Beredar Video Taliban Eksekusi 22 Pasukan Komando Afghanistan
Selasa, 13 Juli 2021 - 22:43 WIB
KABUL - Sebuah video yang memperlihatkan pejuang Taliban mengeksekusi 22 pasukan komando Afghanistan saat mereka hendak menyerah beredar di dunia maya.
"Menyerah, komando menyerah," kata-kata itu terdengar dari video tersebut dibarengi dengan kemunculan beberapa pria dari sebuah gedung. Tampak jelas mereka tidak bersenjata.
Tiba-tiba tembakan meletus. Setidaknya selusin pria ditembak mati di tengah teriakan takbir, "Allahu Akbar."
Dikutip dari CNN, Selasa (13/7/2021), eksekusi tersebut terjadi pada 16 Juni di kota Dawlat Abad di provinsi Faryab, dekat perbatasan Afghanistan dengan Turkmenistan.
CNN telah memperoleh dan memverifikasi beberapa video dari insiden tersebut dan telah berbicara dengan para saksi.
Video menunjukkan jenazah pasukan komando Afghanistan berserakan di luar ruangan. Saksi mata mengatakan setelah pertempuran sengit untuk menguasai kota, pasukan komando Afghanistan kehabisan amunisi dan dikepung oleh para pejuang Taliban.
Dalam salah satu video, berdurasi sekitar 45 detik, seorang saksi terdengar berkata dalam bahasa Pashto, bahasa lokal: "Jangan tembak mereka, jangan tembak mereka, saya mohon jangan tembak mereka." Saksi tersebut kemudian bertanya: "Bagaimana Anda Pashtun membunuh orang Afghanistan?" Pashtun adalah kelompok etnis utama di Afghanistan.
Di akhir video, suara lain di luar kamera mengatakan: "Bebaskan semuanya."
Dalam video lain, seorang pria terdengar berkata: "Buka pelindung tubuhnya." Seorang pejuang terlihat mengambil peralatan dari tubuh salah satu pasukan komando.
Menurut beberapa saksi yang diwawancarai CNN di Dawlat Abad, pasukan komando dieksekusi dengan darah dingin.
Seorang pria mengatakan pasukan komando Afghanistan tiba di kota dengan beberapa tank tetapi kehabisan amunisi setelah dua jam pertempuran dan tidak mendapat dukungan dari udara.
"Para (pasukan) komando dikepung oleh Taliban. Kemudian mereka (Taliban) membawa mereka (pasukan komando) ke tengah jalan dan menembak mereka semua," kata saksi.
Dia juga menyebut beberapa pejuang Taliban tidak berasal dari wilayah tersebut dan mungkin orang asing karena dia tidak mengerti apa yang mereka katakan ketika mereka berbicara di antara mereka sendiri.
Saksi kedua - seorang penjaga toko di pasar tempat penembakan itu terjadi - setuju bahwa beberapa pejuang Taliban terdengar asing. Dia mengatakan pasukan komando tidak berperang.
"Mereka semua mengangkat tangan dan menyerah, dan (Taliban) hanya menembak," ungkapnya.
Penjaga toko lain menguatkan kesaksian ini: "Saya sangat takut ketika Taliban mulai menembaki pasukan komando. Pada hari itu semua orang takut. Saya bersembunyi di toko saya."
Dia mengatakan dia menyaksikan penembakan itu terjadi melalui lubang kecil di dinding.
Pembunuhan tentara sangat kontras dengan upaya Taliban untuk menunjukkan bahwa mereka menerima penyerahan tentara dan, dalam beberapa kasus, membayar mereka untuk pulang karena membuat keuntungan teritorial di Afghanistan.
Taliban memposting video tiga hari setelah pertempuran di Dawlat Abad, yang menunjukkan penyitaan truk dan senjata militer. Video tersebut mengklaim bahwa "penjaga Washington, komando khusus CIA yang dilatih khusus yang telah mengejar Taliban di Dawlat Abad, Faryab, ditangkap hidup-hidup oleh Taliban, dilucuti dan diborgol."
