Rentetan Bom dan Penembakan Guncang Kabul, Menhan Afghanistan Jadi Target

Rabu, 04 Agustus 2021 - 08:14 WIB
Pasukan keamanan Afghanistan mendekati lokasi ledakan bom di Kabul, Selasa (3/8/2021) malam. Foto/REUTERS
KABUL - Rentetan bom dan penembakan terkoordinasi mengguncang Ibu Kota Afghanistan , Kabul, Selasa malam.Gelombangserangan yang menargetkan menteri pertahanan (menhan) setempat itu menewaskan empat orang tewas dan melukai 20 lainnya.

Beberapa anggota Parlemen juga jadi target. Rentetan serangan berlangsung di area yang tidak jauh dari Zona Hijau yang dijaga ketat.





Gelombang ledakan, yang menurut Washington merupakan "ciri khas" serangan kelompok Taliban, terjadi ketika tentara Afghanistan mendesak penduduk untuk mengungsi dari kota selatan yang terkepung menjelang serangan yang direncanakan terhadap kelompok pemberontak setelah tiga hari pertempuran sengit.

Kekerasan telah meningkat di seluruh negeri sejak awal Mei ketika Taliban melancarkan serangan nasional segera setelah pasukan asing pimpinan Amerika Serikat (AS) memulai penarikan terakhir mereka.

Para pejabat keamanan mengatakan kepada AFP bahwa empat orang tewas dan 20 lainnya terluka dalam serangan hari ini, di mana badan amal medis Emergency mengatakan empat jasad orang yang tewas dalam serangan itu telah dibawa ke fasilitasnya di Kabul.

Kementerian Dalam Negeri mengatakan serangan itu berhasil ditangkis dan semua penyerang telah dibunuh oleh pasukan keamanan.

"Sejumlah besar orang berhasil diselamatkan dan daerah itu kini diamankan," kata juru bicara kementerian tersebut, Mirwais Stanikzai, kepada wartawan.

Koresponden AFP melaporkan bom pertama meledak di Kabul tengah pada Selasa malam, mengirimkan gumpalan asap tebal ke langit.

Menteri Pertahanan Bismillah Mohammadi mengatakan itu adalah serangan bom mobil bunuh diri yang menargetkan rumahnya.

“Sayangnya beberapa penjaga saya terluka,” ujarnya dalam pesan video.

Kurang dari dua jam setelah bom mobil diledakkan, ledakan keras lainnya diikuti oleh ledakan yang lebih kecil dan tembakan cepat lagi mengguncang Kabul, juga di dekat Zona Hijau dengan keamanan tinggi yang menampung beberapa kedutaan, termasuk misi AS.

Sebuah sumber keamanan mengatakan beberapa penyerang menyerbu rumah seorang anggota Parlemen setelah meledakkan bom mobil dan juga menembaki kediaman menteri pertahanan dari sana.

"Beberapa anggota Parlemen bertemu di rumah anggota Parlemen ini untuk membuat rencana untuk melawan serangan Taliban di utara," kata sumber itu kepada AFP,Rabu (4/8/2021).

Belum ada kelompok yang mengeklaim serangan itu, tetapi Washington menuding Taliban.

"Kami belum dalam posisi untuk mengaitkannya secara resmi, tetapi tentu saja itu menunjukkan semua ciri dari serentetan serangan Taliban yang telah kami lihat dalam beberapa pekan terakhir," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price kepada wartawan.

“Kami dengan tegas mengutuk pemboman ini, dan kami terus mendukung mitra kami (Afghanistan).”



Bahkan ketika ledakan dan tembakan mengguncang kota, kerumunan orang berbaris di jalan-jalan Kabul dan turun ke atap rumah meneriakkan "Allahu Akbar" dan "Matilah Taliban" untuk mendukung pasukan Afghanistan memerangi pemberontak di tiga ibu kota provinsi.

“Kami mendukung pasukan Afghanistan dan semua orang yang melawan Taliban dan berperang di garis depan,” kata Karim, seorang warga Kabul yang hanya menyebutkan satu nama.

Serangan gerilyawan Taliban di kota-kota Lashkar Gah, Kandahar dan Herat sejak pekan lalu terjadi setelah mereka menguasai sebagian besar pedesaan Afghanistan, ketika pasukan asing memulai tahap terakhir penarikan mereka dari negara itu pada Mei.

Pertempuran berkecamuk untuk menguasai Lashkar Gah, ibu kota provinsi Helmand selatan, di mana PBB mengatakan sedikitnya 40 warga sipil tewas dalam 24 jam terakhir.

Jenderal Sami Sadat, komandan Korps Angkatan Darat 215 Maiwand Afghanistan, mendesak warga untuk mengungsi.

"Tolong pergi secepat mungkin sehingga kami dapat memulai operasi kami," katanya dalam sebuah pesan kepada kota berpenduduk 200.000 orang itu.

“Saya tahu sangat sulit bagi Anda untuk meninggalkan rumah Anda, ini juga sulit bagi kami, tetapi jika Anda mengungsi selama beberapa hari, mohon maafkan kami."

“Kami memerangi Taliban di mana pun mereka berada,” katanya.

Para pejabat mengatakan sebelumnya bahwa gerilyawan Taliban telah merebut lebih dari selusin stasiun radio dan televisi lokal di Lashkar Gah, hanya menyisakan satu saluran pro-Taliban yang menyiarkan program-program Islam.

Misi Bantuan PBB untuk Afghanistan (UNAMA) men-tweet; "Keprihatinan yang mendalam bagi warga sipil Afghanistan ... karena pertempuran memburuk". UNAMA menyerukan segera diakhirinya pertempuran di daerah perkotaan.

Sefatullah, direktur radio Sukon di Lashkar Gah mengatakan: "Pertempuran sangat intens pagi ini".

Dia mengatakan pesawat Angkatan Udara AS dan Afghanistan telah menggempur posisi Taliban, dan pertempuran sedang berlangsung di dekat penjara kota dan kompleks perumahan markas polisi dan badan intelijen.

“Taliban ada di mana-mana di kota, Anda bisa melihat mereka mengendarai sepeda motor di jalanan. Mereka menangkap atau menembak orang-orang yang memiliki telepon pintar,” kata seorang warga Lashkar Gah kepada AFP, tanpa menyebut nama.

Hilangnya Lashkar Gah akan menjadi pukulan strategis dan psikologis besar-besaran bagi pemerintah, yang telah berjanji untuk mempertahankan kota dengan segala cara setelah kehilangan sebagian besar pedesaan pedesaan ke Taliban selama musim panas.

Di kota barat Herat yang juga dikepung Taliban, para pejabat mengatakan pasukan pemerintah telah berhasil memukul mundur para pemberontak dari beberapa daerah, termasuk dekat bandara, yang sangat penting untuk persediaan.

Namun pada Selasa sore, empat roket menghantam bandara. Menurut kepala bandara Shaheer Salehi kepada AFP, fasilitas itu tidak rusak, tetapi dua penerbangan dibatalkan.
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More