Istana Elysee: AS Tidak Pernah Sebut AUKUS, Tak Pernah Jawab Pertanyaan Prancis

Senin, 20 September 2021 - 22:29 WIB
loading...
Istana Elysee: AS Tidak...
Presiden Prancis Emmanual Macron memasuki Istana Elysee di Paris. Foto/REUTERS
A A A
PARIS - Hubungan Prancis dengan sekutunya Amerika Serikat (AS), Inggris dan Australia mendapat pukulan besar setelah pengumuman pakta keamanan tiga negara pada 15 September.

Kesepakatan itu membuat Australia membatalkan kesepakatan pertahanan dengan Prancis senilai puluhan miliar dolar.

“Amerika Serikat tidak pernah menyebutkan inisiatif apa pun untuk membentuk aliansi keamanan baru dan tidak pernah menjawab pertanyaan Prancis tentang masalah itu,” ungkap pernyataan Istana Elysee pada Senin (20/9/2021).



Seorang juru bicara Istana Kepresidenan Prancis mengindikasikan bahwa ketika Presiden Prancis Emmanual Macron bertemu mitranya dari Australia, Perdana Menteri Australia Scott Morrisson di Paris pada pertengahan Juni, Morrisson tidak memberi petunjuk apa pun bahwa Canberra akan membatalkan kontrak kapal selam yang menguntungkan dengan Prancis.



"Kami mengangkat masalah Indo-Pasifik dan kapal selam di semua tingkatan mulai Juni, ketika kami mulai memiliki keraguan serius," ungkap juru bicara itu.



“Presidenlah yang mengambil inisiatif untuk mengundang Morrisson pada Juni. Morrisson tidak memberi tahu dia apa pun dan menyarankan (kemungkinan pembatalan) dan mereka setuju melanjutkan pekerjaan. Presiden menulis panjang lebar kepada Morrisson untuk mengatasi kekhawatirannya. Tanggapan Morrisson adalah murni lambat," papar sumber itu.

Australia dan Prancis menyetujui kontrak senilai USD40 miliar untuk membangun armada 12 kapal selam serang untuk Angkatan Laut Australia.

Kontrak itu tiba-tiba dibatalkan pada saat-saat terakhir pekan lalu setelah Morrison, Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan pembuatan proyek kapal selam baru sebagai bagian dari pakta pertahanan trilateral AUKUS yang baru.

Berdasarkan perjanjian tersebut, kapal selam akan dibangun di Australia menggunakan teknologi nuklir Amerika Serikat dan Inggris.
(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2085 seconds (0.1#10.140)