Korut Tembakkan Rudal Jelajah Strategis, AS Sebut Ancaman
Senin, 13 September 2021 - 11:22 WIB
SEOUL - Korea Utara (Korut) telah berhasil menembakkan rudal jelajah strategis dalam uji coba senjata terbaru. Amerika Serikat (AS) mengecam dan menyebutnya sebagai ancaman.
Media pemerintah Korea Utara, KCNA, melaporkan bahwa rudal itu menghantam target 932 mil jauhnya dan terbang di sepanjang pola yang berbeda dalam uji coba selama akhir pekan.
"Rudal ini sebagai senjata strategis yang sangat penting," tulis media pemerintah tersebut, Senin (13/9/2021).
Korea Selatan mengatakan militernya sedang menganalisis peluncuran misil jelajah Korut menggunakan intelijen mereka sendiri dan intelijen AS.
Komando Indo-Pasifik militer AS menyampaikan kecaman atas manuver rudal terbaru Pyongyang. "Kegiatan ini menyoroti fokus berkelanjutan [Korea Utara] pada pengembangan program militernya dan ancaman yang ditimbulkan [kepada] tetangganya dan komunitas internasional," kata komando tersebut, seperti dikutip Reuters.
Manuver militer rezim Kim Jong-un ini adalah kegiatan uji coba senjata pertama yang diketahui sejak Maret lalu. Negara itu sebelumnya juga melakukan uji coba rudal jelajah tepat setelah Presiden AS Joe Biden menjabat pada Januari lalu.
Tes misil terbaru tidak melibatkan rudal balistik, yang dapat digunakan untuk membawa hulu ledak nuklir besar, sehingga tidak dilarang di bawah resolusi Dewan Keamanan PBB.
Sebuah foto di surat kabar Rodong Sinmun menunjukkan rudal dalam penerbangan dan diluncurkan dari peluncur mobile.
"Ini akan menjadi rudal jelajah pertama di Korea Utara yang secara eksplisit ditunjuk sebagai peran 'strategis'," kata Ankit Panda, seorang fellow senior di Carnegie Endowment for International Peace yang berbasis di AS, kepada Reuters.
"Ini adalah eufemisme umum untuk sistem berkemampuan nuklir."
Tes tersebut, jika dikonfirmasi, menunjukkan peningkatan aktivitas penelitian militer Korea Utara setelah periode yang relatif tenang.
Pada bulan April, pemimpin Korea Utara menyerukan "pawai sulit" lainnya melawan kondisi ekonomi yang sulit—istilah yang sebelumnya digunakan untuk menggambarkan kelaparan pada 1990-an yang menewaskan ratusan ribu orang.
Tetapi minggu ini negara itu mengadakan parade besar di ibu kota Pyongyang untuk merayakan ulang tahun ke-73 pendiriannya.
Dan bulan lalu PBB mengatakan bahwa Korea Utara tampaknya telah memulai kembali sebuah reaktor nuklir, yang berpotensi memproduksi plutonium untuk senjata nuklir.
Pembicaraan mengenai perlucutan senjata nuklir Korea Utara terhenti sejak 2019. Para negosiator dari Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat bertemu minggu ini untuk membahas cara memecahkan kebuntuan itu.
Media pemerintah Korea Utara, KCNA, melaporkan bahwa rudal itu menghantam target 932 mil jauhnya dan terbang di sepanjang pola yang berbeda dalam uji coba selama akhir pekan.
"Rudal ini sebagai senjata strategis yang sangat penting," tulis media pemerintah tersebut, Senin (13/9/2021).
Korea Selatan mengatakan militernya sedang menganalisis peluncuran misil jelajah Korut menggunakan intelijen mereka sendiri dan intelijen AS.
Komando Indo-Pasifik militer AS menyampaikan kecaman atas manuver rudal terbaru Pyongyang. "Kegiatan ini menyoroti fokus berkelanjutan [Korea Utara] pada pengembangan program militernya dan ancaman yang ditimbulkan [kepada] tetangganya dan komunitas internasional," kata komando tersebut, seperti dikutip Reuters.
Manuver militer rezim Kim Jong-un ini adalah kegiatan uji coba senjata pertama yang diketahui sejak Maret lalu. Negara itu sebelumnya juga melakukan uji coba rudal jelajah tepat setelah Presiden AS Joe Biden menjabat pada Januari lalu.
Tes misil terbaru tidak melibatkan rudal balistik, yang dapat digunakan untuk membawa hulu ledak nuklir besar, sehingga tidak dilarang di bawah resolusi Dewan Keamanan PBB.
Sebuah foto di surat kabar Rodong Sinmun menunjukkan rudal dalam penerbangan dan diluncurkan dari peluncur mobile.
"Ini akan menjadi rudal jelajah pertama di Korea Utara yang secara eksplisit ditunjuk sebagai peran 'strategis'," kata Ankit Panda, seorang fellow senior di Carnegie Endowment for International Peace yang berbasis di AS, kepada Reuters.
"Ini adalah eufemisme umum untuk sistem berkemampuan nuklir."
Tes tersebut, jika dikonfirmasi, menunjukkan peningkatan aktivitas penelitian militer Korea Utara setelah periode yang relatif tenang.
Pada bulan April, pemimpin Korea Utara menyerukan "pawai sulit" lainnya melawan kondisi ekonomi yang sulit—istilah yang sebelumnya digunakan untuk menggambarkan kelaparan pada 1990-an yang menewaskan ratusan ribu orang.
Tetapi minggu ini negara itu mengadakan parade besar di ibu kota Pyongyang untuk merayakan ulang tahun ke-73 pendiriannya.
Dan bulan lalu PBB mengatakan bahwa Korea Utara tampaknya telah memulai kembali sebuah reaktor nuklir, yang berpotensi memproduksi plutonium untuk senjata nuklir.
Pembicaraan mengenai perlucutan senjata nuklir Korea Utara terhenti sejak 2019. Para negosiator dari Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat bertemu minggu ini untuk membahas cara memecahkan kebuntuan itu.
(min)
tulis komentar anda