NATO Salahkan Taliban, AS Malah Beri Info Intelijen pada Taliban Soal ISIS
Jum'at, 27 Agustus 2021 - 15:02 WIB
KABUL - Sumber diplomat NATO menyalahkan Taliban atas terjadinya serangan bom di bandara Kabul. Meski demikian, Amerika Serikat (AS) justru berbagi informasi dengan Taliban soal ancaman serangan bom di bandara.
Diplomat NATO mengatakan Taliban akan memperketat keamanan dan mengerahkan pasukan tambahan untuk mengelola kerumunan besar yang berkumpul di sekitar bandara Kabul.
Diplomat itu mendesak Taliban menyelidiki serangan pada Kamis (26/8) yang diklaim oleh Negara Islam (ISIS).
Diplomat NATO itu menyatakan Taliban mungkin harus disalahkan, karena baru-baru ini membebaskan sejumlah tahanan yang mungkin memiliki hubungan dengan organisasi teroris ISIS.
“Para pemimpin Taliban harus menyelidiki jaringan ISIS di Kabul,” ujar pejabat NATO.
Menurut pejabat NATO itu, “Taliban mengizinkan ribuan tahanan keluar dari penjara dalam beberapa pekan terakhir; keamanan adalah tanggung jawab mereka.”
Sementara perwakilan Taliban mengatakan kelompok itu akan membuat perubahan pada keamanan.
Dia juga mengatakan tidak melihat alasan untuk memperpanjang batas waktu 31 Agustus bagi semua pasukan asing untuk keluar dari negara itu.
Tanggal itu awalnya ditetapkan Presiden AS Joe Biden yang telah berulang kali berjanji tetap mempertahankan batas waktu itu.
Jenderal Frank McKenzie yang memimpin Komando Pusat AS (CENTCOM) mengatakan Pentagon bersiap untuk menghadapi sejumlah serangan tambahan dalam beberapa hari mendatang, termasuk kemungkinan bom yang dibawa mobil dan roket yang ditembakkan ke bandara.
"Kami melakukan segala yang kami bisa untuk bersiap," ujar dia, menambahkan bahwa beberapa informasi intelijen AS telah diberikan kepada Taliban.
Dia yakin beberapa serangan telah digagalkan oleh Taliban. Pernyataan itu menunjukkan AS elah menjadikan Taliban sebagai mitra dalam menghadapi serangan ISIS.
Taliban telah lama menjadi musuh ISIS yaitu sel 'Khorasan' yang aktif di Afghanistan dan muncul di provinsi Nangarhar sekitar tahun 2015.
Dalam pertempuran sebelumnya dengan ISIS, Washington secara berkala memberikan dukungan udara untuk pejuang Taliban, mendorong tentara AS bercanda menjuluki diri mereka 'Angkatan Udara Taliban'.
Peringatan keamanan dari pejabat AS, Inggris, dan Taliban dalam beberapa hari terakhir memperingatkan potensi serangan di bandara.
Adapun Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mencatat kemungkinan ancaman dari ISIS-K pada awal pekan lalu.
Sebanyak 28 anggota Taliban tewas dalam serangan dua bom bunuh diri yang mengguncang ibu kota Afghanistan, Kabul.
Informasi itu diungkapkan seorang pejabat Taliban kepada Reuters. Taliban berjanji meningkatkan keamanan di bandara Kabul untuk mencegah serangan teroris di masa depan.
“Kami telah kehilangan lebih banyak orang daripada orang Amerika,” ungkap seorang pejabat Taliban yang tidak disebutkan namanya kepada outlet tersebut pada Jumat (27/8), setelah sepasang ledakan menewaskan puluhan warga Afghanistan dan 13 tentara Amerika Serikat sehari sebelumnya.
Dia menambahkan, sehubungan dengan serangan mematikan itu, pos penjagaan tambahan akan didirikan tidak hanya di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, tetapi semua lapangan terbang di seluruh negeri.
Sejauh ini tidak jelas berapa banyak warga sipil yang tewas dalam pemboman itu, karena jumlah korban diperkirakan akan meningkat.
Reuters melaporkan pada Jumat, mengutip seorang pejabat kesehatan dan Taliban, bahwa 72 warga Afghanistan telah tewas, termasuk para pejuang Taliban.
Seorang diplomat NATO, yang juga berbicara dengan syarat anonim, menguatkan klaim pejabat Taliban itu.
