Hakim Afghanistan: Taliban Bakar Wanita karena Masakannya Buruk
Sabtu, 21 Agustus 2021 - 13:31 WIB
Hampir seminggu setelah Presiden AS Joe Biden dengan berani menolak prospek pengambilalihan oleh kelompok Taliban–yang kini tumbuh melampaui 200.000 personel dari sekitar 11.000 personel satu dekade lalu–dengan menggulingkan pemerintah Afghanistan minggu ini.
Kelompok Taliban bersikeras kali ini mereka berbeda. Setelah dipaksa ke dalam bayang-bayang mendekati kepunahan selama dua dekade terakhir pendudukan AS dan sekutu NATO-nya, kelompok militan itu telah bersumpah upaya barunya di sebuah negara Islam akan menjadi rezim "inklusif" dan terkendali.
Mengizinkan seorang jurnalis perempuan untuk menghadiri konferensi pers mereka minggu ini tampaknya merupakan sinyal yang cukup untuk lembaran baru gerakan mereka yang “progresif”.
Namun, dalam beberapa hari pertama pengambilalihan Afghanistan, dunia telah menyaksikan Taliban secara terbuka mengeksekusi seorang kepala polisi dan jurnalis di antara jiwa-jiwa malang lainnya yang sekarang dianggap pembangkang.
Informasi terbaru muncul dengan video menunjukkan para milisi Taliban mencambuk warga sipil yang membawa bendera nasional Afghanistan di jalan. Laporan lebih lanjut mengeklaim kelompok minoritas disiksa.
Media Jerman, Deutsche Welle (DW), pada hari Kamis lalu mengungkapkan bahwa milisi Taliban membunuh seorang kerabat dari salah satu wartawan mereka di Afghanistan.
“Pembunuhan kerabat dekat salah satu editor kami oleh Taliban kemarin sungguh tragis, dan membuktikan bahaya akut di mana semua karyawan kami dan keluarga mereka di Afghanistan menemukan diri mereka sendiri,” tulis Direktur Jenderal DW, Peter Limbourg.
“Jelas bahwa Taliban sudah melakukan pencarian terorganisir untuk wartawan, baik di Kabul maupun di provinsi-provinsi [lain]. Kita kehabisan waktu!"
Taliban telah mengintensifkan perburuan semua tersangka kolaborator yang terkait dengan rezim sebelumnya.
Kelompok Taliban bersikeras kali ini mereka berbeda. Setelah dipaksa ke dalam bayang-bayang mendekati kepunahan selama dua dekade terakhir pendudukan AS dan sekutu NATO-nya, kelompok militan itu telah bersumpah upaya barunya di sebuah negara Islam akan menjadi rezim "inklusif" dan terkendali.
Mengizinkan seorang jurnalis perempuan untuk menghadiri konferensi pers mereka minggu ini tampaknya merupakan sinyal yang cukup untuk lembaran baru gerakan mereka yang “progresif”.
Namun, dalam beberapa hari pertama pengambilalihan Afghanistan, dunia telah menyaksikan Taliban secara terbuka mengeksekusi seorang kepala polisi dan jurnalis di antara jiwa-jiwa malang lainnya yang sekarang dianggap pembangkang.
Informasi terbaru muncul dengan video menunjukkan para milisi Taliban mencambuk warga sipil yang membawa bendera nasional Afghanistan di jalan. Laporan lebih lanjut mengeklaim kelompok minoritas disiksa.
Media Jerman, Deutsche Welle (DW), pada hari Kamis lalu mengungkapkan bahwa milisi Taliban membunuh seorang kerabat dari salah satu wartawan mereka di Afghanistan.
“Pembunuhan kerabat dekat salah satu editor kami oleh Taliban kemarin sungguh tragis, dan membuktikan bahaya akut di mana semua karyawan kami dan keluarga mereka di Afghanistan menemukan diri mereka sendiri,” tulis Direktur Jenderal DW, Peter Limbourg.
“Jelas bahwa Taliban sudah melakukan pencarian terorganisir untuk wartawan, baik di Kabul maupun di provinsi-provinsi [lain]. Kita kehabisan waktu!"
Taliban telah mengintensifkan perburuan semua tersangka kolaborator yang terkait dengan rezim sebelumnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda