Pemimpin Taliban Bersedia Bertemu Erdogan dalam ‘Situasi Tepat'
Sabtu, 14 Agustus 2021 - 05:29 WIB
KABUL - Taliban telah menyatakan kesediaan bertemu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk membahas konflik di Afghanistan dan peran Ankara di sana.
Meski demikian, Taliban menyatakan pertemuan itu hanya "dalam keadaan yang tepat."
Erdogan mengungkapkan pada Rabu bahwa dia mungkin dapat mengadakan pertemuan dengan para pemimpin Taliban dalam upaya menyelesaikan perselisihan tentang pasukan Turki yang menjaga Bandara Kabul setelah penarikan pasukan Amerika Serikat (AS) dan NATO.
Taliban kini memberi isyarat mereka akan menyetujui pertemuan itu. "Semua orang ingin bertemu dengan pemimpin kami," ungkap juru bicara Taliban Mohammed Naeem kepada Middle East Eye.
"Dan kami juga menginginkan itu, tetapi dalam situasi yang tepat. Ada komunikasi antara kami dan Kedutaan Besar Turki di Doha. Dan kami ingin memiliki hubungan dengan semua negara," papar dia.
Taliban sering tidak jelas tentang identitas pemimpinnya. Pemimpin spiritual Taliban Haibatullah Akhundzada belum terlihat ke publik, sehingga salah satu pendiri kelompok tersebut Mullah Abdul Ghani Baradar adalah wajah publiknya dan mengepalai kantor politiknya.
Terlepas dari tanda positif bahwa pertemuan dapat terjadi antara Erdogan dan Baradar, Naeem menegaskan kembali penolakan Taliban menerima tawaran Turki untuk menjaga Bandara Kabul.
"Kami telah mengatakan kata-kata kami kepada Turki tentang keamanan Bandara Kabul dengan jujur dan jelas. Semua pasukan asing harus meninggalkan negara kami," ujar dia.
Tanggapan atas permintaan pertemuan itu muncul beberapa hari setelah Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengunjungi Pakistan untuk meminta negara itu meyakinkan Taliban agar menyetujui kehadiran pasukan Turki di Kabul.
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan kemudian tampaknya setuju bahwa, "Hal terbaik adalah bagi Turki dan Taliban untuk melakukan dialog tatap muka. Jadi kami akan berbicara dengan Taliban, untuk menggunakan pengaruh kami pada kelompok tersebut, untuk memiliki pembicaraan tatap muka dengan Turki."
Ketika Taliban terus membuat kemajuan besar di Afghanistan dengan menguasai sepuluh ibu kota provinsi dalam waktu kurang dari sepekan, termasuk kota-kota besar Herat dan Kandahar, Taliban berusaha meyakinkan warga Afghanistan untuk tetap berada di negara itu dan bagi mereka yang berada di luar negeri untuk pulang ke rumah demi membangun kembali negara itu.
“Amnesti umum untuk semua orang, termasuk mereka yang bekerja dengan pendudukan telah dikeluarkan,” papar Naeem.
"Kami tidak ingin warga Afganistan meninggalkan Afganistan, tetapi kami ingin warga Afghanistan yang berada di luar negeri datang ke Afghanistan," ujar juru bicara itu.
“Warga Afghanistan yang telah meninggalkan negara itu dan berpikir bahwa Taliban akan menghukum mereka harus tahu bahwa ini sama sekali tidak benar," ungkap dia.
Meski demikian, Taliban menyatakan pertemuan itu hanya "dalam keadaan yang tepat."
Erdogan mengungkapkan pada Rabu bahwa dia mungkin dapat mengadakan pertemuan dengan para pemimpin Taliban dalam upaya menyelesaikan perselisihan tentang pasukan Turki yang menjaga Bandara Kabul setelah penarikan pasukan Amerika Serikat (AS) dan NATO.
Taliban kini memberi isyarat mereka akan menyetujui pertemuan itu. "Semua orang ingin bertemu dengan pemimpin kami," ungkap juru bicara Taliban Mohammed Naeem kepada Middle East Eye.
"Dan kami juga menginginkan itu, tetapi dalam situasi yang tepat. Ada komunikasi antara kami dan Kedutaan Besar Turki di Doha. Dan kami ingin memiliki hubungan dengan semua negara," papar dia.
Baca Juga
Taliban sering tidak jelas tentang identitas pemimpinnya. Pemimpin spiritual Taliban Haibatullah Akhundzada belum terlihat ke publik, sehingga salah satu pendiri kelompok tersebut Mullah Abdul Ghani Baradar adalah wajah publiknya dan mengepalai kantor politiknya.
Terlepas dari tanda positif bahwa pertemuan dapat terjadi antara Erdogan dan Baradar, Naeem menegaskan kembali penolakan Taliban menerima tawaran Turki untuk menjaga Bandara Kabul.
"Kami telah mengatakan kata-kata kami kepada Turki tentang keamanan Bandara Kabul dengan jujur dan jelas. Semua pasukan asing harus meninggalkan negara kami," ujar dia.
Tanggapan atas permintaan pertemuan itu muncul beberapa hari setelah Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengunjungi Pakistan untuk meminta negara itu meyakinkan Taliban agar menyetujui kehadiran pasukan Turki di Kabul.
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan kemudian tampaknya setuju bahwa, "Hal terbaik adalah bagi Turki dan Taliban untuk melakukan dialog tatap muka. Jadi kami akan berbicara dengan Taliban, untuk menggunakan pengaruh kami pada kelompok tersebut, untuk memiliki pembicaraan tatap muka dengan Turki."
Ketika Taliban terus membuat kemajuan besar di Afghanistan dengan menguasai sepuluh ibu kota provinsi dalam waktu kurang dari sepekan, termasuk kota-kota besar Herat dan Kandahar, Taliban berusaha meyakinkan warga Afghanistan untuk tetap berada di negara itu dan bagi mereka yang berada di luar negeri untuk pulang ke rumah demi membangun kembali negara itu.
“Amnesti umum untuk semua orang, termasuk mereka yang bekerja dengan pendudukan telah dikeluarkan,” papar Naeem.
"Kami tidak ingin warga Afganistan meninggalkan Afganistan, tetapi kami ingin warga Afghanistan yang berada di luar negeri datang ke Afghanistan," ujar juru bicara itu.
“Warga Afghanistan yang telah meninggalkan negara itu dan berpikir bahwa Taliban akan menghukum mereka harus tahu bahwa ini sama sekali tidak benar," ungkap dia.
(sya)
tulis komentar anda