Tragisnya Komedian Nazar Mohammad Diseret dan Digorok, Diduga oleh Taliban

Selasa, 27 Juli 2021 - 15:03 WIB
Provinsi Kandahar secara tradisional menjadi kubu Taliban dan pertempuran di sana telah berlangsung sengit dalam beberapa pekan terakhir dengan gerilyawan merebut perbatasan utama dengan Pakistan di selatan, di Spin Boldak.

Wartawan Reuters Danish Siddiqui tewas di daerah itu beberapa waktu lalu saat meliput bentrokan antara pasukan keamanan Afghanistan dan milisi Taliban.

Banyak keluarga telah meninggalkan rumah mereka dalam jumlah besar dan melarikan diri ke utara menuju Kabul, atau mencari perlindungan di kamp-kamp pengungsi.

Sebelumnya, CNN telah melaporkan bahwa Taliban memenggal Sohail Pardis, seorang warga Afghanistan yang bekerja sebagai penerjemah untuk Angkatan Darat AS. Namun, lagi-lagi Taliban membantah telah memenggal Pardis.

Negara yang dilanda perang itu mengalami peningkatan 47% dalam jumlah semua warga sipil yang tewas dan terluka dalam kekerasan pada paruh pertama tahun 2021, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

"Saya memohon kepada para pemimpin Taliban dan Afghanistan untuk memperhatikan lintasan konflik yang suram dan mengerikan serta dampaknya yang menghancurkan terhadap warga sipil," kata Deborah Lyons, perwakilan khusus Sekjen PBB untuk Afghanistan seperti dikutip The Mirror, Selasa (27/7/2021).

Ketika pasukan asing menarik diri dari Afghanistan, Taliban mengumumkan pada hari Kamis pekan lalu bahwa mereka menguasai 90 persen perbatasan negara itu.

"Perbatasan Afghanistan dengan Tajikistan, Uzbekistan, Turkmenistan, dan Iran, atau sekitar 90 persen dari perbatasan, berada di bawah kendali kami," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid kepada kantor berita pemerintah RIA Novosti.

Namun, Kementerian Pertahanan Afghanistan menggambarkan klaim Taliban sebagai "kebohongan mutlak".

Menegaskan bahwa pasukan pemerintah mengendalikan perbatasan Afghanistan dan semua "kota utama dan jalan raya", wakil juru bicara Kementerian Pertahanan Fawad Aman mengatakan kepada AFP: "Ini adalah propaganda tak berdasar."
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More