Taliban mengatakan kepada CNN bahwa video yang menunjukkan pasukan komando yang ditembak adalah palsu dan propaganda pemerintah untuk mendorong orang agar tidak menyerah.
"Itu adalah video palsu dan potongan dari video kegiatan milisi Daesh (ISIS) bertahun-tahun lalu yang dianggap sebagai aksi yang baru-baru ini dilakukan oleh Mujahidin Imarah Islam," kata Taliban dalam pernyataannya.
Seorang juru bicara Taliban mengatakan mereka masih menahan 24 pasukan komando yang telah ditangkap di provinsi Faryab tetapi tidak memberikan bukti.
Meski begitu, pernyataan Taliban ini bertolak belakang dengan Palang Merah yang telah mengkonfirmasi jenazah 22 pasukan komando telah diambil.
Kementerian Pertahanan Afghanistan juga membantah Taliban menahan pasukan komando dan mengatakan kepada CNN bahwa mereka terbunuh.
Pasukan khusus Afghanistan berjumlah sekitar 11 ribu. Mereka dilatih langsung oleh Amerika Serikat (AS) dan mendapat perlengkapan yang lebih baik daripada unit reguler. Tapi mereka tidak memiliki sumber daya yang cukup ketika Taliban meningkatkan serangan di seluruh negeri.
Sekarang tanpa dukungan udara atau pengumpulan data intelijen AS, misi mereka bahkan lebih menantang.
Gerak laju kelompok Taliban tidak terbendung seiring penarikan pasukan asing dari Afghanistan. Akhir pekan lalu bahkan mereka mengklaim telah menguasai sekitar 85% wilayah Afghanistan, meski hal itu ramai-ramai dibantah oleh sejumlah pihak.
Menurut Long War Journal, yang melacak kontrol teritorial di Afghanistan, pada 10 Juli, 212 distrik berada di bawah kendali Taliban, dengan 76 di bawah kendali pemerintah dan 119 masih diperebutkan.
"Menyerah, komando menyerah," kata-kata itu terdengar dari video tersebut dibarengi dengan kemunculan beberapa pria dari sebuah gedung. Tampak jelas mereka tidak bersenjata.
Tiba-tiba tembakan meletus. Setidaknya selusin pria ditembak mati di tengah teriakan takbir, "Allahu Akbar."
Dikutip dari CNN, Selasa (13/7/2021), eksekusi tersebut terjadi pada 16 Juni di kota Dawlat Abad di provinsi Faryab, dekat perbatasan Afghanistan dengan Turkmenistan.
CNN telah memperoleh dan memverifikasi beberapa video dari insiden tersebut dan telah berbicara dengan para saksi.
Video menunjukkan jenazah pasukan komando Afghanistan berserakan di luar ruangan. Saksi mata mengatakan setelah pertempuran sengit untuk menguasai kota, pasukan komando Afghanistan kehabisan amunisi dan dikepung oleh para pejuang Taliban.
Dalam salah satu video, berdurasi sekitar 45 detik, seorang saksi terdengar berkata dalam bahasa Pashto, bahasa lokal: "Jangan tembak mereka, jangan tembak mereka, saya mohon jangan tembak mereka." Saksi tersebut kemudian bertanya: "Bagaimana Anda Pashtun membunuh orang Afghanistan?" Pashtun adalah kelompok etnis utama di Afghanistan.
Di akhir video, suara lain di luar kamera mengatakan: "Bebaskan semuanya."
Dalam video lain, seorang pria terdengar berkata: "Buka pelindung tubuhnya." Seorang pejuang terlihat mengambil peralatan dari tubuh salah satu pasukan komando.
Menurut beberapa saksi yang diwawancarai CNN di Dawlat Abad, pasukan komando dieksekusi dengan darah dingin.
