal secara global pada 2014, mulai merekrut pembelot Taliban pada 2015, setelah mendirikan ISKP di Afghanistan.
Pasukan kedua kelompok berperang akhir tahun itu, setelah pemimpin Taliban Mullah Akhtar Mohammad Mansour meminta rekannya dari ISIS Abu Bakr al-Baghdadi untuk berhenti merekrut mantan milisi Taliban. Dia telah menyerukan kedua kelompok untuk bersatu di bawah kepemimpinan Taliban untuk mencapai tujuan bersama yaitu memerintah dengan hukum Syariah Islam versi mereka.
ISIS dan Taliban bertempur lagi pada tahun 2017, di provinsi Jowzjan, Afghanistan. Kekerasan berlanjut hingga ISKP “hampir seluruhnya diberantas” oleh pasukan AS dan Afghanistan pada 2019.
Taliban menandatangani kesepakatan damai dengan pemerintahan Donald Trump pada Februari 2020, serta menyetujui penarikan pasukan AS dari Afghanistan dalam 14 bulan, memungkinkan beberapa kekerasan lanjutan, meskipun pada level yang berkurang.
ISIS baru-baru ini mengkritik Taliban karena bekerja dengan pemerintah dan organisasi Barat, dan pernyataan terbarunya menunjukkan bahwa kelompok itu menganggap bahwa Taliban bersedia bekerja sama dengan Barat.
Kedua kekuatan tersebut adalah musuh lama yang telah bertempur sengit sejak 2015 ketika ISIS membentuk lengan kelompok ekstremis di Provinsi Khorasan Afghanistan (ISKP) pada saat pertama kali berusaha memperluas jangkauan geografisnya di luar Irak dan Suriah.
Beberapa hari sebelum penarikan terakhir pasukan AS di Afghanistan, ISIS-K—lengan kelompok ekstremis ISIS di Afghanistan—melakukan bom bunuh diri di bandara Kabul. Pengeboman itu menewaskan 13 tentara AS dan lebih dari 100 warga Afghanistan, menjadi hari paling mematikan bagi militer AS di Afghanistan sejak 2011.
Yang paling menonjol, dalam pernyataan pertama kelompok itu setelah perebutan kekuasaan Afghanistan oleh Taliban. "ISIS pada dasarnya menyebut Taliban sebagai antek AS yang menyerahkan Afghanistan di atas piring perak," kata Mina Al-Lami, pakar dari BBC tentang pesan ekstremis, kepada NPR.
Bagaimana Sejarah Kejatuhan ISIS dan Taliban?
ISIS, yang sebenarnya dibentuk pada 1999 namun terkenal secara global pada 2014, mulai merekrut pembelot Taliban pada 2015, setelah mendirikan ISKP di Afghanistan.
Pasukan kedua kelompok berperang akhir tahun itu, setelah pemimpin Taliban Mullah Akhtar Mohammad Mansour meminta rekannya dari ISIS Abu Bakr al-Baghdadi untuk berhenti merekrut mantan milisi Taliban. Dia telah menyerukan kedua kelompok untuk bersatu di bawah kepemimpinan Taliban untuk mencapai tujuan bersama yaitu memerintah dengan hukum Syariah Islam versi mereka.
ISIS dan Taliban bertempur lagi pada tahun 2017, di provinsi Jowzjan, Afghanistan. Kekerasan berlanjut hingga ISKP “hampir seluruhnya diberantas” oleh pasukan AS dan Afghanistan pada 2019.
Taliban menandatangani kesepakatan damai dengan pemerintahan Donald Trump pada Februari 2020, serta menyetujui penarikan pasukan AS dari Afghanistan dalam 14 bulan, memungkinkan beberapa kekerasan lanjutan, meskipun pada level yang berkurang.
ISIS baru-baru ini mengkritik Taliban karena bekerja dengan pemerintah dan organisasi Barat, dan pernyataan terbarunya menunjukkan bahwa kelompok itu menganggap bahwa Taliban bersedia bekerja sama dengan Barat.
tulis komentar anda