Dokumen Internal Bocor: Taliban Ancam dan Pukuli Staf PBB
Kamis, 26 Agustus 2021 - 07:47 WIB
"Pihak berwenang yang bertanggung jawab di Kabul bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan staf dan tempat PBB. Kami tetap berhubungan dengan mereka dalam hal itu," ucap juru bicara PBB Stephane Dujarric.
PBB telah merelokasi sekitar sepertiga dari 300 staf asing yang dimilikinya di Afghanistan ke Kazakhstan. Badan dunia itu juga menekankan bahwa mereka ingin mempertahankan kehadirannya untuk membantu rakyat Afghanistan.
Ada sekitar 3.000 staf PBB asal Afghanistan yang masih berada di negara itu. Seorang juru bicara PBB mengatakan badan dunia itu telah melakukan kontak dengan negara-negara lain untuk mendesak mereka memberikan visa atau mendukung relokasi sementara beberapa dari mereka.
Ribuan orang telah meninggalkan Afghanistan sejak Taliban memasuki Kabul pada 15 Agustus, naik penerbangan militer dan komersial dari Ibu Kota Afghanistan itu di mana bandara telah berubah menjadi tempat yang penuh kekacauan dan mematikan.
Beberapa dari mereka takut kembali berhadapan dengan penegakan hukum Islam yang ketat oleh Taliban seperti saat terakhir kali kelompok itu berkuasa, ketika mereka melarang perempuan bekerja dan anak perempuan dari sekolah.
Lainnya, termasuk mereka yang bekerja di bidang advokasi dan hak asasi manusia, percaya bahwa mereka bisa menjadi target pembalasan setelah sejumlah orang tewas dalam dugaan serangan Taliban yang ditargetkan pada tahun lalu.
Seorang wanita Afghanistan, yang telah bekerja untuk PBB selama beberapa tahun, mengatakan kepada Reuters bahwa dia merasa ditinggalkan.
"Setiap wanita yang saya kenal memiliki ketakutan yang sama seperti saya. Apa yang sekarang akan terjadi pada anak-anak kita jika kita dihukum karena pekerjaan kita? Apa yang akan terjadi pada keluarga kita? Apa yang akan mereka lakukan pada kita sebagai wanita?" katanya, berbicara dengan syarat anonim.
PBB telah merelokasi sekitar sepertiga dari 300 staf asing yang dimilikinya di Afghanistan ke Kazakhstan. Badan dunia itu juga menekankan bahwa mereka ingin mempertahankan kehadirannya untuk membantu rakyat Afghanistan.
Ada sekitar 3.000 staf PBB asal Afghanistan yang masih berada di negara itu. Seorang juru bicara PBB mengatakan badan dunia itu telah melakukan kontak dengan negara-negara lain untuk mendesak mereka memberikan visa atau mendukung relokasi sementara beberapa dari mereka.
Ribuan orang telah meninggalkan Afghanistan sejak Taliban memasuki Kabul pada 15 Agustus, naik penerbangan militer dan komersial dari Ibu Kota Afghanistan itu di mana bandara telah berubah menjadi tempat yang penuh kekacauan dan mematikan.
Beberapa dari mereka takut kembali berhadapan dengan penegakan hukum Islam yang ketat oleh Taliban seperti saat terakhir kali kelompok itu berkuasa, ketika mereka melarang perempuan bekerja dan anak perempuan dari sekolah.
Lainnya, termasuk mereka yang bekerja di bidang advokasi dan hak asasi manusia, percaya bahwa mereka bisa menjadi target pembalasan setelah sejumlah orang tewas dalam dugaan serangan Taliban yang ditargetkan pada tahun lalu.
Seorang wanita Afghanistan, yang telah bekerja untuk PBB selama beberapa tahun, mengatakan kepada Reuters bahwa dia merasa ditinggalkan.
"Setiap wanita yang saya kenal memiliki ketakutan yang sama seperti saya. Apa yang sekarang akan terjadi pada anak-anak kita jika kita dihukum karena pekerjaan kita? Apa yang akan terjadi pada keluarga kita? Apa yang akan mereka lakukan pada kita sebagai wanita?" katanya, berbicara dengan syarat anonim.
Lihat Juga :
tulis komentar anda