Seorang pria mengatakan pasukan komando Afghanistan tiba di kota dengan beberapa tank tetapi kehabisan amunisi setelah dua jam pertempuran dan tidak mendapat dukungan dari udara.
"Para (pasukan) komando dikepung oleh Taliban. Kemudian mereka (Taliban) membawa mereka (pasukan komando) ke tengah jalan dan menembak mereka semua," kata saksi.
Dia juga menyebut beberapa pejuang Taliban tidak berasal dari wilayah tersebut dan mungkin orang asing karena dia tidak mengerti apa yang mereka katakan ketika mereka berbicara di antara mereka sendiri.
Saksi kedua - seorang penjaga toko di pasar tempat penembakan itu terjadi - setuju bahwa beberapa pejuang Taliban terdengar asing. Dia mengatakan pasukan komando tidak berperang.
"Mereka semua mengangkat tangan dan menyerah, dan (Taliban) hanya menembak," ungkapnya.
Penjaga toko lain menguatkan kesaksian ini: "Saya sangat takut ketika Taliban mulai menembaki pasukan komando. Pada hari itu semua orang takut. Saya bersembunyi di toko saya."
Dia mengatakan dia menyaksikan penembakan itu terjadi melalui lubang kecil di dinding.
Pembunuhan tentara sangat kontras dengan upaya Taliban untuk menunjukkan bahwa mereka menerima penyerahan tentara dan, dalam beberapa kasus, membayar mereka untuk pulang karena membuat keuntungan teritorial di Afghanistan.
Taliban memposting video tiga hari setelah pertempuran di Dawlat Abad, yang menunjukkan penyitaan truk dan senjata militer. Video tersebut mengklaim bahwa "penjaga Washington, komando khusus CIA yang dilatih khusus yang telah mengejar Taliban di Dawlat Abad, Faryab, ditangkap hidup-hidup oleh Taliban, dilucuti dan diborgol."
Taliban mengatakan kepada CNN bahwa video yang menunjukkan pasukan komando yang ditembak adalah palsu dan propaganda pemerintah untuk mendorong orang agar tidak menyerah.
"Itu adalah video palsu dan potongan dari video kegiatan milisi Daesh (ISIS) bertahun-tahun lalu yang dianggap sebagai aksi yang baru-baru ini dilakukan oleh Mujahidin Imarah Islam," kata Taliban dalam pernyataannya.
Seorang juru bicara Taliban mengatakan mereka masih menahan 24 pasukan komando yang telah ditangkap di provinsi Faryab tetapi tidak memberikan bukti.
Meski begitu, pernyataan Taliban ini bertolak belakang dengan Palang Merah yang telah mengkonfirmasi jenazah 22 pasukan komando telah diambil.
Kementerian Pertahanan Afghanistan juga membantah Taliban menahan pasukan komando dan mengatakan kepada CNN bahwa mereka terbunuh.
Pasukan khusus Afghanistan berjumlah sekitar 11 ribu. Mereka dilatih langsung oleh Amerika Serikat (AS) dan mendapat perlengkapan yang lebih baik daripada unit reguler. Tapi mereka tidak memiliki sumber daya yang cukup ketika Taliban meningkatkan serangan di seluruh negeri.
Sekarang tanpa dukungan udara atau pengumpulan data intelijen AS, misi mereka bahkan lebih menantang.
Gerak laju kelompok Taliban tidak terbendung seiring penarikan pasukan asing dari Afghanistan. Akhir pekan lalu bahkan mereka mengklaim telah menguasai sekitar 85% wilayah Afghanistan, meski hal itu ramai-ramai dibantah oleh sejumlah pihak.
Menurut Long War Journal, yang melacak kontrol teritorial di Afghanistan, pada 10 Juli, 212 distrik berada di bawah kendali Taliban, dengan 76 di bawah kendali pemerintah dan 119 masih diperebutkan.
(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda