Tragisnya Komedian Nazar Mohammad Diseret dan Digorok, Diduga oleh Taliban
Selasa, 27 Juli 2021 - 15:03 WIB
KANDAHAR - Nazar Mohammad alias Khasha Zwan adalah komedian populer di Afghanistan . Pada Kamis malam pekan lalu, dia diseret dari rumahnya di Kandahar oleh orang-orang bersenjata dan kemudian disandarkan di bawah pohon lalu digorok lehernya.
Keluarga korban, yang dikutip media lokal TOLO News, menuduh para pelakunya adalah kelompok Taliban . Namun, kelompok yang sedang berperang dengan pasukan pemerintah itu membantah terlibat dalam pembunuhan sang komedian.
Menurut kantor berita ANI, komedian itu sebelumnya bertugas di Kepolisian Kandahar.
Kandahar, tempat Nazar Mohammad, telah menjadi medan pertempuran yang berkecamuk antara pasukan pemerintah dan Taliban. Perang telah meluas ke berbagai wilayah di negara itu seiring dengan penarikan tentara Amerika Serikat (AS) dan sekutu NATO-nya.
Menurut perkiraan pejabat lokal, sekitar 100 orang telah tewas dalam dua minggu terakhir di Kandahar. Selain itu, sekitar 300 orang lainnya hilang.
Taliban sendiri telah merebut wilayah teritorial besar selama beberapa minggu terakhir sebelum tentara AS benar-benar hengkang pada 31 Agustus.
Menurut laporan media lokal, para milisi Taliban pergi dari rumah ke rumah di Kandahar mencari pegawai pemerintah.
Provinsi Kandahar secara tradisional menjadi kubu Taliban dan pertempuran di sana telah berlangsung sengit dalam beberapa pekan terakhir dengan gerilyawan merebut perbatasan utama dengan Pakistan di selatan, di Spin Boldak.
Wartawan Reuters Danish Siddiqui tewas di daerah itu beberapa waktu lalu saat meliput bentrokan antara pasukan keamanan Afghanistan dan milisi Taliban.
Banyak keluarga telah meninggalkan rumah mereka dalam jumlah besar dan melarikan diri ke utara menuju Kabul, atau mencari perlindungan di kamp-kamp pengungsi.
Sebelumnya, CNN telah melaporkan bahwa Taliban memenggal Sohail Pardis, seorang warga Afghanistan yang bekerja sebagai penerjemah untuk Angkatan Darat AS. Namun, lagi-lagi Taliban membantah telah memenggal Pardis.
Negara yang dilanda perang itu mengalami peningkatan 47% dalam jumlah semua warga sipil yang tewas dan terluka dalam kekerasan pada paruh pertama tahun 2021, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
"Saya memohon kepada para pemimpin Taliban dan Afghanistan untuk memperhatikan lintasan konflik yang suram dan mengerikan serta dampaknya yang menghancurkan terhadap warga sipil," kata Deborah Lyons, perwakilan khusus Sekjen PBB untuk Afghanistan seperti dikutip The Mirror, Selasa (27/7/2021).
Ketika pasukan asing menarik diri dari Afghanistan, Taliban mengumumkan pada hari Kamis pekan lalu bahwa mereka menguasai 90 persen perbatasan negara itu.
"Perbatasan Afghanistan dengan Tajikistan, Uzbekistan, Turkmenistan, dan Iran, atau sekitar 90 persen dari perbatasan, berada di bawah kendali kami," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid kepada kantor berita pemerintah RIA Novosti.
Namun, Kementerian Pertahanan Afghanistan menggambarkan klaim Taliban sebagai "kebohongan mutlak".
Menegaskan bahwa pasukan pemerintah mengendalikan perbatasan Afghanistan dan semua "kota utama dan jalan raya", wakil juru bicara Kementerian Pertahanan Fawad Aman mengatakan kepada AFP: "Ini adalah propaganda tak berdasar."
Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengatakan Taliban membunuh sekitar 100 warga sipil pekan lalu di Spin Boldak dekat perbatasan Pakistan.
"Pasukan keamanan Afghanistan akan segera membalas dendam pada teroris liar ini," kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri Mirwais Stanekzai di Twitter.
Lihat Juga: 3 Alasan Taliban Afghanistan Sudah Siap Menyerang Israel, Akankah Bekerjasama dengan Iran?
Keluarga korban, yang dikutip media lokal TOLO News, menuduh para pelakunya adalah kelompok Taliban . Namun, kelompok yang sedang berperang dengan pasukan pemerintah itu membantah terlibat dalam pembunuhan sang komedian.
Menurut kantor berita ANI, komedian itu sebelumnya bertugas di Kepolisian Kandahar.
Kandahar, tempat Nazar Mohammad, telah menjadi medan pertempuran yang berkecamuk antara pasukan pemerintah dan Taliban. Perang telah meluas ke berbagai wilayah di negara itu seiring dengan penarikan tentara Amerika Serikat (AS) dan sekutu NATO-nya.
Menurut perkiraan pejabat lokal, sekitar 100 orang telah tewas dalam dua minggu terakhir di Kandahar. Selain itu, sekitar 300 orang lainnya hilang.
Taliban sendiri telah merebut wilayah teritorial besar selama beberapa minggu terakhir sebelum tentara AS benar-benar hengkang pada 31 Agustus.
Menurut laporan media lokal, para milisi Taliban pergi dari rumah ke rumah di Kandahar mencari pegawai pemerintah.
Provinsi Kandahar secara tradisional menjadi kubu Taliban dan pertempuran di sana telah berlangsung sengit dalam beberapa pekan terakhir dengan gerilyawan merebut perbatasan utama dengan Pakistan di selatan, di Spin Boldak.
Wartawan Reuters Danish Siddiqui tewas di daerah itu beberapa waktu lalu saat meliput bentrokan antara pasukan keamanan Afghanistan dan milisi Taliban.
Banyak keluarga telah meninggalkan rumah mereka dalam jumlah besar dan melarikan diri ke utara menuju Kabul, atau mencari perlindungan di kamp-kamp pengungsi.
Sebelumnya, CNN telah melaporkan bahwa Taliban memenggal Sohail Pardis, seorang warga Afghanistan yang bekerja sebagai penerjemah untuk Angkatan Darat AS. Namun, lagi-lagi Taliban membantah telah memenggal Pardis.
Negara yang dilanda perang itu mengalami peningkatan 47% dalam jumlah semua warga sipil yang tewas dan terluka dalam kekerasan pada paruh pertama tahun 2021, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
"Saya memohon kepada para pemimpin Taliban dan Afghanistan untuk memperhatikan lintasan konflik yang suram dan mengerikan serta dampaknya yang menghancurkan terhadap warga sipil," kata Deborah Lyons, perwakilan khusus Sekjen PBB untuk Afghanistan seperti dikutip The Mirror, Selasa (27/7/2021).
Ketika pasukan asing menarik diri dari Afghanistan, Taliban mengumumkan pada hari Kamis pekan lalu bahwa mereka menguasai 90 persen perbatasan negara itu.
"Perbatasan Afghanistan dengan Tajikistan, Uzbekistan, Turkmenistan, dan Iran, atau sekitar 90 persen dari perbatasan, berada di bawah kendali kami," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid kepada kantor berita pemerintah RIA Novosti.
Namun, Kementerian Pertahanan Afghanistan menggambarkan klaim Taliban sebagai "kebohongan mutlak".
Menegaskan bahwa pasukan pemerintah mengendalikan perbatasan Afghanistan dan semua "kota utama dan jalan raya", wakil juru bicara Kementerian Pertahanan Fawad Aman mengatakan kepada AFP: "Ini adalah propaganda tak berdasar."
Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengatakan Taliban membunuh sekitar 100 warga sipil pekan lalu di Spin Boldak dekat perbatasan Pakistan.
"Pasukan keamanan Afghanistan akan segera membalas dendam pada teroris liar ini," kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri Mirwais Stanekzai di Twitter.
Lihat Juga: 3 Alasan Taliban Afghanistan Sudah Siap Menyerang Israel, Akankah Bekerjasama dengan Iran?
(min)
tulis komentar anda