Melawan Junta Militer, Guru dan Siswa Myanmar Menolak Masuk Sekolah

Selasa, 01 Juni 2021 - 14:34 WIB
Nu May, guru—yang menggunakan nama samaran—di negara bagian Mon selatan juga akan menjauh dari sekolah.

Guru sekolah dasar itu kehilangan gajinya selama berbulan-bulan setelah bergabung dengan boikot nasional. Namun, dia menegaskan bahwa dia tulus berpartisipasi dalam mogok nasional.

“Ketika saya melihat bagaimana mereka [pasukan junta] membunuh banyak orang, saya merasa saya tidak ingin menjadi guru mereka [para siswa] lagi,” ujarnya kepada AFP.



Beberapa dari mereka yang tewas dalam tindakan keras junta adalah anak-anak sekolah menengah pertama. Menurut kelompok amal Save the Children 15 anak yang jadi korban jiwa di bawah usia 16 tahun.

Media yang dikelola junta militer dalam beberapa hari terakhir memuat gambar pejabat yang menonton pendaftaran sekolah dan menjanjikan bahwa orangtua akan “puas” dengan pembukaan kembali sekolah.

Global New Light of Myanmar, media negara Myanmar, melaporkan para siswa di sebuah sekolah di dekat Ibu Kota Myanmar, Naypyidaw, mengikuti upacara untuk menandai masa ajaran baru dengan membawakan lagu "Pekan Pendaftaran Nasional" di depan menteri pendidikan kabinet junta.

Tetapi di salah satu sekolah menengah di wilayah Sagaing tengah, sebuah slogan yang dipulas dengan cat merah di bagian depan gedung mendesak anggota staf sekolah untuk menjauh.

“Kami tidak ingin guru perbudakan militer,” bunyi spanduk yang muncul. “Kami tidak ingin guru yang pengkhianat," bunyi spanduk lainnya.
(min)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More