Pembelot Cantik Kecam Sensor Universitas AS: 'Bahkan Korut Tak Segila Ini'
Selasa, 15 Juni 2021 - 09:42 WIB
Dia mengatakan profesornya memberi mahasiswa dan mahasiswi "peringatan pemicu", membagikan kata-kata dari bacaan sebelumnya sehingga orang dapat memilih untuk tidak membaca atau bahkan duduk di kelas selama diskusi.
"Pergi ke [Universitas] Columbia, hal pertama yang saya pelajari adalah 'safe space [ruang aman]'," katanya.
“Setiap masalah, mereka menjelaskan kepada kami, adalah karena pria kulit putih," ujarnya.
”Beberapa diskusi tentang hak istimewa kulit putih mengingatkannya pada sistem kasta di negara asalnya, di mana orang dikategorikan berdasarkan nenek moyang mereka," paparnya.
Di satu kelas, kata Park, seorang pengajar yang membahas Peradaban Barat bertanya kepada mahasiswa apakah mereka memiliki masalah dengan nama topik—sebagian besar siswa mengangkat tangan.
Beberapa, lanjut dia, menyebutkan isu-isu dengan kemiringan "kolonial" dalam diskusi.
Kelas sering dimulai dengan profesor meminta mahasiswa untuk kata ganti pilihan mereka, dengan penggunaan "they [mereka]" menjadi menakutkan karena dia takut dihukum secara sosial karena tidak cukup inklusif dalam kosakatanya.
“Bahasa Inggris adalah bahasa ketiga saya,” katanya. “Sangat sulit bagi saya untuk mengatakan he [dia untuk pria] dan she [dia untuk perempuan] kadang-kadang, saya menyalahgunakannya.”
Dia mengatakan kepada Fox News bahwa dia juga dicaci karena mengatakan dia menikmati tulisan-tulisan Jane Austen.
"Pergi ke [Universitas] Columbia, hal pertama yang saya pelajari adalah 'safe space [ruang aman]'," katanya.
“Setiap masalah, mereka menjelaskan kepada kami, adalah karena pria kulit putih," ujarnya.
”Beberapa diskusi tentang hak istimewa kulit putih mengingatkannya pada sistem kasta di negara asalnya, di mana orang dikategorikan berdasarkan nenek moyang mereka," paparnya.
Di satu kelas, kata Park, seorang pengajar yang membahas Peradaban Barat bertanya kepada mahasiswa apakah mereka memiliki masalah dengan nama topik—sebagian besar siswa mengangkat tangan.
Beberapa, lanjut dia, menyebutkan isu-isu dengan kemiringan "kolonial" dalam diskusi.
Kelas sering dimulai dengan profesor meminta mahasiswa untuk kata ganti pilihan mereka, dengan penggunaan "they [mereka]" menjadi menakutkan karena dia takut dihukum secara sosial karena tidak cukup inklusif dalam kosakatanya.
“Bahasa Inggris adalah bahasa ketiga saya,” katanya. “Sangat sulit bagi saya untuk mengatakan he [dia untuk pria] dan she [dia untuk perempuan] kadang-kadang, saya menyalahgunakannya.”
Dia mengatakan kepada Fox News bahwa dia juga dicaci karena mengatakan dia menikmati tulisan-tulisan Jane Austen.
Lihat Juga :
tulis komentar anda