Lihat Juga: Israel Lebih Suka Trump atau Kamala Harris jadi Presiden AS ? Simak Penjelasan dan Alasannya
Diplomat NATO mengatakan Taliban akan memperketat keamanan dan mengerahkan pasukan tambahan untuk mengelola kerumunan besar yang berkumpul di sekitar bandara Kabul.
Diplomat itu mendesak Taliban menyelidiki serangan pada Kamis (26/8) yang diklaim oleh Negara Islam (ISIS).
Diplomat NATO itu menyatakan Taliban mungkin harus disalahkan, karena baru-baru ini membebaskan sejumlah tahanan yang mungkin memiliki hubungan dengan organisasi teroris ISIS.
Baca Juga
“Para pemimpin Taliban harus menyelidiki jaringan ISIS di Kabul,” ujar pejabat NATO.
Baca Juga
Menurut pejabat NATO itu, “Taliban mengizinkan ribuan tahanan keluar dari penjara dalam beberapa pekan terakhir; keamanan adalah tanggung jawab mereka.”
Sementara perwakilan Taliban mengatakan kelompok itu akan membuat perubahan pada keamanan.
Dia juga mengatakan tidak melihat alasan untuk memperpanjang batas waktu 31 Agustus bagi semua pasukan asing untuk keluar dari negara itu.
Tanggal itu awalnya ditetapkan Presiden AS Joe Biden yang telah berulang kali berjanji tetap mempertahankan batas waktu itu.
Jenderal Frank McKenzie yang memimpin Komando Pusat AS (CENTCOM) mengatakan Pentagon bersiap untuk menghadapi sejumlah serangan tambahan dalam beberapa hari mendatang, termasuk kemungkinan bom yang dibawa mobil dan roket yang ditembakkan ke bandara.
"Kami melakukan segala yang kami bisa untuk bersiap," ujar dia, menambahkan bahwa beberapa informasi intelijen AS telah diberikan kepada Taliban.
Dia yakin beberapa serangan telah digagalkan oleh Taliban. Pernyataan itu menunjukkan AS elah menjadikan Taliban sebagai mitra dalam menghadapi serangan ISIS.
Taliban telah lama menjadi musuh ISIS yaitu sel 'Khorasan' yang aktif di Afghanistan dan muncul di provinsi Nangarhar sekitar tahun 2015.
Dalam pertempuran sebelumnya dengan ISIS, Washington secara berkala memberikan dukungan udara untuk pejuang Taliban, mendorong tentara AS bercanda menjuluki diri mereka 'Angkatan Udara Taliban'.
Peringatan keamanan dari pejabat AS, Inggris, dan Taliban dalam beberapa hari terakhir memperingatkan potensi serangan di bandara.
Adapun Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mencatat kemungkinan ancaman dari ISIS-K pada awal pekan lalu.
Sebanyak 28 anggota Taliban tewas dalam serangan dua bom bunuh diri yang mengguncang ibu kota Afghanistan, Kabul.
Informasi itu diungkapkan seorang pejabat Taliban kepada Reuters. Taliban berjanji meningkatkan keamanan di bandara Kabul untuk mencegah serangan teroris di masa depan.
“Kami telah kehilangan lebih banyak orang daripada orang Amerika,” ungkap seorang pejabat Taliban yang tidak disebutkan namanya kepada outlet tersebut pada Jumat (27/8), setelah sepasang ledakan menewaskan puluhan warga Afghanistan dan 13 tentara Amerika Serikat sehari sebelumnya.
Dia menambahkan, sehubungan dengan serangan mematikan itu, pos penjagaan tambahan akan didirikan tidak hanya di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, tetapi semua lapangan terbang di seluruh negeri.
Sejauh ini tidak jelas berapa banyak warga sipil yang tewas dalam pemboman itu, karena jumlah korban diperkirakan akan meningkat.
Reuters melaporkan pada Jumat, mengutip seorang pejabat kesehatan dan Taliban, bahwa 72 warga Afghanistan telah tewas, termasuk para pejuang Taliban.
Seorang diplomat NATO, yang juga berbicara dengan syarat anonim, menguatkan klaim pejabat Taliban itu.
Lihat Juga: Israel Lebih Suka Trump atau Kamala Harris jadi Presiden AS ? Simak Penjelasan dan Alasannya
(sya)
tulis komentar anda