Buku Saku Polisi Moral Taliban: Batasi Wanita, Jenggot Panjang, Pakai Kekuatan
Selasa, 21 September 2021 - 06:29 WIB
KABUL - Kepolisian Moral Taliban di bawah Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan akan bertindak "moderat" sesuai "buku saku" yang berisi aturan baru.
Pernyataan itu diungkapkan kepala kantor provinsi Kementerian Kebajikan di Kandahar Mawlawi Mohammad Shebani pada The Guardian.
Dalam wawancara langka dengan media barat, Shebani menjelaskan pada The Guardian bahwa polisi moral Taliban disusun sebagai jaringan yang terintegrasi ke dalam pasukan kepolisian yang memiliki hubungan dengan masjid dan sekolah agama.
Sejak menguasai Afghanistan pada 15 Agustus, Taliban telah meluncurkan serangan pesona untuk merehabilitasi citra garis keras mereka dari era 1996-2001 ketika pria yang tidak sholat di masjid akan dicambuk, pergerakan wanita setiap hari dibatasi dan interpretasi ekstrim dari Hukum Syariat Islam ditegakkan.
Shebani mengatakan, “Polisi moral Taliban kali ini akan berbeda dari era sebelumnya karena penciptaan kode tertulis yang akan fokus pada persuasi bukan kekerasan."
Namun, The Guardian melaporkan pedoman baru Taliban menyetujui penggunaan kekuatan terhadap pelanggar yang paling tidak kooperatif.
Proses penanganan pelanggar secara berjenjang dijelaskan sebagai berikut, “Pertama, mendidik mereka, kemudian menekan mereka mengubah perilaku mereka. Jika mereka masih bandel, kekerasan mungkin menjadi pilihan.”
“Jika orang itu masih melanjutkan (perilaku menyinggung), dan ini dapat menyebabkan banyak masalah, maka Anda dapat menghentikannya dengan tangan Anda,” papar pedoman baru itu.
Taliban berjanji melindungi hak-hak perempuan. Namun, buku aturan tersebut menyatakan perempuan hanya diperbolehkan meninggalkan rumah mereka jika ditemani wali laki-laki. Kontak perempuan dengan laki-laki juga harus dibatasi pada keluarga dekat.
“Anda harus dengan sabar mencegah wanita pergi ke luar tanpa jilbab, dan tanpa wali laki-laki yang menemaninya,” papar buku saku itu.
Aturan memerintahkan shalat wajib dilakukan lima kali sehari dan memiliki ketentuan tentang panjang janggut untuk pria.
“Beberapa orang berpikir kami ekstremis, tetapi kami tidak seperti itu. Islam adalah agama yang moderat, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, semuanya baik-baik saja,” ujar Shebani kepada The Guardian dalam wawancara eksklusif.
“Kami ingin memberi tahu semua orang terlebih dahulu tentang prinsip-prinsipnya. Ada beberapa hal kecil yang tidak kami tanggapi, karena kami tidak ingin orang panik atau merasa negatif,” ungkap dia.
“Tidak akan ada patroli … kami ingin menekankan bahwa kami tidak akan memasuki rumah orang, atau tempat mereka berkumpul dan kami tidak akan menggunakan kekerasan,” tutur Shebani.
Menurut buku pedoman polisi moral Taliban, orang-orang Kementerian dilarang memasuki rumah bahkan jika aturan dilanggar.
“Jika ada suara musik, televisi, sistem stereo, keluar dari rumah, itu harus dicegah. Tapi jangan masuk ke rumah untuk melakukannya,” papar pedoman itu.
Pernyataan itu diungkapkan kepala kantor provinsi Kementerian Kebajikan di Kandahar Mawlawi Mohammad Shebani pada The Guardian.
Dalam wawancara langka dengan media barat, Shebani menjelaskan pada The Guardian bahwa polisi moral Taliban disusun sebagai jaringan yang terintegrasi ke dalam pasukan kepolisian yang memiliki hubungan dengan masjid dan sekolah agama.
Sejak menguasai Afghanistan pada 15 Agustus, Taliban telah meluncurkan serangan pesona untuk merehabilitasi citra garis keras mereka dari era 1996-2001 ketika pria yang tidak sholat di masjid akan dicambuk, pergerakan wanita setiap hari dibatasi dan interpretasi ekstrim dari Hukum Syariat Islam ditegakkan.
Shebani mengatakan, “Polisi moral Taliban kali ini akan berbeda dari era sebelumnya karena penciptaan kode tertulis yang akan fokus pada persuasi bukan kekerasan."
Namun, The Guardian melaporkan pedoman baru Taliban menyetujui penggunaan kekuatan terhadap pelanggar yang paling tidak kooperatif.
Proses penanganan pelanggar secara berjenjang dijelaskan sebagai berikut, “Pertama, mendidik mereka, kemudian menekan mereka mengubah perilaku mereka. Jika mereka masih bandel, kekerasan mungkin menjadi pilihan.”
“Jika orang itu masih melanjutkan (perilaku menyinggung), dan ini dapat menyebabkan banyak masalah, maka Anda dapat menghentikannya dengan tangan Anda,” papar pedoman baru itu.
Taliban berjanji melindungi hak-hak perempuan. Namun, buku aturan tersebut menyatakan perempuan hanya diperbolehkan meninggalkan rumah mereka jika ditemani wali laki-laki. Kontak perempuan dengan laki-laki juga harus dibatasi pada keluarga dekat.
“Anda harus dengan sabar mencegah wanita pergi ke luar tanpa jilbab, dan tanpa wali laki-laki yang menemaninya,” papar buku saku itu.
Aturan memerintahkan shalat wajib dilakukan lima kali sehari dan memiliki ketentuan tentang panjang janggut untuk pria.
“Beberapa orang berpikir kami ekstremis, tetapi kami tidak seperti itu. Islam adalah agama yang moderat, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, semuanya baik-baik saja,” ujar Shebani kepada The Guardian dalam wawancara eksklusif.
“Kami ingin memberi tahu semua orang terlebih dahulu tentang prinsip-prinsipnya. Ada beberapa hal kecil yang tidak kami tanggapi, karena kami tidak ingin orang panik atau merasa negatif,” ungkap dia.
“Tidak akan ada patroli … kami ingin menekankan bahwa kami tidak akan memasuki rumah orang, atau tempat mereka berkumpul dan kami tidak akan menggunakan kekerasan,” tutur Shebani.
Menurut buku pedoman polisi moral Taliban, orang-orang Kementerian dilarang memasuki rumah bahkan jika aturan dilanggar.
“Jika ada suara musik, televisi, sistem stereo, keluar dari rumah, itu harus dicegah. Tapi jangan masuk ke rumah untuk melakukannya,” papar pedoman itu.
(sya)
tulis komentar anda