Iran: Kaburnya AS yang Memalukan dari Afghanistan Pelajaran bagi Sekutunya

Selasa, 21 September 2021 - 07:43 WIB
Penampakan tentara terakhir Amerika Serikat yang meninggalkan Afghanistan. Foto/Twitter @18airbornecorps
TEHERAN - Seorang komandan militer Iran menganggap pasukan Amerika Serikat (AS) bukan menarik diri tapi melarikan diri atau kabur secara memalukan dari Afghanistan . Menurutnya, itu menjadi pelajaran bagi negara-negara sekutu yang bergantung pada Washington.

Komentar itu disampaikan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Mayor Jenderal Mohammad Bagheri.





"Penerbangan memalukan Amerika Serikat dari Afghanistan menunjukkan bahwa dunia unipolar belum terbentuk dan tidak akan terbentuk, dan bahwa kita akan melihat dunia multipolar,” kata komandan militer itu saat berpidato pada upacara militer pada hari Senin.

Mengingat keruntuhan dramatis pemerintah Afghanistan dalam waktu kurang dari dua minggu setelah Taliban mengambil alih wilayah perkotaan besar pertamanya, Bagheri menyatakan bahwa Kabul telah membuat kesalahan penting dengan tidak mengandalkan dukungan rakyatnya sendiri, melainkan pada Amerika Serikat.

"Hasilnya adalah bahwa tentara dan pemerintah hilang dalam 10 atau 11 hari dan melarikan diri dengan sia-sia," ujarnya, seperti dikutip dari Sputniknews, Selasa (21/9/2021).

“Pelarian Amerika yang memalukan [dari Afghanistan] juga menunjukkan bahwa pendekatan semacam itu akan memiliki hasil. Bukan tidak mungkin nasib seperti itu akan menimpa negara-negara dengan ketergantungan dan kepercayaan semacam ini pada AS,” katanya.

Menurut Bagheri, krisis di Afghanistan merupakan simbol berakhirnya situasi strategis yang muncul setelah berakhirnya Perang Dingin dan runtuhnya Uni Soviet, setelah itu AS berusaha menciptakan dunia unipolar.

Dia mengingatkan, untuk mencapai tujuan tersebut, AS melakukan berbagai aksi agresi di Timur Tengah dan Asia Barat Daya.



Bagheri menekankan bahwa aksesi Iran ke pakta politik, ekonomi dan keamanan Organisasi Kerjasama Shanghai yang dipimpin China dan Rusia pekan lalu menandai kebangkitan kekuatan baru di kawasan itu pada saat yang sama ketika hegemoni AS sedang terkikis.

"Kekuatan perjanjian ini menunjukkan adanya kutub-kutub kekuatan lain yang muncul dan terus-menerus memperoleh kekuatan di panggung dunia seiring dengan merosotnya kekuatan Amerika,” paparnya.

Komandan militer itu menyatakan nasib pemerintah Afghanistan pro-AS dan peristiwa lainnya menunjukkan bahwa masa depan yang sama juga menunggu rezim Zionis, yaitu Israel.

"Sementara Tel Aviv membuat ancaman terhadap Teheran dari waktu ke waktu, mereka tahu betul bahwa setiap serangan terhadap wilayah dan kepentingan Republik Islam akan menghadapi tanggapan tegas dari Iran. Bahkan perlawanan oleh kelompok-kelompok yang terkepung di Gaza seperti Hamas dan Jihad Islam tak tertahankan bagi mereka," imbuh Bagheri.

Iran telah menaruh perhatian besar pada peristiwa di Afghanistan setelah penarikan pasukan AS dan runtuhnya pemerintah Kabul, meningkatkan keamanan perbatasan dan mengirimkan peraba diplomatik ke Taliban—yang memiliki sejarah hubungan buruk dengan Taliban. Teheran telah berulang kali menekankan bahwa tujuannya termasuk penciptaan pemerintah inklusif di Afghanistan yang mencerminkan komposisi etnis dan demografis negara itu, termasuk perlindungan minoritas Syiah di sana—yang terdiri dari sekitar 10 persen populasi Afghanistan.

Pada bulan Agustus, Presiden Iran Ebrahim Raisi mengundang semua kelompok di Afghanistan untuk mencapai kesepakatan nasional, dan menekankan bahwa kekalahan Amerika dan penarikannya harus menjadi kesempatan untuk memulihkan kehidupan, keamanan, dan perdamaian yang tahan lama di negara yang dilanda perang itu.
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More