Kutip Al-Quran, Cara Denmark 'Rayu' Umat Muslim Lakukan Vaksinasi Covid-19

Kamis, 27 Mei 2021 - 18:32 WIB
Dalam sebuah buklet yang diterbitkan di halaman Institut Serum Negara, kesalahpahaman dan konspirasi yang menghalangi Muslim untuk mendapatkan vaksinasi disangkal satu per satu. Foto/REUTERS
KOPENHAGEN - Apakah divaksinasi itu halal? Dan, apa pendapat Nabi Muhammad tentang pengobatan? Ini adalah beberapa pertanyaan yang dijawab dalam buklet kontroversial dari otoritas kesehatan Denmark . Buklet ini dirilis untuk meningkatkan tingkat vaksinasi di kalangan umat Muslim di negara itu.

Denmark, seperti beberapa negara Eropa lainnya, kesulitan untuk mengajak umat Muslim melakukan vaksinasi. Untuk mengatasi sikap kritis, Dewan Kesehatan Nasional bekerjasama dengan para imam dan organisasi Islam untuk membujuk umat Muslim agar mengambil bagian dalam program vaksinasi.

Dalam sebuah buklet yang diterbitkan di halaman Institut Serum Negara, kesalahpahaman dan konspirasi yang menghalangi Muslim untuk mendapatkan vaksinasi disangkal satu per satu.



Misalnya, buklet tersebut memastikan bahwa tidak ada alasan untuk takut bahwa vaksin tersebut mengandung alkohol, gelatin dari babi atau sel dari janin. Juga tidak ada alasan untuk percaya bahwa suntikan itu dapat merusak DNA kesuburan mereka yang divaksinasi.

Dalam kata pengantar buklet tersebut, Direktur Jenderal Otoritas Kesehatan Denmark, Søren Brostrøm menekankan bahwa ribuan pertanyaan tentang Covid-19 telah terjawab. Namun, selain profesional medis, beberapa jawaban didasarkan pada interpretasi Al-Quran.

Sementara itu, Naveed Baig, seorang imam di sebuah rumah sakit dan kontributor buklet itu mengatakan bahwa organisasi Islam yang mendukung buklet ini sangat menghormati fakta bahwa ada banyak tafsir ajaran Islam dan bahwa tafsir yang muncul di sini tidak dimiliki oleh semua orang.

"Oleh karena itu, setiap individu didorong untuk berdialog dengan rohaninya masing-masing, konselor dan profesional kesehatan," ucapnya, seperti dilansir Sputnik pada Kamis (27/5/2021).

Dalam buklet itu, umat Islam diyakinkan bahwa Nabi Muhammad sendiri menerima perawatan medis. Selain itu, ditekankan bahwa Muslim hanya diizinkan mengunjungi Mekah jika mereka divaksinasi, mengutip persyaratan dari otoritas kesehatan Arab Saudi.

Karena agak tidak biasa bagi negara Denmark untuk menggunakan argumen Islam dalam kampanye perawatan kesehatan, buklet tersebut memicu reaksi yang kuat. Juru bicara Partai Konservatif Denmarik, Marcus Knuth menyebutnya "sangat gila".

"Pertama-tama, ini mencerminkan kurangnya integrasi dalam komunitas Muslim tertentu, bahwa masjid merupakan otoritas yang begitu besar, tidak hanya dalam bidang keagamaan, tetapi juga dalam perawatan kesehatan," katanya.

Merespon hal ini, Dewan Kesehatan Nasional membenarkan tindakannya untum meluruskan kesalahpahaman yang muncul di komunitas Muslim. Badan tersebut merasa bahwa mereka dipaksa untuk bersekutu dengan otoritas Muslim untuk menghilangkan kesalahpahaman tentang Islam dan vaksin sejak awal.

"Oleh karena itu, buklet tersebut dibagi menjadi dua bagian. Yang pertama tentang tenaga kesehatan, yang direspon oleh Dewan Kesehatan Nasional, dan yang lainnya adalah teologis. Dan kemudian jelas ada tumpang tindih dimana ada masukan dari keduanya," kata Niels Sandø Pedersen dari Dewan Kesehatan Nasional.
(ian)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More