Kurangi Ancaman Hegemoni China, ASEAN Diminta Tingkatkan Peran

Minggu, 25 Juli 2021 - 04:01 WIB
"Dalam hal ini, pengaruh AS pun telah membuktikan agak terlalu berhasil. Memang salah satu ironi hegemoni Amerika adalah bahwa ia telah secara efektif memelihara pesaing tangguh di Eropa, Jepang dan sekarang, yang paling penting, China,’’ papar CSEAS.

Guna membahas perspektif ekonomi dan politik terkait ancaman hegemoni China di negara-negara Asia, serta untuk menemukan cara mengurangi ketegangan antara China dan negara-negara lain, CSEAS mengundang sejumlah pembicara untuk berbagi pandangan mereka.

Para pembicara tersebut antara lain Executive Director Indonesia Institute of Maritime Studies Dr Connie Rahakundini, Director of the New Zealand Contemporary China Research Center, Victoria University Dr Jason Young, Senior Research Fellow dari CSEAS Veeramalla Anjaiah, serta Profesor Emiritus Carlyle Thayer dari UNSW Canberra, dan Executive Director ASEAN Studies UGM Dr Dafri Agussalim sebagai moderator.

Para pembicara memberikan pandangan mereka tentang definisi hegemoni, kebijakan luar negeri China, kekuatan ekonomi dan militernya dan proyeksi China ke depan.

Carlyle Thayer menyoroti strategi dan keinginan-keinginan China di bawah Presiden Xi Jinping dengan mempertahankan Partai Komunis China (CCP) tetap berkuasa, menjaga persatuan dan integritas wilayah, pengembangan ekonomi dan mengatasi gap income, membangun militer kelas pertama.

Menurut dia, hegemoni China di Asia dengan menerapkan “one china policy”, perjanjian ekonomi komprehensif, ASEAN-China Free Trade Regional Comprehensive Partnership.

Untuk mengurangi ancaman hegemoni China, dia mengusulkan antara lain jalur diplomatik dan politik melalui mekanisme multilateral dan regional termasuk sentralitas ASEAN. “Tingkatkan peran ASEAN Coast Guard dan ASEAN Plus Four atau Quad,” ujar dia.

Karena persaingan antara China dan AS untuk hegemoni regional di Asia, negara-negara Asia tidak boleh bergabung hanya dengan satu kekuatan besar. Mereka harus melibatkan keduanya dan menjaga keseimbangan.

“Ancaman terhadap negara-negara Asia, dalam hal munculnya China sebagai kekuatan besar dan persaingan kekuatan besar untuk hegemoni di kawasan, adalah jika Asia menjadi Asia tanpa Amerika Serikat, itu akan menjadi luar biasa bermasalah. Karena tidak akan ada kekuatan besar untuk menyeimbangkan China,” papar Jason Young.

Veeramalla Anjaiah memaparkan sejarah pembentukan Partai Komunis China (CCP) 100 tahun lalu (23 Juli 1921) dan para tokohnya termasuk Mao Zedong.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More